Hello guys, welcome back to my blog 💋
/>
I.
PENDAHULUAN
A.
Judul
Centrifuge
B.
Tujuan
1.
Mengetahui prinsip kerja
centrifuge
2.
Memahami cara penggunaan
centrifuge
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik
dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan
untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering
disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam
suatu sampel (analisis laboratorium) (Rahayu, 2009).
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode
pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan
sederhana dan metode pemisahan kompleks.
1. Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan
cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan
yang relatif sederhana.
2. Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan
kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat,
dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua
atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan
memerlukan proses pemisahan kompleks
(Rahayu, 2009).
Menurut Kamilati (2006), ada berbagai macam
jenis metode pemisahan. Secara umum ada dua macam yaitu, secara kimiawi dan
secara mekanik.
1. Metode pemisahan mekanik:
a. Filtrasi atau penyaringan
merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan
menggunakan alat berpori (penyaring).
b. Sublimasi merupakan metode
pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih
dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.
c. Kristalisasi merupakan metode
pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan.
d. Destilasi merupakan metode
pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh
zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda.
e. Ekstraksi merupakan metode
pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut yang sesuai.
f. Adsorbsi merupakan metode
pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan cara penarikan
bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan
pengadsorbsi.
g. Kromatografi adalah cara pemisahan
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat
tertentu.
h. Sedimentasi adalah proses
pemisahan padatan yang terkandung dalam zat cair oleh gaya gravitasi.
2. Metode pemisahan kimiawi
a. Koagulasi adalah proses
penggumpalan partikel-partikel di dalam campuran sehingga dapat dipisahkan.
Sentrifugasi
merupakan suatu metode yang digunakan dalam pencapaian sedimentasi dimana
partikel-partikel yang ada di dalam suatu bahan yang dipisahkan dari fluida
oleh gaya sentrifugasi yang dikenakan pada partikel. Dalam hal ini, partikel
yang dimaksud adalah solid, gas, atau liquid dan fluida. Dalam penggunaan
metode sentrifugasi ini, terdapat sebuah alat yang penting. Alat yang
diperlukan dalam metode ini adalah sentrifuge. Metode sentrifugasi dimaksudkan
agar segala bentuk proses pemisahan zat dapat dipercepat (Putra, 2010).
Sentrifugasi merupakan metode pemisahan berdasarkna partikel, dimana partikel
dipisahkan dari fluida oleh gaya centrifugal.
Gaya sentrifugal adalah kecenderungan suatu objek untuk
bergerak ke suatu titik tengah. Gaya sentrifugal merupakan gaya fiktif. Gaya
fiktif disini maksudnya adalah bahwa gaya sentrifugal merupakan efek samping
dari adanya percepatan, bukan akibat dari percepatan. Tidak ada gaya nyata yang
berarah ke luar pada benda yang bergerak melingkar, yang ada adalah massa
inersia benda tersebut berusaha mempertahankan arah gerak dalam lintasan lurus
yang mengakibatkan bergeser makin jauh dari pusat gerak melingkarnya. Besarnya
gaya sentrifugal (Fr) dipengaruhi oleh massa (m), kecepatan anguler (V), dan
jari-jari putaran (R). Besar dari Fr ini diperoleh dengan cara menggerakkan m
dengan kelajuan konstan V. Besarnya kecepatan anguler (V) dapat juga diperoleh
dengan jalan mengamati putaran untuk selang waktu tertentu lalu mengalikannya
dengan banyaknya putaran tiap detik (frekuensi) dengan 2Ï€ (Ruwanto, 2006).
Menurut
Sumardjo (2009), centrifuge dapat diklasifikasikan menurut ketentuan tertentu,
antara lain:
1.
Berdasarkan kecepatan putaran
a.
Sentrifuge kecepatan sedang : < 6.000 rpm
b.
Sentrifuge kecepatan tinggi : 6.000-20.000 rpm
c.
Ultrasentrifuge : 20.000-100.000 rpm
2.
Berdasarkan temperatur pemisahan
a.
Sentrifuge suhu kamar (contoh: sentrifuge
meja)
b.
Sentrifue dengan pengatur suhu
(contoh: dingin=refrigerated centrifuge)
3.
Berdasarkan fungsinya
a. Sentrifuge preparatif: pemisahan
komponen biologis untuk dianalisis lebih lanjut.
b. Sentrifuge analatik: pengujian
sifat bahan partikel atau makromolekul yang murni, dapat mengetahui kemurnian
bahan, berat molekul, dan bentuknya.
Bentuk sentrifus yang paling sederhana
terdiri dari sebuah keranjang berputar. Bahan cair atau bahan cair dan padat
dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal, bahan cair yang
lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang sedangkan
komponen paling ringan bergerak ke tengah-tengah. Di dalam sentrifius pemisahan
bahan cair, piring berbentuk rucut disusun dan memberikan aliran yang lebih halus
dan pemisahan yang lebih baik (Earle, 1969).
Dalam sebuah laboratorium centrifuge
berguna untuk memisahkan partikulat padat dalam cairan misalnya, memisahkan
serum, pemeriksaan Ht (Hematokrit), dan aplikasi yang digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis urine, pemisahan organel sel dari sitoplasma, pemisahan
antara sel dengan plasma darah, dan pemisahan tepung pati dari santan pati. Di
dunia industri penerapan prinsip centrifugasi banyak digunakan contohnya
pengayakan tepung dalam proses pemfilteran, pemisahan gula dan kristal dan
molasses menggunakan gaya sentrifugal (Qayyum, 2013).
Sentrifugasi
adalah suatu teknik pemisahan yang digunakan untuk menisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit. Suspensi ini dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian
difusing. Sentrifugasi yang cepat menghasilakan gaya sentrifugal lebih besar
sehingga partikel tersuspensi mengendap di dasar tabung reaksi kemudian
didekantasi (di pipet) (Yulia, 2009).
Gambar 1. Centrifuge (dokumen pribadi, 2015).
Komponen – komponen
centrifuge antara lain:
1. Penutup: penutup berfungsi untuk menjaga sentrifugasi pada saat proses
pemisahan berlangsung.
2. Indikator kecepatan: berfungsi untuk menunjukan kecepatn centrifuge
pada saat proses berlangsung.
3. Panel kecepatan: untuk mengatir kecepatan centrifuge
4. Pengatur waktu: pengatur waktu centrifuge dan sekaligus menjadi tombol
on/off.
5. Keranjang tabung: digunakan untuk menyimpan tabung yang akan
disentrifugasi. Peletakkan tabung reaksi harus genap dan berhadapan, agar saat
disentrifugasi menjadi seimbang dan tidak kontal,
yang dapat berakibat pecahnya tabung reaksi atau ketidaktepatan data.
Seharusnya, dua sampel tidak boleh disentrifugasi bersamaaan, karena dapat
mengakibatkan perpindahan molekul antar sampel.
Dalam
metode sentrifugasi, prinsip yang digunakan yaitu objek diputar secara
horizontal pada jarak radial dari titik dimana titik tersebut dikenakan gaya.
Pada saat objek diputar, partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpencar
sesuai dengan jenis masing-masing partikel. Gaya yang berperan dalam proses
teknik sentrifugasi ini adalah gaya sentrifugal. Prinsip sentrifugasi ini dapat
bekerja secara optimum jika pengguna dapa memasukkan nilai rpm dan nilai
konsentrasi yang tepat ke dalam alat sentrifugasi (Putra, 2010).
Menurut Surat (2014), prinsip
sentrifugasi didasarkan atas fenomena bahwa partikel yang tersuspensi di dalam
suatu wadah akan mengendap ke dasar wadah karena pengaruh gravitasi. Laju
pengendapan tersebut dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan pengaruh
gravitasi terhadap partikel. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan tabung
berisi suspensi partikel ke dalam rotor suatu mesin sentrifugasi kemudian
diputar dengan kecepatan tinggi. Ada dua macam prinsip sentrifugasi
yang umum digunakan untuk pemisahan partikel berdasarkan atas massa jenis,
ukuran, atau panjang partikel serta densitas partikel. Prinsip tersebut yaitu:
a.
Sentrifugasi zonal
Merupakan teknik pemisahan partikel berdasarkan massa
jenis. Jika partikel terdiri atas beberapa macam partikel yang berbeda ukuran
atau panjangnya, maka setelah disentrifugasi partikel-partikel yang berbeda
ukurannya akan terpisah pada lapisan-lapisan (zone) yang berbeda pada tabung
sentrifugasi.
b.
Sentrifugasi keseimbangan gradien
densitas
Dalam teknik sentrifugasi ini, partikel berada di dalam
suatu cairan yang densitasnya bergradien dari atas ke bawah. Setelah
disentrifugasi, partikel di dalam cairan tersebut akan berada di lapisan cairan
yang densitasnya sama dengan densitas partikel tersebut. Meskipun
disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat besar, partikel tersebut tidak akan
mengendap melalui lapisan cairan yang densitasnya lebih tinggi daripada
partikel tersebut. Prinsip sentrifugasi semacam ini disebut sentrifugasi
keseimbangan gradien densitas.
Pemisahan
2 macam bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan bahan padat
secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi terhadap komponen.
Kadang pemisahan ini bisa sangat lambat oleh karena berat spesifik komponen
sangat tidak berbeda nyata atau oleh karen agaya yang menahan komponen dalam
ikatan, misalnya sebagai yang terjadi dalam emulsi. Juga dalam peristiwa
pengendapan, tidak terlihat batas yang jelas antar komponen, tetapi suatu
lapisan yang bergabung. Dengan maksud meningkatkan kecepatan pemisahan gaya
sentrifugasi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan gaya terhadap komponen
(Earle, 1969).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sentrifugasi adalah:
a.
Berat molekul (BM): semakin tinggi BM, maka
kecepatan juga makin tinggi.
b.
Bentuk partikel: partikel yang bentuknya lebih
kompak akan bergerak lebih cepat dibandingkan partikel tidak kompak dengan BM
yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gesekan antar partikel.
Sampel yang digunakan dalam percobaan kali
ini adalah tepung ketan, tepung sukun, dan tepung maizena. Tepung ketan
merupakan tepung yang dibuat dari beras ketan. Beras ketan yang telah dicuci,
lalu ditiriskan dan dimasukkan ke penggilingan maka akan menghasilkan tepung
ketan. Untuk penggunaan lebih lanjut, sebaiknya tepung ketan jangan disimpan
terlalu lama ketika akan digunakan untuk membuat makanan. Tepung ketan (Oryza
sativa qlutinous) mengandung karbohidrat yang cukup tinggi,yaitu sekitar
80%. Selain karbohidrat, kandungan dalam ketan adalah lemak sekitar 4%,
protein 6%, dan air 10%. Karbohidrat di dalam tepung ketan terdapat dua
senyawa, yaitu amilosa dan amilopektin dengan kadar masing-masing sebesar 1%
dan 99% (Hanifa dan Luthfeni,
2006).
Tepung
maizena adalah tepung berwarna putih yang terbuat dari saripati biji jagung.
Pati jagung merupakan sumber kabohidrat yang biasa digunakan sebagai bahan
pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi, dan lain-lain. Tepung ini
jarang digunakan sebagai bahan utama pembuatan cake, namun seringkali menjadi bahan pelengkap untuk mendapatkan
tekstur sempurna. Dalam pembuatan biskuit, maizena biasanya dipakai sebagai
bahan pembantu untuk merenyahkan biskuit. Sedangkan untuk pembuatan cake, maizena berfungsi untuk membantu
melembutkan cake. Komposisi amilosa
dan amilopektin tepung maizena adalah 24% dan 76%. (Hanifa, 2006).
Perbedaan
dari ketiga tepung ini adalah susunan amilumnya. Dimana kadar amilosa dalam
beras ketan sangatlah kecil, sementara dalam tepung maizena hampir 25%nya
adalah amilosa. Menurut Gaman (1992), komponen utama pati beras ketan adalah
amilopektin, sedangkan kadar amilosanya hanya berkisar antara 1-2% dari kadar
pati seluruhnya. Beras yang mengandung amilosa lebih besar dari 2 % disebut
beras biasa atau bukan beras ketan. Pemasakan akan mengubah sifat beras ketan
menjadi sangat lengket dan mengkilat. Sifat ini tidak berubah dalam penyimpanan
beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Secara umum, bahan dengan kandungan
amilopektin yang lebih tinggi akan memiliki nilai BM yang lebih tinggi pula
(Halim dkk., 2010; Sumardjo, 2009).
Tepung sukun
memiliki kandungan karbohidrat, vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Sukun
memiliki mineral dan vitamin yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan beras,
tetapi kalorinya lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk makanan diet.
Kandungan gizi tepung sukun yang tinggi ini dapat dimanfaatkan untuk menambah
nilai gizi produk makanan seperti non
flacky
crackers. Kadar amilosa pada tepung
sukun sebesar 22,52% dan
amilopektin 77,48%. Amilosa akan
mempengaruhi kekerasan dan amilosa
mempengaruhi kekenyalan. Bahan
pengisi yang memiliki kadar pati tinggi seperti buah sukun
dapat meningkatkan stabilitas emulsi
dengan cara meningkatkan daya
ikat air dan lemak (Pearson dan Tauber, 1984).
Tepung beras
merupakan bahan pokok yang sangat penting dalam pembuatan kue-kue Indonesia.
Dengan munculnya tepung beras yang halus dan kering dipasaran, maka tepung
beras untuk pembuatan kue-kue sangat mudah untuk didapat. Kualitas kue yang
dibuat dari tepung beras yang baru ditumbuk lebih baik dibandingkan dengan kue
yang dibuat dari tepung beras kering yang banyak dijual dipasaran. Beras yangn
baik adalah beras yang butirannya keras dan utuh serta kering, Dalam pembuatan
tepung beras, tepung beras yang baik adalah tepung beras yang tidak dicampur dengan
bahan-bahan lain, terutama bahan pengawet (Dahlan, 2009).
Tepung pisang adalah hasil penggilingan buah pisang kering (gaple
pisang). Pembuatan tepung pisang mudah dilakukan, dan biayanya tidak mahal.
Pengolahan pisang menjadi tepung pisang mempunyai beberapa keunggulan yaitu
daya simpan lebih lama, mudah diolah menjadi makanan, dapat diformulasikan
menjadi beberapa bentuk olahan kue, dan sifatnya mudah dicerna sehingga aman
untuk konsumsi lansia dan anak-anak (bayi). Kandungan amilosa tepung pisang adalah
24,7% dan amilopektin adalah 52,4% (Yudanti dkk.,2015).
Tepung
sagu mengandung amilosa dan amilopektin yang dapat mempengaruhi daya larut dari
pati sagu dan suhu gelatinisasi. Adapun kadar amilosa pada pati sagu adalah 27%
dan amilopektinnya adalah 73% dan pada konsentrasi yang
sama, pati sagu mempunyai viskositas yang tinggi dibandingkan pati serealia yang
lain (Wattimena dkk., 2013).
III.
METODE
A.
Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada saat
praktikum adalah centrifuge, tabung falcon, gelas beker, pipet tetes, pipet
ukur, pro pipet, timbangan elektrik, gelas pengaduk, rak tabung reaksi. Bahan –
bahan yng digunakan adalah tepung ketan, maizena, sukun sagu, tepung beras,
tepung pisang, aquades.
B.
Cara Kerja
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan hasil yang didapat
sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Pengukuran Centrifuge
Jenis tepung
|
Jumlah endapan
|
Warna endapan
|
Ketan
|
++++++
|
++
|
Maizena
|
++++
|
+++
|
Sukun
|
+++++
|
++++++
|
Sagu
|
++
|
+++++
|
Beras
|
+
|
++++
|
Pisang
|
+++
|
+
|
Keterangan: ++++++ =
paling banyak; + = paling sedikit
B.
Pembahasan
Metode pemisahan merupakan suatu cara
yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok
senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik
dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan
untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering
disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam
suatu sampel (analisis laboratorium).
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah centrifuge Hettich EBA 3S Prinsip sentrifugasi didasarkan atas fenomena bahwa partikel
yang tersuspensi di dalam suatu wadah akan mengendap ke dasar wadah karena
pengaruh gravitasi. Laju pengendapan tersebut dapat ditingkatkan dengan cara
meningkatkan pengaruh gravitasi terhadap partikel. Hal ini dapat dilakukan
dengan menempatkan tabung berisi suspensi partikel ke dalam rotor suatu mesin
sentrifugasi kemudian diputar dengan kecepatan tinggi. Ada
dua macam prinsip sentrifugasi yang umum digunakan untuk pemisahan partikel
berdasarkan atas massa jenis, ukuran, atau panjang partikel serta densitas
partikel.
Gambar 1. Centrifuge Hettich EBA 3S (dokumen pribadi, 2015).
Komponen – komponen
centrifuge antara lain:
1. Penutup: penutup berfungsi untuk
menjaga sentrifugasi pada saat proses pemisahan berlangsung.
2. Indikator kecepatan: berfungsi
untuk menunjukan kecepatn centrifuge pada saat proses berlangsung.
3.
Panel kecepatan: untuk mengatir
kecepatan centrifug
4.
Pengatur waktu: pengatur waktu
centrifuge dan sekaligus menjadi tombol on/off.
5. Keranjang tabung: digunakan untuk
menyimpan tabung yang akan disentrifugasi. Peletakkan tabung reaksi harus genap
dan berhadapan, agar saat disentrifugasi menjadi seimbang dan tidak kontal, yang dapat berakibat pecahnya
tabung reaksi atau ketidaktepatan data. Seharusnya, dua sampel tidak boleh
disentrifugasi bersamaaan, karena dapat mengakibatkan perpindahan molekul antar
sampel.
Cara
pengoperasian centrifuge, larutan yang akan dimurnikan dipersiapkan terlebih
dahulu dan dimasukkan ke dalam tabung falcon, setelah itu centrifuge
dihubungkan dengan sumber listrik dan centrifuge dinyalakan. Penutup centrifuge
dibuka dengan menekan tombol open, kemudian tabung falcon dimasukkan ke dalam centrifuge.
Tabung falcon diletakan secara seimbang di dalam centrifuge dan berat tiap
tabung falcon harus sama. Penutup centrifuge kembali ditutup, lalu diatur
kecepatannya 3000 rpm dan waktu diatur selama 3 menit dengan memutar tombol
timer yang sekaligus menjadi tombol on/off centrifuge. Setelah pemisaha selesai
tekan tombol open dan ambil semua tabung yang dimurnikan.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pengoperasian centrifuge:
1. Centrifuge harus diletakkan dalam posisi yang datar air, agar pada
saat pemisahan sampel yang berada di dalam alat tidak tumpah.
2.
Bersihkan dinding bagian dalam dengan larutan antiseptic setiap minggu
atau bila tumpahan atau ada tabung yang pecah.
3.
Gunakan tabung dengan ukuran dan type yangsesuai untuk tiap centrifuge.
4.
Beban harus dibuat seimbang sebelum centrifuge dijalankan.
5. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang sebelum
centrifuge dijalankan.
6. Periksa bantalan pada wadah
tabung. Bila bantalan tidak ada maka tabung mudah pecah waktu dicenrifuge
karena adanya gaya setrifugal yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah.
7. Pada saat pengoperasian penutup
tidak boleh dibuka
8.
Tidak boleh menghentikan secara paksa pada saat proses berlangsung
Berdasarkan percobaan yang dilakukan hasil
yang didapat jumlah endapan yang paling banyak sampai paling sedikit adalah
ketan, sukun, maizena, pisang, sukun, dan beras. Tepung ketan memiliki jumlah
air yang lebih tinggi dalam sistem adonan karena ukuran pati kecil (3 – 8
mikron) sehingga mengabsorbsi air lebih sedikit (Hanifa dan Luthfeni, 2006) dan
kandungan amilosa pada ketan lebih rendah. Bahan dengan kandungan amilopektin
yang lebih tinggi akan memiliki nilai berat molekul yang lebih tinggi pula. Kandungan
amilopektin pada tepung keta adalah 99%, selain densitas partikel lebih padat
dari medium sehingga tejadi endapan.
Hasil tepung warna yang paling gelap ke terang
adalah sukun, sagu, beras, maizena, ketan, dan pisang. Tepung sukun memiliki
endapan berwarna coklat dibanding tepung yang lain karena kandungan amilopektin
yang lebih tinggi akan memiliki nilai berat molekul ysng lebih tinggi pula. Tepung
pisang memiliki endapan putih dan jumlah cukup banyak. Hal ini karena densitas
partikelnya yang kurang padat dari medium sehingga endapan yang terbentuk
sedikit selain itu karena memiliki ukuran partikel yang
kecil sehingga diperlukan waktu yang lama dalam proses sentrifugasi. Semakin
lama waktu yang digunakan, kecepatan akan semakin tinggi. Semakin tinggi
kecepatan semakin banyak pula putaran dan partikel makin mudah terpisah dengan
fluida dan mengendap karena adanya gaya gravitasi (Yuwono,
2005).
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
percobaan, kesimpulan yang didapat:
1. Prinsip kerja centrifuge adalah partikel yang
tersuspensi di dalam suatu wadah akan mengendap ke dasar wadah karena pengaruh
gravitasi.
2.
Cara penggunaan centrifuge adalah menghubungkan alat
dengan arus listrik terlebih dahulu. Setelah itu penutupnya dibuka lalu
memasukan sampel kedalam keranjang tabung dengan keadaan seimbang antara
sisinya dengan jumlah tabung genap. Penutupnya diturunkan kemudian kecepatan dan waktu sentrifugasi diatur
pada panel pengatur kecepatan dan pengatur waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan.
2009. Tepung Beras. http://dahlanforum.wordpress.com.
09 November 2015.
Earle, R.L., 1969. Satuan
Operasi Dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya, Bogor.
Gaman,
P. M., dan Sherrington, K. B. 1992. Pengantar
Ilmu Pangan dan Mikrobiologi Edisi Kedua. UGM, Yogyakarta.
Halim, A., Ben, E. S. dan Zulinais. 2010. Makalah: Studi Awal Pemisahan Amilosa dan
Amilopektin Pati Singkong Dengan
Fraksinasi Butanol – Air. Universitas Andalas, Padang.
Hanifa,
N., dan Luthfeni. 2006. Aneka Makanan
Kecil. Azka Press, Bandung.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/DIDAH%20RAHAYU%20(0606371)/halaman_10.html. 09
November 2015.
Kamilati, N. 2006. Mengenal Kimia.
Yudhistira, Jakarta.
Pearson,
A. M., dan Tauber, F. W. 1984. Proced Meats. AVI Publishing Company,
Inc.Westport, Connecticut.
Putra,
I. 2010. Sentrifugasi. www.scribd.com/doc/19309603/SENTRIFUGASI. 09 November
2015.
Qayyum,
N. 2013. Aplikasi sentrifugasi. Universitas Brawijaya Malang Fakultas Teknologi
Pertanian, Malang.
Rahayu,
D. 2009. Pemisahan Campuran. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/DIDAH%20RAHAYU%20(0606371)/halaman_10.html.
09
November 2015.
Ruwanto,
B. 2006. Asas-Asas Fisika 1A.
Yudhistira, Jakarta.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar
Kimia Buku Panduan Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas
Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Surat.
2014. Perbandingan Metode Ekstraksi Kadar Aspal Alat Centrifuge Extraktor
dengan Reflux. Jurnal Intekna, 14(1): 1 – 10.
Wattimena, M.,
Bintoro, V. P., dan Mulyani, S. 2013. Kualitas Bakso Berbahan Dasar Daging Ayam
Dan Jantung Pisang Dengan Bahan Pengikat Tepung Sagu. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan2 (1) : 36 – 39.
Yulia, A. M. 2009. Prinsip Perbedaan Ukuran
Partikel. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Meggy%20Yulia%20A%20060221/prinsip_perbedaan_ukuran_partikel.html.
09 November 2015.
Yuwono,
T. 2005. Biologi Molekular. Erlangga,
Jakarta.