Friday, November 2, 2018

Laporan Praktikum HPLC

Hello guys.. Welcome Back to My blog 💋



I.  PENDAHULUAN

A.  JUDUL
High Performance Liquid Chromathogaphy
B.  TUJUAN
1.    Mempelajari prinsip kerja HPLC
2.    Menghitung konsentrasi suatu senyawa dalam sampel dengan menggunakan metode regresi linier


II.  TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan senyawa-senyawa organic dan anorganik. Metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa-senyawa sejenis. Ada beberapa metode kromatografi, salah satunya adalah metode kromatografi cair yang memanfaatkan fase gerak cair untuk menggeser sampel sepanjang kolom partisi yang diisi oleh pengabsorbsi padat atau zat padat yang diselimuti cairan seperti dalam HPLC (Khopkar, 2003).
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa-senyawa sejenis. Ada beberapa metode kromatografi, salah satunya adalah metode kromatografi cair yang memanfaatkan fase gerak cair untuk menggeser sampel sepanjang kolom partisi yang diisi oleh pengabsorbsi padat atau zat padat yang diselimuti cairan seperti dalam HPLC (Khopkar, 2003).
Menurut Johnson dan Stevenson (1991), ada beberapa jenis kromatografi:
1.      Kromatografi Cair-Padat
Cara ini didasarkan pada penjerapan linarut pada penjerap polar seperti silika gel atau alumunium.Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu bentuk kromatografi cair-padat.
2.      Kromatografi partisi
Cara ini didasarkan pada partisi linarut antara dua pelarut yang tidak bercampur, salah satunya diam (fase diam) dan yang lainnya bergerak (fase gerak). Pada tahapan awal, fase diam dibuat dengan cara yang sama seperti membuat penyangga kromatografi gas. Fase diam (polar dan non polar) disalutkan pada penyangga lembam dan dikemas ke dalam kolom.Kemudian fase gerak dialirkan melalui kolom.Bentuk kromatografi partisi ini disebut dengan kromatografi cair-cair.
3.      Kromatografi pertukaran ion
Cara ini didasarkan pada pertukaran ion antara fase gerak dan titik ion pada kemasan.Banyak damar yang diperoleh dari kopolimer stirena divinilbenzena yang telah ditambahi gugus fungsi.Damar jenis asam sulfonat dan jenis amina kuartener merupakan pilihan terbaik untuk sebagian besar pemakaian.Baik fase terikat atau damar telah digunakan.Cara tersebut banyak dipakai dalam ilmu hayat, contohnya pemisahan asam amino, dan dapat pula dipakai untuk kation dan anion.
4.      Kromatografi eksklusi
Arti pemisahan ini didasarkan pada ukuran molekul linarut.Kemasannya berupa gel dengan permukaan berpori yang lembam. Molekul kecil dapat memasuki jaringan pori tersebut dan tertahan di dalam fase gerak yang tidak mengalir. Molekul yang lebih besar tidak dapat memasuki jaringan dan mereka melalui kolom tanpa ditahan.
5.      Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fase stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair). Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fase mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini (Khopkar, 2003).
6.      HPLC
Untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bila zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fase mobil ke dalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
HPLC adalah metode kromatografi cair yang menggunakan fase gerak dan fase diam untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi utama yaitu, HPLC yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metode reversed-phase dan normal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi absorbtif (dapat menyerap) utnuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran (Wiryawan, 2011).
HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid Chromatography, yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari fase diam (yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia tertentu) dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah gravitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm.
Prinsip kerja dari HPLC adalah dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detector. Kemudian cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC (Khopkar, 2003).
               HPLC biasanya menggunakan kolom dengan diameter yang kecil yaitu 2-8 mm dan memiliki ukuran penunjang partikel 50 mm. Sedangkan laju aliran dipertinggi dengan tekanan yang tinggi. HPLC digunakan untuk isolasi zat-zat yang tidak dapat atau tidak mudah menguap dan untuk zat-zat yang secara thermal stabil. Luas puncak kromatografi dipengaruhi oleh perpindahan massa yaitu difusi Eddy, difusi longitudinal, dan transfer massa tidak seimbang. Efisiensi pemisahan akan semakin baik bila partikel penunjang berukuran kecil (Khopkar, 1990).
Menurut Adnan (1997), komponen utama HPLC antara lain :
1.    Reservoir pelarut
Zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tempat pelarut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut.
2.    Pompa
Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobil dengan kecepatan dan tekanan tetap. Gangguan pada pompa dapat disebabkan oleh perawatan yang kurang teratur.
3.    Injektor
Pada sampel diinjeksikan dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat menggunakan syringe.

4.    Kolom
Ukuran kolom yang umum dipakai adalah dengan panjang 10-25 cm dan berdiameter 4,5-5,0 mm, yang diisi dengan fase stasioner berukuran rata-rata 5-10 mikrometer dan dibuat dari logam stailessstccl.
5.    Detektor
Detektor digunakan untuk mendeteksi suatu zat atau sample. Sifat-sifat detektor yang diperlukan adalah mempunyai spesifitas tinggi, bersifat linear untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendetek dieluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatogram.
HPLC terdiri dari dua fase yang pertama adalah fase diam/stasioner, pada fase ini senyawa-senyawa polar dalam campuran yang melalui kolom akan melekat lebih lama pada silica (diatome) yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom, yang kedua merupakan fase gerak. Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom (Clark, 2007).
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
1.       tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
2.       kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran partikel)
3.       komposisi yang tepat dari pelarut
4.       temperatur pada kolom
Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui informasi tentang identitas kimia dari alat dalam suatu sampel, sedangkan analisa kuantitatif untuk mengetahui jumlah dan konsentrasi alat tersebut dalam sampel. Tentu saja informasi kualitatif diperlukan sebelum dapat melakukan analisa kuantitatif. Proses separasi biasanya diperlukan baik untuk analisa kualitatif atau analisa kuantitatif. Sebelum memulai pembuatan metode analisa, perlu untuk mengetahui labih jauh tentang sifat-sifat sample, tujuan analisa, berapa jumlah sample yang nantinya akan dianalisa dengan metode terkait, serta perlu dilihat jenis instrument HPLC yang dimiliki (Riyadi, 2009).
HPLC ini menggunakan metode regresi linier. Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen, prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu, disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1 variabel bebas, disebut sebagai regresi linier berganda (Johnson, 2002).
Menurut Adnan (1997), HPLC memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1.    HPLC dapat menangani senyawa-senyawa yang stabilitasnya terhadap suhu terbatas, begitu juga volatilitasnya bila tanpa menggunakan derivatisasi.
2.    HPLC mampu memisahkan senyawa yang sangat serupa dengan resolusi yang baik.
3.    Waktu pemisahan dengan HPLC biasanya singkat, sering hanya dalam waktu 5-10 menit, bahkan kadang-kadang kurang dari 5 menit untuk senyawa sederhana.
4.    HPLC dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dengan baik dan dengan presisi yang tinggi, dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.
5.    HPLC juga merupakan teknik analisis yang peka.
Menurut Arindradita (2009), kerugian dari penggunaan HPLC yaitu :
1.    Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dulu
2.   Hanya bisa digunakan untuk asam organik
3.   Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradien elusi
4.    Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas.
          Paracetamol adalah obat penurun panas untuk penderita demam (Werner, 2010). Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tidak digunakan sebagai antirematik (DechaCare, 2012).Menurut Prawira (2010), parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal, demam, dan sakit ringan. Parasetamol disebut juga -hydroxyacetanilide atau N-acetyl-p-aminophenol dengan struktur kimia yaitu:

           Paracetamol berwarna putih, bubuk kristalnya tidak berbau tajam dengan rasa yang pahit, dapat larut dalam 70 bagian dari air (1 dalam 20 air mendidih), 7 bagian dalam alkohol 95%, 13 bagian dalam aseton, 40 bagian dalam glycerol, 9 bagian dalam propylene glycol, 50 bagian dalam chloroform, atau 10 bagian dalam methyl alkohol. Paracetamol juga dapat larut dalam pelarut yang alkali hydroxide. Paracetamol tidak dapat larut dalam benzena dan eter. Pada pelarut yang penuh dengan air mempunyai pH kira-kira 6 dan ini merupakan keadaan yang stabil tetapi stabilitas akan turun dalam kondisi asam atau basa, paracetamol akan perlahan-lahan diuraikan menjadi acetic dan p-aminophenol. Paracetamol digunakan dalam berbagai resep analgesik salesma dan flu. Parasetamol aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati over dosis, obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik  yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat anti radang. Jadi, parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu penggumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada janin (Satria dkk., 2014).
             Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Secara umum, pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan golongan metabolit sekunder. Metanol merupakan bahan dasar senyawa formaldehid (formalin), suatu senyawa yang digunakan untuk mengawetkan spesimen dalam biologi. Metanol juga bahan baku untuk mensintesis senyawa lain seperti metil butirat (ester pemberi aroma). Meskipun banyak manfaatnya, tapi metanol ini bersifat toksik. Dalam jumlah yang sedikit (sekitar 15 ml) metanol dapat menyebabkan kebutaan, dalam jumlah banyak metanol dapat menyebabkan kematian (Sutresna, 2007).
           Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol – alkohol lain, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit larut dalam lemak dan minyak. Secara fisika metanol mempunyai afinitas khusus terhadap karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Titik didih metanol berada pada 64,7 oC dengan panas pembentukan (cairan) –239,03 kJ/mol pada suhu 25 oC . Metanol mempunyai panas fusi 103 J/g dan panas pembakaran pada 25 oC sebesar 22,662 J/g. Tegangan permukaan metanol adalah 22,1 dyne/cm sedangkan panas jenis uapnya pada 25 oC sebesar 1,370 J/(gK) dan panas jenis cairannya pada suhu yang sama adalah 2,533 J/(gK) [4]. Sebagai alkohol alifatik yang paling sederhana dengan rumus kimia CH3OH, reaktifitas metanol ditentukan oleh group hidroksil fungsional. Metanol bereaksi melalui pemutusan ikatan C-O atau O-H yang dikarakterisasi dengan penggantian group –H atau –OH. Struktur dari metanol adalah: 
Metanol dapat diproduksi dari dua macam metoda yaitu metoda alamiah dengan cara ekstraksi atau fermentasi, dan metoda sintesis dengan cara sintesis gas hidrogen dan karbon dioksida atau oksidasi hidrokarbon atau dengan cara elektro/radiasi sintesis gas karbon dioksida. Metanol dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku seperti: gas alam, dan batu bara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metanol paling ekonomis diproduksi dari gas alam dibanding dari batu bara (Husin dkk, 2007).

III.          METODE


A.    ALAT DAN BAHAN
Alat – alat yang digunakan pada saat praktikum adalah HPLC, lumpang porselen, corong, kertas saring, gelas beker, lau ukur, timbangan digital, pro pipet, pipet ukur, miliphore membran, erlenmeyer, syiringe, tabung reaksi, rak tabung reaksi, aluminium foil, kertas label, tisu. Bahan – bahan yang digunakan adalah paracetamol dan metanol.

B. CARA KERJA


IV.          HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Metode Regresi Linier Luas Puncak
No.
Konsentrasi Standar (x)
Luas Puncak (y)
X2
x.y
1
50 ppm
47961
2500
2398050
2
100 ppm
67994
10000
6799400
3
150 ppm
119780
22500
17967000
4
200 ppm
249448
40000
49889600

∑ = 125
∑ = 121295,75
∑ = 18750
∑ =
 Tabel 2.
Senyawa
Luas puncak
Waktu Retensi
Cuplikan
39698
6 menit

B.   PEMBAHASAN
HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid Chromatography, yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari fase diam (yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia tertentu) dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah gravitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm (Khopkar, 2003).
Prinsip kerja dari HPLC adalah dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detector. Kemudian cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram kromatografi gas. Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC (Khopkar, 2003). Alat HPLC yang digunakan pada saat praktikum:


Komponen-komponen yang terdapat pada alat HPLC adalah:
1.      Pompa 1, menjaga kestabilan kecepatan aliran dari fase gerak ke fase diam yang dilengkapi dengan tekanan. Pompa satu berisi aquades
2.      Pompa 2, menjaga kestabilan kecepatan aliran dari fase gerak ke fase diam. Pompa dua berisi aquabides atau cairan infus.
3.      Kolom injector, sebagai tempat untuk menginjeksikan sampel ke dalam kolom yang terdapat pada HPLC
4.      Detector, untuk menganalisis sampel yang berupa waktu retensi dan konsentrasi
5.      Monitor, untuk mensetting tekanan dan sebagai input beberapa data lainnya
Menurut Adnan (1997), komponen utama HPLC antara lain :
1.    Reservoir pelarut
Zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tempat pelarut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut.
2.    Pompa
Pompa diperlukan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobil dengan kecepatan dan tekanan tetap. Gangguan pada pompa dapat disebabkan oleh perawatan yang kurang teratur. Pompa terdiri dari dua jenis. Yang pertama berisi aqudes dan pompa kedua berisi aquabides.
3.    Injektor
Pada sampel diinjeksikan dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat menggunakan syringe.
4.    Kolom
Ukuran kolom yang umum dipakai adalah dengan panjang 10-25 cm dan berdiameter 4,5-5,0 mm, yang diisi dengan fase stasioner berukuran rata-rata 5-10 mikrometer dan dibuat dari logam stailessstccl.
5.    Detektor
Detektor digunakan untuk mendeteksi suatu zat atau sample. Sifat-sifat detektor yang diperlukan adalah mempunyai spesifitas tinggi, bersifat linear untuk jangka konsentrasi tertentu dan dapat mendetek dieluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatogram.
             Pada praktikum ini yang pertama kali dilakukan adalah tablet paracetamol digerus dan dibuat konsetrasi 1%. Tablet digerus untuk memperbesar luar permukaan dan memperkecil ukuran tablet. Setelah tablet digerus diambil 0,5 gram dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambah metanol sebanyak 20 ml. Metanol berfungsi sebagai pelarut untuk paracetamol. Kemudian larutan tadi diaduk agar paracetamol tercampur dengan metanol dan dsaring menggunakan kertas saring. Disaring menggunakan kertas saring berfungsi untuk memishkan partikel padat dari larutan atau pelarut. Setelah disaring menggunakan kertas saring, disaring lagi menggunakan milipore atau membran sartorius berukuran 2 Ξm untuk menyaring kembali larutan – larutan mikro yang sehingga dapat tersaring. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditambah metanol sampai tanda batas. Larutan diencerksn dengan dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Larutan diencerkan untuk membuat larutan tadi menjadi larutan standar dan juga untuk membantu pada saat membuat kurva standar. Setelah diencerkan, larutan diambil 1 ml dan dinjeksikan ke HPLC. Sebelum larutan standar diinjeksi, larutan cuplikan diinjeksikan terlebih dahulu. Larutan yang diinjeksikan ke dalam HPLC hanya sedikit saja, jika banyak maka sebagian larutan akan dibuang. Kemudian kurva standar dibuat dan konsentrasi cuplikan ditentukan.
             Pada HPLC ada dua pompa yang berfungsi untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobil dengan kecepatan dan tekanan tetap. Terdapat 2 jenis pada pompa pada HPLC, yaitu pompa pertama yang berisi aquades dan pompa kedua yang berisi aquabides. Aquabides merupakan air destilasi yang digunakan untuk perendaman.  Yang digunakan pada praktikum adalah pompa kedua.  Di dalam pompa ada dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran. Senyawa – senyawa polar dalam campuran yang melalui kolom akan melekat lebih lama pada silica (diatome) yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom (Khopkar, 2003).
Yang kedua merupakan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa – senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hidrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom. Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom (Clark, 2007).
         Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah paracetamol. Paracetamol 4-acetamidophenol dan merupakan obat golongan farmakologi analgesik (penghilang nyeri) dan sekaligus antipiretik (penurun panas) dengan bentuk asli serbuk berwarna putih dan kurang larut dalam air. Paracetamol dipilih karena senyawa tersebut tidak mudah menguap. Apabila menggunakan senyawa yang mudah menguap maka senyawa tersebut tidak dapat terdeteksi secara sempurna karena senyawa tersebut telah habis menguap sebelum selesai dideteksi. Paracetamol yang berfungsi sebagai fase diam, sedangkan fase diam adalah metanol yang sebagai pelarut paracetamol.
          Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan luas puncak sebagai berikut: pada larutan standar 50 ppm, luas puncak sebesar 47961; pada larutan standar 100 ppm, luas puncak sebesar 67994; pada larutan standar 150 ppm, luas puncak sebesar 119780; dan pada larutan standar 200 ppm, luas puncak sebesar 248448. Dari hasil yang didapat konsentrasi berpengaruh terhadap luas puncak. Semakin besar konsentrasi, semakin besar luas puncak.  Hasil yang didapat menggunakan perhitungan didapatkan persamaan linier y = bx + a, sehingga dicari konsentrasi larutan x. Luas puncak berdasarkan hasil perhitungan adalah 40,24. Hasil berdasarkan grafik sama dengan perhitungan. Hal ini menunjukan akurasi pada saa perhitungan.


V.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Prinsip kerja HPLC adalah fase gerak akan membawa sampel ke fase diam di dalam kolom pemisah kemudian dianalisis oleh detektor.
2.      Untuk metode regresi linier larutan standar 50 ppm, luas puncak sebesar 47961; pada larutan standar 100 ppm, luas puncak sebesar 67994; pada larutan standar 150 ppm, luas puncak sebesar 119780; dan pada larutan standar 200 ppm, luas puncak sebesar 248448.
  


DAFTAR PUSTAKA

Arindradita. 2011. High Performance Liquid Chromatography.
Clark, J. 2007.Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_cair_kinerja_tinggi_hplc/. 1 November 2012.
Husin, H., Mairiza, L., dan Zuhra. 2007. Oksidasi Parsial Metana Menjadi Metanol dan Formaldehida Menggunakan Katalis CuMoO3/SiO2. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 6(1) : 21 – 27.
Johnson, R, A. 2002. APPLIED MULTIVARIATE STATISTICAL ANALYSIS. Fifth Ed. PrenticeHall, Inc. New Jersey.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.
Prawira, A. 2010. Dosis Paracetamol Bagi Anak. http://blogs.unpad.ac.id. 13        November 2010.
Satria, R. G., Sumiarto, B., dan Trisyono, A. 2014. Pengoptimalan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Analisis Senyawa Deltamethrin sebagai residu dalam Produk Asal Hewan. Jurnal Kedokteran Hewan, 8(1) 68 – 51.
Stevenson, R. dan R Johnson, L. E. 1991. Dasar Kromatografi Cair. ITB, Bandung.  
Sutresna, N. 200. Kimia. Grafindo Media Pratama, Jakarta.


Soooo, that's it.. Semoga membantu 😊
jgn lupa coment yaa 😉
/>

No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 💋 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...