Thursday, November 24, 2016

Kunjungan ke Kebun Pisang Plasma Nutfah Yogyakarta

Long Time No see :), kali ini saya akan menceritakan tentang kunjungan ke kebun pisang.. wkwkwk
cekidott .. :*


KUNJUNGAN KE KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG

Tanggal 14 November 2016, merupakan hari dimana mahasiswa Atmajaya Yogyakarta melakukan kunjunga ke Kebun Plasma Nutfah Pisang. Kebun Plasma Nutfah Pisang merupakan kebun pisang atau tempat perbanyakan pisang yang dilakukan secara in vitro. In vitro merupakan teknik perbanyakan tanaman menggunakan sel, jaringan, atau organ tanaman yang ditumbuhkan dalam suatu medium dengan lingkungan yang cocok. Kebun Pisang Plasma Nutfah telah ada sejak tahun 1988 yang terletak di daerah Malangan, kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. Sejak tahun itu,  Kebun Pisang Plasma Nutfah telah melakukan pengumpulan, pemeliharaan, dan penyebaraluasan koleksi berbagai pisang. Luas lahan di Kebun Pisang Plasma Nutfah sebesar 19.525 meter dan telah menghasilkan 346 varietas pisang yang berasal dari Indonesia dan juga luar negeri. Pada tahun 2004, Kebun Pisang Plasma Nutfah diakui sebagai kebun pisang terlengkap di Asia Tenggara.

Jenis – jenis pisang yang berada di Kebun Pisang Plasma Nutfah yang paling dikenal yaitu, pisang raja, pisang seribu yang dalam satu tandan yang sangat panjang diperkirakan terdapat seribu buah pisang, pisang Gendruwo yang bagian kulitnya berwarna merah, pisang ambon, pisang emas, pisang kepok, dan lain – lain. Pada tahun 2011, Kebun Pisang Plasma Nutfah melakukan pelepasan terhadap satu jenis pisang yang ada di kebun yaitu pisang Raja Bagus.

Dari jenis – jenis pisang yang ada, dapat dibuat menjadi 80 olahan jenis produk yang berbahan dasar pisang. 80 olahan jenis produk, dilakukan di laboratorium produksi yang ada di Kebun Pisang Plasma Nutfah. Beberapa jenis olahannya antara lain, ceriping pisang, nasi goreng pisang, minuman sari buah pisang, dan lain – lain. Olahan produk pisang tersebut di jual ke beberapa tempat yang ada di Yogyakarta. Jenis – jenis pisang yang ada di Kebun Pisang Plasma Nutfah, diperbanyak menggunakan tunas, bonggol pisang, dan juga in vitro atau kultur jaringan. Perbanyakan menggunakan tunas yang ditumbuhkan ke dalam medium.



Gambar 1. Tanaman Pisang dalam medium

Kebun Plasma Nutfah mempunyai laboratorium yang digunakan untuk melakukan perbanyakan tanaman pisang secara invitro, laboratorium produksi unutk mengolah pisang menjadi berbagai olahan, ruang aklimatisasi atau ruang untuk menumbuhkan pisang yang telah menjadi tanaman lengkap dari dalam laboratorium, dan kebun untuk menanam bibit pisang yang telah siap di tanam pada tanah.

Gambar 2. Rumah aklimatisasi pisang

Gambar 3. Salah satu produk olahan pisang

Setelah selesai melihat – lihat sekeliling kebun plasma nutfah pisang, mahasiswa Atmajaya Yogyakarta bersiap – siap untuk kembali ke rumah masing – masing J

Sekian informasi dari kunjungan tersebutt..
/>

Tuesday, May 31, 2016

Laporan Biokimia Enzim

I.     PENDAHULUAN

A.  Judul
Enzim

B.  Tujuan
1.    Mengetahui waktu, dan suhu optimum aktivitas enzim amilase
2.    Melihat pH, suhu, dan suhu optimum aktivitas enzim nitrat reduktase
3.    Melihat pH optimum enzim nitrat reduktase secara kuantitatif



II.  TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat. Molekul enzim meningkatkan dengan nyata kecepatan reaksi kimia spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung sangat lama. Enzim tidak mengubah titik keseimbangan reaksi yang dikatalisisnya, enzim juga tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi – reaksinya (Lehninger, 1990).
Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia secara kolektif membentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang sangat kecil dari suatu molekul besar protein enzim sangat berperan untuk katalis reaksi. Bagian yang kecil ini dinamakan bagian aktif enzim. Aktivitas katalik enzim dapat ditentukan juga melalui struktur tiga dimensi molekul enzim tersebut. Enzim disini mempunyai peranan katalis dalam menurunkan aktivitas dari reaksi energi. Aktivasi dapat diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang diturunkan oleh suatu mol zat pada temperatur tertentu untuk membawa molekul ke dalam aktifnya atau keadaan aktifnya (Wirahadikusuma, 1989).
Enzim tidak hanya berupa protein, ada zat lain non-protein. Zat tersebut adalah kofaktor atau kokatalis. Kofaktor dapat organik ataupun ion logam, seperti Fe++, Mn++, Zn++, Cu++, Mg++, dan Ni++. Kofaktor terikat kuat dengan proteinnya disebut gugus protestik, sedangkan kofaktor yang mudah lepas dari proteinnya disebut koenzim. Agar enzim dapat bekerja, harus ada holoenzim yang merupakan penggabungan dari bagian protein enzim yang disebut apoenzim (feron) dan koenzim (agon) (Sumardjo, 2009).
Menurut Trenggono (1989). Secara kimiawi, enzim merupakan senyawa protein dengan berat molekul tinggi. Menurut Trenggono (1989), suatu katalis enzim memiliki sifat:
1.    Berperan dalam jumlah yang sangat sedikit.
2.    Akan muncul tetap utuh dari suatu reaksi.
3.    Berfungsi mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mempengaruhi keseimbangan akhir.
Menurut  Trenggono (1989 ), sebagai katalis dalam reaksi-reaksi di dalam tubuh organisme, enzim memiliki beberapa sifat, yaitu:
1.    Enzim adalah protein, karenanya enzim bersifat thermolabil, membutuhkan pH dan suhu yang tepat.
2.     Enzim bekerja secara spesifik, dimana satu enzim hanya bekerja pada satu substrat.
3.    Enzim berfungsi sebagai katalis, yaitu mempercepat terjadinya reaksi kimia tanpa mengubah kesetimbangan reaksi.
4.    Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
5.    Enzim dapat bekerja secara bolak-balik.
6.    Enzim  dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh suhu, pH, konsentrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim menurut Poedjiadi (1994) adalah:
  1. Konsentrasi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
  1. Konsentrasi substrat
Dengan konsentrasi enzim yang tetap, perubahan substrat akan menambah kecepatan reaksi.
  1. Suhu
Kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi, sehingga bagian aktifnya terganggu, akibatnya konsentrasi spesifik enzim berkurang dan kecepatan reaksinya turun.
  1. Pengaruh pH
Struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya, enzim dapat terbentuk ion (+) atau (-) atau bermuatan ganda (zwitter ion). pH dapat menyebabkan proses denaturasi yang dapat mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.
  1. Pengaruh inhibitor
Dapat berupa hambatan inversibel yang disebabkan oleh terjadinya destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih, yang terdapat pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa hambatan bersaing dan tak bersaing.
Sifat-sifat enzim menurut Aryulina dkk.,(2007) adalah sebagai berikut:
1.      Enzim adalah protein
Karena enzim adalah protein, kerja enzim seperti sifat protein, yaitu membutuhkan kondisi lingkungan (suhu, ph, konsentrasi ion, dsb) yang sesuai. Lingkungan enzim yang tidak cocok menyebabkan enzim rusak sehingga tidak mampu bekerja dengan baik.
2.      Enzim bekerja secara spesifik/khusus
Ada ribuan jenis enzim yang fungsinya sangat spesifik. Tiap enzim hanya dapat bekerja untuk mengkatalis reaksi yang spesifik. Dengan kata lain, suatu enzim hanya dapat bekerja untuk substratnya yang cocok.
3.      Enzim berfungsi sebagai katalis
Katalis mengubah kecepatan reaksi, namun tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi.
4.      Enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit
Sesuai dengan fungsinya sebagai katalis, enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Sejumlah kecil enzim dapat meningkatkan kecepatan reaksi secara hebat.
5.      Enzim dapat bekerja secara bolak-balik
Enzim tidak mempengaruhi arah reaksi, sehingga dapat bekerja bolak-balik. Enzim dapat menguraikan dan menyusun suatu senyawa.
Guna membantu penelitian mengenai enzim, telah disusun suatu klafikasi internasional yang menetapkan 6 kelas utama fungsi enzim, masing-masing dengan beberapa subkelasnya. Menurut Montogomery (1993), berikut ini adalah klasifikasinya:
1.    Oksireduktase: Mengkatalisis berbagai macam reaksi oksidasi-reduksi, serta sering mempergunakan co-enzim seperti NAD+, NADP+, FAD, atau lipoat sebagai aseptor hydrogen.
2.    Transferase: Mengkatalisis berbagai jenis transfer kelompok. Dalam metabolismenya banyak langkah-langkah penting yang memerlukan transfer dari suatu molekul lain dari kelompok amino, karboksil, metal, asil, glikosil, atau fosfosil.
3.    Hidrolase: Mengkatalisis pembelahan ikatan antara karbon dan beberapa atom lain dengan adanya penambahan air.
4.    Liase: Mengkatalisis pemecahan ikatan karbon-karbon, karbon-sulfur, dan karbon-nitrogen tertentu.
5.    Isomerase: Mengkatalisis rasemase isomer optik dan geometrik dan reaksi-reaksi oksidasi-reduksi intramolekul tertentu.
6.    Ligase: Mengkatalisis pembentukan ikatan antara karbon dengan oksigen, sulfar, nitrogen, dan atom-atom lain.
Enzim memiliki spesifikasi yang sangat sempit, misalnya hanya mengkatalisator reaksi – reaksi dalam kisaran yang kecil atau bahkan dalam beberapa hal hanya satu macam reaksi dalam kisaran yang kecil. enzim juga hanya berfungsi pada kondisi – kondisi tertentu yang meliputi pH, suhu, konsentrasi substrat, kofaktor, dan sebagainya. Hanya beberapa yang dapat diukur secara langsung karena untuk proses katalis hanya dibutuhkan dalam kadar yang sangat rendah, karena itu adanya enzim ditunjukkan secara tak langsung oleh berkurangnya atau hilangnya substrat atau oleh adanya hasil reaksi. Enzim yang memiliki sifat spesifik terhadap substrat. Spesifik enzim disebabkan oleh sisi aktif enzim yang terdiri oleh urutan asam amino yang memiliki rantai samping dengan gugus reaktif tertentu sehingga hanya spesifik oleh substrat tertentu (Plamer, 1995). Dua ciri tersebut disebabkan oleh enzim yang memiliki sisi aktif yaitu sisi yang mampu melakukan pengarahan, pengikatan katalisa yang tidak dimiliki enzim pada umumnya (Trenggono, 1989).
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi (Winarno, 1997)
Amilase adalah enzim cerna yang menghasilkan zat pati (amilum) menjadi molekul-molekul karbohidrat yang lebih kecil,lokasi berfungsinya adalah di luar sel. Enzim itu disekresikan ke dalam air liur dan ke dalam saluran cerna bagian atas dan mendepolimer zat-zat pati dalam makanan menjadi potongan-potongan yang dapat diserap (Widmann, 1992).
Amilase yang terkandung dalam saliva  (air ludah) akan menghidrolisa ikatan α–1 antar unit D-Glukosa. Hidrolisa tersebut berlangsung acak (random). Nilai pH sekitar 6 hingga 7, ion klorida menyebabkan α-amilase mengkatalisis hidrolisa pati menghasilkan berbagai dekstrin sebagai produk akhirnya.  Pati dan dekstrin BM tinggi meberikan warna ungu untuk Iodin, kerja dari α – amilase dapat diikuti dengan mengamati waktu yang diperlukan sampai mencapai keadaan dimana campuran reaktan tidak membentuk warna lagi dengan Iodin, keadaan ini disebut achramic point (Trenggono, 1989).
Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan denaturasi protein dan hilangnya secara total aktivitas enzim. Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil. Enzim hanya aktif pada kisaran pH yang sempit. Oleh karena itu media harus benar-benar dipelihara dengan menggunakan buffer (larutan penyangga). Jika enzim memiliki lebih dari satu substrat, maka pH optimumnya akan berbeda pada suatu substrat (Tranggono dan Sutardi, 1990). Tiap enzim memiliki karakteristik pH optimal dan aktif dalam range pH yang relatif kecil, dalam banyak kasus, bentuk kurva menandakan dari keaktifan enzim berbanding pH yang terkandung di dalamnya (Almet dan Trevor, 1991). pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2 (Gaman dan Sherrington, 1994).
Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH dengan penambahan asam atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam berbagai percobaan biokimia dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat (Fardiaz, 1992). Larutan buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih terikut di dalam endapan enzim tersebut sekaligus bisa mencegah enzim dari denaturasi dan kehilangan fungsi biologisnya (Fox, 1991). Buffer dapat mempertahankan kondisi enzim presipitat agar tidak terjadi perubahan pH dan mencegah agar enzim tidak mengalami inaktivasi (Winarno, 1995). Buffer yang bersifat asam memiliki pH kurang dari 7 sedangkan buffer basa memiliki pH lebih dari 7. Buffer yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan basa konjugasinya, sedangkan buffer yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan asam konjugasinya.
Buffer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Buffer fosfat dapat dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat (NaH2PO4) dan basa konjugatnya yaitu disodium fosfat (Na2HPO4). Meskipun buffer fosfat juga merupakan larutan penyangga, namun kerja buffer ini tidak lebih baik dari cairan rumen dalam mempertahankan pH. Hal ini dikarenakan adanya proses saliviasi di dalam rumen. Saliva yang dihasilkan kelenjar ludah berperan sebagi buffer alami bagi rumen sehingga kemampuan mempertahankan pH rumen lebih bagus (Daintith, 2005).
Enzim nitrat reduktase adalah enzim yang mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit menjadi amonium NO3-→NO2-→ NH4+. Enzim ini banyak terkandung dalam jaringan pada tanaman baru/muda dan ikut berperan dalam sintesa protein pada tanaman. Enzim amilasi merupakan salah satu enzim yang tergolong enzim hidrolase yang bekeja sebagai katalisi pada reaksi hidrolisis. Enzim amilase dapat memecah ikatan – iaktan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase yaitu α-amilase yang terdapat dalam saliva, dan pankreas yang disebut endoamilase; β-amilase terutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilse; α-amilase yang terdapat dalam hati (Poejiadi, 1994).
Energi nitrat berasal dari koenzim NaOH dan energi untuk reduksi berasal dari cahaya fotosintesa (Trenggono,1989). Reduksi nitrat mengakibatkan pada organ lain selain daun, aktivitas nitrat reduktase berjalan lambat karena pemasukkan nitrat terganggu karena adanya penebalan dinding sel dan menurunnya kadar dan jumlah sitoplasmanya (Lehninger, 1989). Enzim nitrat reduktase diperlukan dalam proses nitrat menjadi nitrit dan enzim nitrit reduktase diperlukan dalam proses reaksi menjadi ammonium. Reaksinya yaitu:
Nitrat reduktase          Nitrit reduktase
NO3-                                NO2-                           NH3
       Nitrat                               Nitrit                       Amonium
Uji iod bertujuan untuk membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen dan dekstrin). Jika sampel mengandung amilum akan menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis akan membentuk warna merah coklat. Jika tidak mengandung amilum akan menghasilkan reaksi negatif yaitu warna kuning (Putri dkk, 2012)
Uji benedict bertujuan untuk mendeteksi karbohidrat yang mereduksi dalam larutan basa (mempunyai gugus karbonil bebas). Reaksi positifnya ditandai dengan timbulnya endapan hijau, kuning, atau merah jingga. Hidrolisis merupakan proses pemecahan senyawa menjadi lebih sederhana. Uji ini bertujuan untuk menghidrolisis amilum agar terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana (Winarno, 1997).
Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Dagingnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah itu memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada wanita.


III.   METODE

A.  Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada saat praktikum adalah gelas beker, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pro pipet, drop plate, pipet tetes, tabung film, penjepit tabung reaksi, waterbath, vortex, spektrofotometri, bunsen, gelas corong, kuvet, label, tisu, dan pemantik. Bahan – bahan yang digunakan adalah irisan daun kepel, amilum, saliva, larutan Iod, reagen Benedict, NaNO3, aquades, larutan SA 1%, larutan NAD 0,2%, buffer fosfat (pH 5, pH 6, pH 7, pH 8, dan pH 9).
B.  Cara Kerja
1.    Hidrolisis Amilum
Amilum sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi berbeda dan ditambah masing – masing saliva sebanyak 3 ml. Tabung reaksi 3 dan 4 ditambah buffer fosfat pH 6 sebanyak 3 ml. Tabung reaksi 1 dan 3 diambil dan diinkubasikan di suhu ruang (27 oC), tabung reaksi 2 dan 4 diambil dan inkubasi di waterbath dengan suhu 35 oC. Setiap 1 menit larutan diambil 1 tetes dan ditetesi di drop plate dan ditambah 1 tetes iod sampai mendapatkan warna kuning dan waktu hidrolisis dicatat.
Setelah mendapatkan warna kuning, larutan tadi dilanjutkan denga uji benedict. Reagen Benedict sebanyak 2 ml dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditambah 5 tetes sampel, kemudian dipanaskan hingga ada endapan merah bata.
2.    Pengaruh Suhu dan pH pada Enzim Nitrat Reduktase
Irisan daun kepel sebanyak 300 mg dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi berbeda  dan ditambah NaNO3 0,1 ml. Tabung reaksi 1 dan 2 ditambah buffer fosfat pH 6 sebanyak 5 ml, dan tabung reaksi 3 dan 4 ditambah aquades sebanyak 5 ml. Setelah itu, tabung reaksi 1 dan 3 di inkubasikan pada suhu ruang (27 oC), dan tabung reaksi 2 dan 4 diinkubasikan ke dalam waterbath dengan suhu 35 oC. Setiap 3 menit sampel diambil sebanyak 3 tetes  dan diletakkan ke dropplate. Setelah itu ditambah larutan SA dan NAD sebanyak 3 tetes hingga larutan menjadi warna pink dan waktunya dicatat.
3.    Penentuan pH Optimum Enzim Nitrat Reduktase
Daun kepel 300 mg yang telah diiris dimasukan ke dalam 5 tabung film berbeda. Tabung fiim 1 ditambah buffer fosfat pH 5 sebanyak 5 ml, tabung film 2 ditambah buffer fosfat pH 6 sebanyak 5 ml, tabung film 3 ditambah buffer fosfat pH 7 sebanyak 5 ml, tabung film 4 ditambah buffer fosfat pH 8 sebanyak 5 ml, dan tabung film 5 ditambah buffer fosfat pH 9 sebanyak 5 ml. Tabung – tabung tadi diinkubasikan ke suhu ruang selama 15 menit, dan larutan buffer disetiap tabung diganti sesuai pH masing-masing. Larutan NaNO3 ditambahkan sebanyak 0,1 ml pada masing-masing tabung dan digojog lalu didiamkan selama 30 menit. Kemudian, larutan sebanyak 0,4 ml dari masing-masing tabung film dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berbeda. Reagen SA dan NED masing-masing sebanyak 0,3 ml ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi dan larutan aquadest sebanyak 6 ml ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi. Larutan divortex dan kadar OD diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan l = 540 nm. Kadar ANR lalu dihitung dengan menggunakan rumus :
ANR=  x x x x (m mol/gr/jam)




IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hasil yang didapat adalah:
Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh pH dan Suhu terhadap kemampuan Hidrolisis Amilum oleh Enzim Amilase
Tabung
Perlakuan
Waktu
Warna Akhir Uji Iod
Warna akhir uji Benedict
Keterangan
1
Saliva (suhu ruang)
1 menit
Kuning
Endapan merah bata
++
2
Saliva (waterbath)
1 menit
Kuning
Endapan merah bata
+++
3
saliva + buffer fosfat pH 6 (suhu ruang)
1 menit
Kuning
Endapan merah bata
+
4
Saliva + buffer fosfat pH 6 (waterbath)
1 menit
Kuning
Endapan merah bata
++++
Keterangan : + = ada endapan; - = tidak ada endapan
Pembahasan
Percobaan ini termasuk uji kualitatif dengan tujuan untuk melihat pengaruh pH dalam hidrolisis amilum oleh enzim amilase. Hidrolisis merupakan proses pemecahan senyawa menjadi lebih sederhana. Percobaan ini bertujuan untuk melihat kerja enzim amilase dalam memecah amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana (monosakarida / oligosakarida) yang ditandai dengan perubahan warna larutan dan terbentuknya endapan. Amilase yang terdapat pada saliva dapat mengubah/memecah amilum menjadi gula yang lebih sederhana. Pada praktikum ini menggunakan saliva dan amilum. Penggunaan saliva bertujuan untuk sebagai penyedia enzim amilase dan amilum berfungsi sebagai substrat untuk enzim amilase. Amilase mengikat sisi aktif pada amilum sehingga akan membentuk kompleks enzim-substrat dan mengubahnya menjadi  karbohidrat – karbohidrat yang lebih sederhana (produk).
Setiap larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diinkubasikan di suhu ruang dan waterbath. Dilakukan inkubasi dengan tujuan untuk membandingkan pada suhu berapa enzim itu akan bekerja secara optimal, dalam suhu ruang atau pada suhu 35 oC yang dilakukan pada waterbath. Larutan juga ditambah dengan buffer fosfat pH 6 dengan tujuan untuk mendapatkan pH optimum karena enzim amilase yang terdapat dalam saliva mampu menghidrolisis ikatan α-1 antar D-glukosa dalam amilum pada pH optimum, yaitu pH 6. Ada beberapa uji yang dilakukan pada hidrolisis amilum yaitu uji Iod dan uji Benedict. Uji iod bertujuan untuk menghidrolisis amilum agar amilum pada enzim habis terhidrolisis dan reaksi positifnya menghasilkan warna biru, dan reaksi negatifnya menghasilkan warna kuning. Uji benedict dilakukan ketika uji iod telah mendapatkan hasil akhir warna kuning. Uji benedict bertujuan untuk membuktikan bahwa amilum telah terhidrolisis dan mengandung gula pereduksi seperti glukosa yang ditandai dengan reaksi posotif yaitu terbentuknya endapan merah bata. Reagen benedict adalah adalah larutan pereaksi yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Gula pereduksi adalah gula yang dapat mereduksi ion-ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+) yang ditandai dengan terbentuknya endapan (CuO2). Pemanasan berfungsi untuk membuat hidrolisis amilum berlangsung lebih cepat karena semakin tinggi suhu semakin akan mengakibatkan aktivitas pada enzim berlangsung dengan cepat.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hasil pada tabel 1 adalah: pada tabung 1 saliva diinkubasikan di suhu ruang dengan warna akhir uji iod kuning dan warna akhir uji benedict biru ada endapan merah bata. Pada tabung 2 saliva diinkubasikan di waterbath dengan warna akhir uji iod kuning dan warna akhir uji benedict biru ada endapan merah bata. Pada tabung 3 saliva ditambah buffer fosfat pH 6 diinkubasikan pada suhu ruang dengan warna akhir uji iod kuning dan warna akhir uji benedict biru ada endapan merah bata. Pada tabung 4 saliva ditambah buffer fosfat pH 6 diinkubasikan di waterbath dengan warna akhir uji iod kuning dan warna akhir uji benedict biru ada endapan merah bata. Waktu yang dibutuhkan pada uji iod di setiap perlakuan adalah 1 menit dan endapan paling banyak di uji benedict adalah pada tabung 4, tabung 2, tabung 1, dan tabung 3. Dari hasil yang didapat amilum terhidrolisis oleh enzim secara optimal dalam waktu yang sama baik itu inkubasi waterbath maupun suhu ruang. Hal ini membuktikan bahwa enzim dapat menghidrolisis amilum pada suhu tubuh dan suhu ruang dalam waktu hanya 1 menit
Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh pH dan Suhu terhadap Kemampuan Reduksi Nitrat oleh Enzim Nitrat Reduktase
Tabung
Perlakuan
Waktu
Warna Akhir
Keterangan
1
Daun kepel + buffer fosfat pH 6 (suhu ruang)
15 menit
Kuning Bening  
-
2
Daun kepel + buffer fosfat pH 6 (waterbath)
3 menit
Pink
+
3
Daun kepel + aquades (suhu ruang)
3 menit
Pink Muda
+
4
Daun kepel + aquades  (waterbath)
9 menit
Kuning
-
Pemabahasan
Percobaan ini termasuk uji kualitatif dengan tujuan untuk melihat lamanya waktu serta kerja enzim nitrat reduktase yang terdapat dalam irisan dan kepel. Percobaan ini menggunakan irisan daun kepel dan larutan NaNO3 sebagai sampel. Irisan daun kepel berfungsi sebagai pemberi enzim nitrat reduktase dan larutan NaNO3 dengan ion nitrat (NO3-) yang berfungsi sebagai substrat enzim nitrat reduktase. Nitrat reduktase akan mengikat sisi aktif pada nitrat sehingga akan membentuk kompleks enzim-substrat dan mengubahnya menjadi  nitrit (NO2-) dan akhirnya menjadi amonium (NH3) sebagai produk akhir.  Reaksi yang terjadi yaitu
Nitrat reduktase          Nitrit reduktase
NO3-                          NO2-                                 NH3
Nitrat                          Nitrit                            Amonium
Irisan daun kepel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah larutan NaNO3, kemudian diinkubasikan di suhu ruang dan di waterbath. Diinkubasikan pada suhu ruang berfungsi untuk enzim nitrat reduktase ion nitratnya berubah menjadi nitrit pada waktu yang berbeda dan perlakuan yang berbeda. Penambahan buffer fosfat pH 6 pada larutan berfungsi untuk mendapatkan pH optimum yaitu pH 6 karena enzim nitrat reduktase memiliki pH optimal di antara pH 6 – 7 sehingga dapat bekerja dengan baik pada pH ini. Perlakuan enzim dengan buffer fosfat menunjukkan bahwa enzim akan bekerja dengan kecepatan reaksi paling tinggi pada daerah pH tertentu. Penambahan aquades pada larutan menunjukkan tidak adanya penyangga dalam larutan sehingga enzim tidak bekerja pada pH optimumnya dan memiliki kecepatan reaksi lebih lama atau penyedia suasana netral pada larutan.
Larutan yang diinkubasikan tadi setiap 3 menit diambil 3 tetes diletakkan pada drop plate dan ditambahkan larutan SA dan NED secara berutan sebanyak 3 tetes. Penambahan SA dan NED pada larutan berfungsi untuk mengetahui terjadinya proses reduksi nitrat yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi pink. Perubahan warna menjadi pink menunjukkan bahwa nitrat telah tereduksi semuanya atau nitrat telah habis bereaksi.
Berdasarkan tabel 2 hasil yang didapat adalah pada tabung 1 daun kepel ditambah buffer fosfat pH 6 diinkubasikan pada suhu ruang dengan waktu 15 menit dan warna akhir kuning bening. Pada tabung 2 daun kepel ditambah buffer fosfat pH 6 diinkubasikan pada water bath dengan waktu 3 menit dan warna akhir pink. Pada tabung 3 daun kepel ditambah aqaudes diinkubasikan pada suhu ruang dengan waktu 3 menit dan warna akhir pink. Pada tabung 4 daun kepel aqaudes diinkubasikan pada waterbath dengan waktu 9 menit dan warna akhir kuning bening. Dari hasil yang tabung 1 diinkubasikan ke suhu ruang dan tabung 4 diinkubasikan pada waterbath membutuhkan waktu yang lebih lama kepel untuk berubah menjadi warna pink dibandingkan dnegan tabung 2 dan tabung 3 karena buffer fosfat pH 6 menghambat kerja enzim reduktase dan kurangnya waktu untuk enzim nitrat reduktase mereduksi nitrat.
Tabel 3. Hasil Uji Penentuan pH optimum Enzim Nitrat Reduktase
Tabung
pH
OD (Optical Density)
ANR
1
5
0,081 Ǻ
475,35
2
6
0,083 Ǻ
487,09
3
7
0,089 Ǻ
522,30
4
8
0,083 Ǻ
487,09
5
9
0,087 Ǻ
510,56


Pembahasan
Percobaan ini merupakan uji kuantitatif dengan tujuan mengetahui pH optimum suatu enzim. Setiap enzim memiliki pH optimal yang berbeda-beda. Pada pH optimumnya, enzim dapat bekerja pada tingkat optimalnya yaitu pada pH 7. Adanya pengendalian pH merupakan suatu cara penting untuk mengatur aktivitas enzim. Pada pengujian ini menggunakan tabung film yang berfungsi untuk mencegah cahaya matahari masuk yang bisa mereduksi nitrat menjadi ammonia bukan menjadi nitrit. Daun kepel yang dimasukkan ke dalam tabung film ditambah buffer fosfat dengan pH yang berbeda – beda yaitu pH 5, 6, 7, 8, dan 9. Penambahan buffer fosfat dengan berbagai pH berfungsi untuk menunjukkan bahwa enzim akan bekerja dengan kecepatan reaksi paling tinggi pada daerah pH optimumnya. Kemudian tabung film diinkubasikan di suhu ruang selama 15 menit. Setelah itu, larutan bauffer pada masing – masing tabung film diganti dengan buffer sesuai dengan pH larutan buffer.
Penggantian buffer berfungsi untuk unsur-unsur kontaminan pada daun kepel dapat dihilangkan. Setelah penggantian tabung film ditambah NaNO3, digojog agar larutan tercampur dan didiamkan selama 30 menit yang bertujuan agar larutan NaNO3 dapat bereaksi dengan sempurna dengan masing-masing buffer. Larutan tadi diambil dan ditambah dengan larutan SA dan NED secara berurutan dengan tujuan untuk memberikan warna pada larutan (merah) supaya absorbansinya (OD) dapat diukur. Penambahan aquades untuk mengencerkan larutan supaya larutan tidak terlalu pekat pada saat di spektrofotometri. Larutan di absorbansi dengan panjang gelombang 540 nm karena panjang gelombang yang efektif untuk mengabsorbansi sampel yang berwara hijau. Absorbansi menunjukkan kemampuan menyerap cahaya suatu zat. Semakin pekat warna suatu zat, semakin banyak zat yang terkandung di dalamnya dan semakin tinggi pula nilai absorbansinya.
Berdasarkan tabel 3 hasil yang didapat adalah pada tabung 1 dengan pH 5 mendapatkan OD 0,081 Ǻ dan ANR 475,35 μ mol/gr/jam; pada tabung 2 dengan pH 6 mendapatkan OD 0,083 Ǻ dan ANR 487,09 μ mol/gr/jam; pada tabung 3 dengan pH 7 mendapatkan OD 0,089 Ǻ dan ANR 522,30 μ mol/gr/jam; pada tabung 4 dengan pH 8 mendapatkan OD 0,083 Ǻ dan ANR 487,09 μ mol/gr/jam; dan pada tabung 5 dengan pH 9 mendapatkan OD 0,087 Ǻ dan ANR 510,56 μ mol/gr/jam. Dari hasil yang didapat pH 7 memiliki nilai ANR terringgi. Hal ini berarti pada pH 7 nitrat makin banyak tereduksi, inilah juga enzim reduktase bekerja secara optimal mereduksi nitrat. Aktivitas enzim nitrat reduktase akan optimal yaitu kecepatan reaksinya besar sehingga reaksi berlangsung cepat dan menghasilkan produk yang lebih besar.




V.  KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Waktu yang dibutuhkan untuk hidrolisa amilum pada enzim amilase dari saliva adalah 1 menit dan pada perlakuan diinkubasi diwaterbath dengan suhu 35 oC dan suhu ruang 27 oC.
2.      Pada pengujian pengaruh pH dan suhu pada reduksi nitrat oleh enzim nitrat reduktase didapat hasil akhir tabung 1 bening kekuningan dengan waktu 15 menit, tabung 2 pink dengan waktu 3 menit, tabung 3 warna akhir pink dalam waktu 3 menit, tabung 4 warna akhir kuning bening dalam waktu 9 menit.
3.      Pada uji penetuan pH optimum enzim nitrat reduktase pada pH 1 dengan OD 0,081 Ǻ dan ANR 475,35; pada pH 2 dengan OD 0,083 Ǻ dan ANR 487,095; pada pH 3 dengan OD 0,089 Ǻ dan ANR 522,30; pada pH 4 dengan OD 0,083 Ǻ dan ANR 487,09; dan pada pH 5 dengan OD 0,087 Ǻ dan ANR 510,56;




DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., dan Winarni, E. W. 2007. Biologi 3. Esis, Jakarta.
Daintith, J. 2008. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga, Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Fox, P.F. 1991. Food Enzymology Volume 2. Elsevier Applied Science, London.
Gaman, P.M., dan Sherrington, K. B. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada – Press, Yogyakarta.
Lehninger, L.A. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Montgomery, R. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. UGM-Press, Yogyakarta.
Plamer. 1979. An Introduction to Practical Biochemistry. McGraw-Hill, New Delhi.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI – Press, Jakarta.
Putri, W. D., Haryadi, Marseno, D. W., dan Cahyanto, M. N. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amilolitik Selama Fermentasi Growol Makanan Tradisional Indonesia. Jurnal Teknologi Pertanian 13(1): 52 – 60.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Gajah Mada University – Press, Yogyakarta.
Trenggono. 1989. Biokimia Pangan. UGM – Press, Yogyakarta.
Widmann, F. K. 1992. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wirahadikusuma. 1989. Biokimia Protein dan Asam Nukleat. Penerbit ITB, Bandung.






LAMPIRAN
A.    Perhitungan ANR
ANR =  x  x  x  x (μmol NO2-/gram/jam)

1.      ANR =  x  x  x  x  
= 475,35 μ mol/gr/jam
2.      ANR =  x  x  x  x  
= 487,09 μ mol/gr/jam
3.      ANR =  x  x  x  x  
= 522,30 μ mol/gr/jam
4.      ANR =  x  x  x  x  
= 487,09 μ mol/gr/jam
5.      ANR =  x  x  x  x  
= 510,56 μ mol/gr/jam
Keterangan:
Absorbansi standar: 0,0142
W= 300 mg = 0,3 g
Vm (volume medium)= 5 ml
Va (Volume Alikuot)= 0,4 ml
T= 0,5 jam








B.     Grafik ANR

/>

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 💋 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...