Tuesday, October 30, 2018

Laporan Praktikum Rotary Evaporator

Hello Guys, Welcome back to my blog 😀


I.     PENDAHULUAN

A.  Judul
Rotary Evaporator
B.   Tujuan
1.    Mengetahui prinsip kerja dari rotary eveporator
2.    Mengetahui prinsip ekstrasi senyawa vacuum
3.    Menentukan kadar eksraktif pigmen warna daun pandan

  
II.  TINJAUAN PUSTAKA

Di antara beberapa jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik karena pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip  metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar kedua pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan persiapan, pemurnian, pemisahan, serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2003). 
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun, sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya (Utami, 2010).
Menurut Bernasconi (1995), beberapa istilah yang digunakan dalam ekstraksi adalah :
1.      Bahan ekstraksi                 : campuran bahan yang akan diekstraksi.
2.      Pelarut ekstraksi                : cairan yang digunakan dalam ekstraksi.
3.      Ekstrak                              : bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi.
4.      Larutan ekstrak                 : pelarut setelah proses pengambilan ekstrak.
5.      Rafinat                              : bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya.
6.      Ekstraktor                         : alat ekstraksi.
7.      Ekstraksi padat-cair          : ekstraksi dari bahan padat.
8.      Ekstraksi cair-cair             : ekstraksi dari bahan yang cair

Klasifikasi ekstraksi memang sangat bermacam-macam dan banyak jenisnya. Namun, secara umum ekstraksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekstraksi mekanik dan khemis. Ekstraksi mekanik merupakan proses kimia dengan prinsip ekstraksi biomassa menjadi energi dengan memberikan tekanan atau peremasan biomassa sehingga kandungan minyak akan keluar. Ekstraksi mekanik bisa disebut juga sebagai proses pemisahan cairan dari padatan yang sebelumnya telah diperlakukan pengecilan ukuran dan pemasakan pada sampel yang akan diekstrak. Hasil akhir yang diperoleh pada proses ekstraksi adalah cairan, sedangkan sisa dari proses ini berupa ampas yang masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain. Ekstraksi khemis adalah pemisahan komponen berdasarkan sifat kimianya dan dibagi menjadi dua macam, yaitu rendering dan rolvent extraction (Pambudi, 2008).
Ekstraksi dengan pelarut dikenalkan oleh Millon pada tahun 1858, tetapi gagal karena penahan pelarut tidak dapat terbuang dan dapat digunakan secara komersial karena bahan pelarut ini tidak terbuang dan dapat digunakan berulang kali. Sampai sekarang ini masih dipakai dengan menggunakan bahan-bahan pelarut yang lazim seperti kloroform, eter acetone, alkohol dan eter minyak bumi (Humbarger, 2009).
Alkohol 95 % yang digunakan dalam percobaan ini adalah untuk maserasi atau merendam daun pandan dan digunakan untuk pelarut agar zat-zat kimia seperti klorofil dan minyak atsiri yang terdapat dalam daun pandan dapat larut dalam alkohol. Zat terlarut dari daun pandan yang terdapat dalam alkohol dapat dipisahkan dengan alat rotary evaporator yang menggunakan prinsip ekstraksi vacum. Perendaman bertujuan agar klorofil pada daun pandan dapat larut pada alkohol.
Menurut Underwood (1986), dalam ekstraksi berlaku hukum distribusi yaitu apabila suatu zat terlarut membagi menajdi dua cairan yang tidak dapat bercampur, ada suatu hubungan yang pasti akan konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Nersnt pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi pada tahun 1891, ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat campur sedemikian rupa sehingga, angka banding konsentrasi paada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu : A1/A2 = Tetap  
            Selain itu ada satu hukum yang berlaku dalam ekstraksi yaitu hukum ”Like Dissolves Like” yang artinya senyawa polar hanya akan larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa non-polar akan larut dalam pelarut non polar (Underwood, 1986).
Rotary evaporator  adalah alat untuk efisiensi penguapan larutan dari sebuah campuran. Alat ini menggunakan prinsip vakum distilasi. Rotary Evaporator lebih disukai karena mampu menguapkan pelarut di bawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi (Firdaus, 2011).
Vaccuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelaturnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan dalam suatu dalam suatu labu yang kemudian dibantu dengan sebuah pemanas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin atau kondensor dan ditampung dalam suatu tempat. Kecepatan alat ini sangat cepat, apabila dibantu dengan vakum (Senjaya dan Surakusumah, 2007).
Prinsip kerjanya adalah memisahkan suatu senyawa atau zat dari sumbernya melalui pemanasan secara vacum. Rotary evaporator yang khas memiliki sebuah pemanasan air untuk menjaga pelarut dari pendinginan selama proses evaporasi. Pelarut dipisahkan secara vacum, ditangkap dengan sebuah kondensator dan dikumpulkan untuk kemudahan pembuangan. Banyak laboratorium menggunakan aspirator air vacum, sehinngga sebuah rotavap tidak dapat digunakan untuk udara dan materi-materi yang sensitif pada air kecuali kalau tindakan pencegahan khusus dilakukan.
Komponen yang utama suatu rotary evaporator adalah suatu sistem ruang hampa, terdiri dari suatu ruang hampa memompa dan suatu pengontrol, suatu botol yang dapat berputar dapat dipanaskan pada rendaman cairan yang dipanaskan, dan suatu pemadat dengan suatu air kondensasi yang mengumpulkan botol. Ini mengijinkan bahan pelarut itu untuk dipindahkan tanpa pemanasan berlebihan. Penguapan di bawah ruang hampa dapat dilakukan suatu rig (minyak) penyulingan standard. Bagaimanapun, aparat penguap yang berputar mempunyai suatu keuntungan kunci. Ketika botol penguapan berputar, cairan dikeluarkan dari botol dengan gerakan yang sentrifugal. Ini menciptakan suatu area permukaan lebih besar cairan dan karenanya mempertimbangkan penguapan lembut cepat (Mardi, 2005).
Daun pandan merupakan salah satu jenis daun pada tanaman yang mengeluarkan aroma wangi. Aroma khas dari pandan diduga karena adanya senyawa senyawa turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline. Daun ini sering digunakan sebagai pewarna dan pengharum tambahan alami pada makanan. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) memiliki khasiat khusus sebagai tonikum, penambah nafsu makan dan penenang. Kandungan kimia yang terdapat pada daun pandan wangi adalah alkaloid, saponin, flavoida, tanin, polifenol, dan zat warna. Wangi pada daun pandan berasal dari senyawa atsiri dalam daun pandan yang tergolong senyawa aromatik. Senyawa warna pada daun pandan adalah klorofil yang merupakan kelompok warna yang umumnya memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil adalah kelompok pigmen yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya yang memberikan warna hijau pada tumbuhan. Klorofil dapat diperoleh dengan cara mengekstrak daun yang mengandung klorofil seperti daun pandan. Fungsi klorofil adalah untuk fotosintesis pada tumbuhan (Mardiyahningsi dan Aini, 2014).
Pada tumbuhan terdapat pigmen hem yang mengandung bei dan pigmen yang mengandung klorofil. Pelarut polar  seperti benzena tidak dapat memecah klorofil dari bentuk kompleksnya. Pemecahan tersebut hanya dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Telaah turunan klorofil biasanya dilakukan dengan pemurnian. Berdasarkan bobot kering daun hijau maka klorofil yang dikandung kurang lebih 1 % (Robinson, 1995).
Kandungan minyak atsiri pada daun pandan berfungsi sebagai antioksidan. Minyak atsiri dari pandan wangi diisolasi dari hasil destilasi uap, dan difraksinasi dalam tiga variasi suhu berbeda.  Minyak atsiri dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Ciri-ciri dari minyak atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu dan sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.



III.             METODE

A.  Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan adalah rotary evaporator, corong, gelas beker, dan erlenmeyer.  Bahan – bahan yang digunakan adalah kertas saring daun pandan, alkohol 95%, dan air.
B.  Cara Kerja




IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil praktikum sebagai berikut:
Tabel Hasil Pengukuran Kadar Ekstraktif
Berat daun
Berat padatan ekstraktif
Kadar %
50 gram
1,964 g
3,9%
B.  Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Selain itu ada satu hukum yang berlaku dalam ekstraksi yaitu hukum ”Like Dissolves Like” yang artinya senyawa polar hanya akan larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa non-polar akan larut dalam pelarut non polar. Ekstraksi vacum dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary evaporator yang memiliki prinsip memisahkan suatu senyawa dari sumbernya dengan pemanasan secara hampa udara.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Rotary Evapotator. Rotary evaporator adalah alat untuk efisiensi penguapan larutan dari sebuah campuran. Rotary evaporator yang khas memiliki sebuah pemanasan air untuk menjaga pelarut dari pendinginan selama proses evaporasi. Pelarut dipisahkan secara vakum, ditangkap dengan sebuah kondensor dan dikumpulkan untuk kemudahan pembuangan. Banyak laboratorium menggunakan aspirator air vakum, sehingga sebuah rotavap tidak dapat digunakan untuk udara dan materi-materi yang sensitif pada air kecuali kalau tindakan pencegahan khusus dilakukan. Prinsip kerja alat ini adalah sampel dimasukkan kedalam tabung rotari dan diuapkan dengan prinsip destilasi sehingga filtrat atau zat terlarut dalam larutan akan tertinggal dan pelarut akan menguap. Evaporasi dibawah vakum dapat dilakukan dengan perlengkapan destilasi standar, sebagaimana labu evaporasi berputar, cairan dipaksa keluar dari labu dengan gerakan sentrifugal. Hal ini menciptakan area permukaan cairan yang lebih besar, dan kemudian terjadi evaporasi yang cepat dan halus. 
Komponen-komponen dari rotary evaporator antara lain:
1.   Labu penguapan, sebagai tempat bahan yang akan diuapkan
2.   Labu penampung, sebagai tempat menampung hasil uap pelarut yaitu alkohol yang telah diuapkan
3.   Kondensor, sebagai tempat untuk mendinginkan alat dan terdapat bagian berbentuk spiral berfungsi untuk mengalirkan air pada proses pendinginan uap
4.   Vacum pomp, untuk membuat vacum mesin
5.   Tombol on/off, menghidupkan atau mematikan alat secara keseluruhan
6.   Tombol rotor labu penguapan, untuk mengatur kecepatan putaran pada labu penguapan
7.   Tombol up/down panci pemanas, untuk menaikkan atau menurunkkan pemanas air.
8.   Panci pemanas, tempat untuk memanaskan air
9.   Tombol pengaturan suhu, untuk mengatur suhu pada panci pemanas
10.  Tombol on/off untuk menyalakan alat rotary evaporator secara elektrik
11.  Tombol on/off pada panci untuk menghidupkan panci pemanas.

Pada percobaan ini, dilakukan ekstraksi pigmen klorofil dari daun pandan dengan menggunakan rotary evaporator. Daun pandan direndam dalam alkohol 95% selama kurang lebih 6 jam. Alkohol berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan zat-zat pada daun pandan. Perendaman bertujuan agar klorofil pada daun pandan dapat larut pada alkohol. Kemudian, hasil rendaman dipisahkan dengan ampasnya menggunakan kertas saring. Selanjutnya, filtrat dievaporasi menggunakan rotary evaporator dengan suhu 75 oC. Labu penguapan akan diputar dalam air yang telah dipanaskan pada suhu tertentu. Pemutaran labu penguapan membantu dan mempercepat proses pemisahan zat terlarut dari pelarutnya. Saat didalam labu akan terjadi proses penguapan dimana proses penguapan ini dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada labu alas bulat penampung.
Keuntungan dari pemanasan dengan air adalah panasnya merata. Terlebih lagi, labu penguapan terus berputar, sehingga panasnya makin merata. Karena pemanasan tersebut, alkohol  yang memiliki titik didih 80° C akan menguap sehingga hasil evaporasi akan berupa pasta. Hasil evaporasi daun pandan yang berbentuk pasta berwarna hijau mengandung klorofil daun pandan. Hasil evaporasi berbentuk pasta karena produk tersebut tidak murni klorofil karena di dalamnya masih terkandung air. Oleh sebab itu, pasta harus dikeringkan dengan menggunakan eksikator agar diperoleh hasil ekstrak yang bebas dari kandungan air. Kelebihan dari rotary evaporator karena pemanasnya menggunakan air sehingga lebih merata, labu penguapan penguapannya berputar dan kondensornya bekerja secara vacum sehingga akan mempercepat penguapan. Fungsi dari air yaitu supaya mendinginkan pelarut yang teruapkan. Titik didih alkohol lebih besar daripada titik didih air.
Langkah-langkah penggunaan rotary evaporator adalah pemanas air diisi dengan air hingga ¼ wadah. Kemudian, labu destilasi dilepas lalu diisi dengan sampel. Electric rotary dan pemanas air disambungkan dengan sumber listrik. Saklar untuk menghidupkan rotary evaporator secara keseluruhan,  pemanas air, dan saklar untuk menghidupkan rotary evaporator secara elektrik dinyalakan. Suhu pemanas air diatur dengan suhu yang dikehendaki, pada percobaan ini sekitar 75° C. Setelah suhu mencapai panas yang dikehendaki, pemanas air diatur naik secara elektrik mendekati labu dengan menekan tombol pengatur naik/turun. Labu destilasi dimasukkan ke dalam air sedalam ¾ labu. Labu diputar pada kecepatan serendah mungkin dengan memutar tuas pemutar labu. Selang (pendingin balik) dipasang pada keran air, kemudian aliran diatur supaya lambat mengalir. Setelah itu mesin pompa penghisap udara dinyalakan. Hisapan diatur dengan membuka kancing (bocorkan) sampai hisapan terukur agar tidak terlalu kuat. Rotary evaporator dapat selesai digunakan jika pemisahan pelarut telah menjadi bubuk atau pasta. Semua saklar dimatikan, destilat diambil, kemudian dituangkan ke dalam cawan porselin. Selanjutnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan eksikator hingga kering. Arus listrik dicabut.
Berdasarkan percobaan didapat hasil kadar ekstraktif pewarna daun pandan sebesar 3,9%, ini berarti pada daun pandan klorofil yang terkandung dalam daun sebesar 3,9%. Berat padatan ekstraktif dari daun pandan adalah 1,808 gram. Selama pengujian kadar daun pandan, dihasilkan aroma wangi dari daun pandan. Aroma tersebut berasal dari minyak atsiri yang termasuk dalam golongan senyawa aromatik yang terdapat pada tanaman. Pada daun pandan minyak atsiri berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki sifat mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Ciri-ciri dari minyak atsiri secara kimiawi tersusun dari campuran berbagai senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak. Kegunaan rotary evaporator untuk menentukan kadar klorofil pada daun pandan adalah menguapkan pelarut yang berupa alkohol sehingga tersisa klorofil yang terkandung dalam daun pandan.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen – komponen lain dari bahan ekstraksi.
  1. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
  1. Kemampuan tidak saling campur
Pada ekstraksi cair – cair, pelarut tidak boleh ( atau hanya secara terbatas ).
  1. Kerapatan
Hal ini sangat penting agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran ( pemisahan dengan gaya berat ). Bila beda kerapatanya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan gaya sentrifugal ( misalnya dengan ekstraktor sentrifugal ).
  1. Reaktivitas
Pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen – komponen bahan ekstraksi.Namun pada hal – hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia , untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi, dimana bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
  1. Kriteria lain
Murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentukya emulsi, memiliki viskositas yang rendah.


V.     KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Prinsip kerjanya adalah memisahkan suatu senyawa atau zat dari sumbernya melalui pemanasan secara vacum.
2.      Prinsip ekstraksi senyawa secara vakum adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain dengan bantuan pemanasan dalam ruang hampa udara (vakum).
3.      Kadar ekstraktif pigmen warna daun pandan adalah 3,9%


DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi. 1995. Teknologi Kimia 2. Pradnya Paramita, Yogyakarta.
Firdaus. 2011. Teknik dalam Laboratotium Kimia Organik. http:// www.unhas.ac.id. 22 Oktober 2012.
Humbarger, B. 2009. Pengertian Distilasi Ekstrasi. http://booksbloghq.com. 31 Oktober 2010.                                                                    
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Mardi, Z. D. 2005. Kandungan Kimia Minyak Atsiri Tumbuhan Pandanus amaryllifolius Roxb. http://www.pustakaskripsi.com/kandungan-kimia-minyak-atsiri-tumbuhan-pandanus-amaryllifolius-roxb-508.html. 26 Oktober 2015.

Mardyaningsih, A. dan Aini, R. 2014. Pengembangan Potensi Ekstrak Daun Pandan Sebagai Agen Antibakteri. Jurnal Pharmaciana, 4(2): 185-192.

Pambudi, N.A. 2008.  Menyulap Biomassa menjadi Energi. http://netsains.com.menyulap-biomassa-menjadi-energi/. 25 Oktober 2015.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB-Press, Bandung.
Senjaya, Y. A. dan Surakusumah, W. 2007. Potensi Ekstrak Daun Pinus (Pinus merkusii) Sebagai Bioherbisida Penghambat Perkecambahan. Jurnal Perennial, 4(1): 1-4.
Underwood, A.L. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta
Utami, D.N. 2010. Ekstraksi. http://majarimagazine.com. 31 Oktober 2010.


So, that's it.. semoga membantu 😊
/>

Saturday, October 27, 2018

Laporan Color Reader

Hello, Welcome back to my blog 😊

I.     PENDAHULUAN

A.  Judul
Color Reader
B.  Tujuan
1.    Mengetahui prinsip kerja color reader
2.    Memahami cara pengukuran warna
  

II.  TINJAUAN PUSTAKA

Warna merupakan spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna atau suatu kriteria untuk mengidentifikasikan suatu objek. Identifikasi warna ini dtentukan oleh panjang gelombang yang dipancarkan oleh spektrum suatu cahaya, misalnya : panjang gelombang p 680 yang ditangkap oleh kloroplas yang memberikan spektrum warna hijau. Warna di bagi menjadi 3 warna dasar, yaitu: merah, hijau, dan biru. Campuran dari ketiga warna dasar ini akan memberikan warna-warna lain yang beraneka ragam (Soeseno, 2008).
Warna merupakan sesuatu yang penting dalam banyak makanan, baik makanan yang tidak diproses maupun makanan yang dimanufaktur. Bersama-sama dengan bau dan rasa tekstur, warna memegang peranan penting dalam makanan. Selain itu, warna juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan. Pada beberapa makanan cair yang jernih seperti minyak dan minuman, warna hanya merupakan masalah transmisi cahaya. Warna yang diterima jika mata memandang objek yang disinari berkaitan dengan tiga faktor, yaitu: susunan spektrum sumber sinar, ciri kimia dan fisika objek, serta kepekaan spektrum mata (de Man, 1997).
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. Tetapi, sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan secra visual faktor warna tampil terlebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Warna dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata (Cahyadi, 2008).
Menurut de Man (1999), warna merupakan nama umum untuk semua penginderaan yang berasal dari aktivitas retina mata. Warna diterima jika mata memandang objek yang disinari yang berkaitan dengan tiga faktor berikut ini :
1.  Susunan spektrum sumber sinar
2.     Ciri kimia dan fisika objek
3.     Sifat – sifat kepekaan spektrum mata
Ada beberapa sistem penggolongan warna, yang paling penting ialah sistem CIE (Commission International de l’Enclairage – Komisi Pencahayaan Internasional).  Sistem CIE adalah alat objektif yang lebih spesifik, yang digambarkan dalam sistem tristimulus sebagai definisi standar observasi dan sistem koordinat partikel. Sistem CIE merupakan sistem trikromati, yaitu berdasarkan pada kenyataan bahwa warna apapun dapat dicocokkan dengan campuran yang sesuai dari 3 warna utama, yaitu merah, hijau, dan biru. Dalam sistem CIE warna hijau, merah dan biru diindikasikan dengan X,Y dan Z (Weaver dan Daniel, 2003).
Sistem CIE dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yakni warna kromatik, akromatik dan kromatik non spektrum. Warna akromatik ialah putih, hitam, dan abu-abu. Hitam dan abu-abu hanya berbeda dengan putih dalam pemantulan sinar jatuh. Lembayung adalah warna kromatik nonspektrum. Semua warna lain kromatik, misalnya, coklat adalah kuning yang penerangan dan kejenuhannya rendah (de Man, 1997).
diagaram chromatic pada color reader

Sistem CIE yang digunakan untuk memaparkan warna ada 2 sistem yaitu sistem Hunter dan sistem Munsell. Pengukuran warna sistem CIE didasarkan pada penginderaan warna oleh mata manusia. Sistem CIE yang dipakai secara luas untuk kolorimetri makanan ialah sistem L, a, b Hunter. Dalam mekanisme pengalihan ini tanggapan merah dibandingkan dengan hijau dan menghasilkan dimensi warna merah ke hijau. Tanggapan hijau dibandingkan dengan biru menghasilkan dimensi warna kuning ke biru. Kedua dimensi warna ini dinyatakan dengan lambang a dan b. Dimensi warna ketiga adalah kecerahan (L) yang sifatnya tidak linier (de Man, 1997).
Sistem pewarnaan yang lain adalah sistem Munsell. Sistem Munsell ini berdasarkan pada ruang tiga dimensi warna yang melibatkan tiga bagian warna yaitu hue, value, dan chroma. Skala hue berdasarkan pada lima bagian pokok dan lima sub bagian hue, yaitu merah, kuning, hijau, biru, ungu, kuning merah, hijau kuning, biru hijau, biru ungu, dan merah ungu. Skala nilai adalah jangkauan skala keterangan dari hitam (1) ke putih (10). Skala chroma diukur oleh penampakan warna dari abu-abu pada tingkat keterangan yang sama (abu-abu netral=0) (Weaver dan Daniel, 2003).
Alat yang digunakan untuk mengukur warna adalah dengan menggunakan alat color reader dengan merk Konica Minolta CR-10. Color reader adalah suatu alat pengukur warna yang sangat  praktis dimana alat tersebut didesain dengan tristimulus/tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna secara lebih akurat antara 2 range warna yakni terang dan gelap. Color reader merupakan pemaparan warna berdasarkan sistem CIE Hunter. Prinsip pengukuran warna sistem CIE didasarkan pada penginderaan warna oleh mata manusia. Hal ini mengakui bahwa mata mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya.
Reseptor warna yang digunakan dalam color reader adalah reseptor L,a,b Hunter. Lambang a-b menunjukan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah L yang menunjukan tingkat kecerahan (berdasar sinar putih) dimana data tri reseptor tersebut dapat diubah menjadi fungsi warna tunggal yang disebut perbedaan warna  (∆E) dengan memakai persamaan berikut :
∆E = (∆L)2 + (∆a)2 + (∆b)2
Keterangan  :
% kemerahan (%X)  =  0,01   L2  +  aL/175
      % Kehijauan   (%Y)    =  0,001 L2
     % Kebiruan    (%Z)  =  0,01   L2   -   bL/70  
persamaan dalam color reader 
(Weaver dan Daniel, 2003).
Pada praktikum ini ada beberapa sampel yang digunakan yaitu tepung K2SO4, tepung sukun , tepung sagu, tepung maizena, tepung ketan, tepung pisang, tepung beras, dan tepung kanji.
Tepung beras siap pakai banyak dijual dalam kemasan plastik berbagai merk. Tepung beras ini biasanya  dibuat oleh pabrik dan beras digiling dengan mesin. Karena itu tepung beras ini biasanya lebih kering. Tingkat kekeringan tiap merk berbeda. Untuk itu sesuaikan saja jumlah air dengan kondisi saat tepung beras dipakai dan diuleni (Munarso dkk, 2004).
Tepung maizena adalah tepung berwarna putih yang terbuat dari saripati biji jagung. Pati jagung merupakan sumber kabohidrat yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi, dan lain-lain. Tepung ini jarang digunakan sebagai bahan utama pembuatan cake, namun seringkali menjadi bahan pelengkap untuk mendapatkan tekstur sempurna. Dalam pembuatan biskuit, maizena biasanya dipakai sebagai bahan pembantu untuk merenyahkan biskuit. Sedangkan untuk pembuatan cake, maizena berfungsi untuk membantu melembutkan cake.
Tepung pisang dibuat dengan cara sebagai berikut. Buah pisang dikukus (lebih kurang 5-7 menit) untuk memudahkan pengupasan dan mengurangi pencoklatan, kemudian buah diiris-iris, dan setelah pengirisan dikeringkan menggunakan alat pengering (oven) dengan suhu 60-80oC. Setelah irisan pisang kering, kemudian digiling menggunakan alat penepung (grinder) kemudian diayak dengan ayakan 80 mesh.
Tepung sagu dibuat dari hasil proses pengendapan saripati (atau biasa disebut 'pati') bahan sumbernya. Pati dibuat dengan cara memeras air saripati sumbernya, kemudian didiamkan (diendapkan) hingga didapatkan endapan yang terpisah dari airnya. Endapan ini yang kemudian dikeringkan dan didapatkan produk yang berupa tepung. Biasanya tepung yang terbuat dari pati jika dipegang dan digosokkan ke tangan akan terasa licin. Tepung kanji sama – sama terbuat dari saripati singkong. Cara pembuatan tepung kanji sama dengan cara pembuatan tepung sagu karena berasal dari sumber yang sama yaitu dari pati.
Tepung sukun diperoleh dari buah sukun tua yang diolah melalui proses penepungan. Tepung sukun digunakan sebagai produk perantara karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi sehingga dapat menunjang gizi masayarakat. Keunggulan dari pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun adalah tepung sukun lebih praktis dan lebih mudah ditrisbusikan, meningkatkan daya guna, hasil guna dan nilai guna, lebih mudah diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, lebih mudah dicampur dengan tepung-tepung dan bahan lainnya. Tepung sukun cocok untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan produk patiseri. Tepung sukun ini dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu (Fatmawati, 2012).




III.             METODE

A.  Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada saat praktikum adalah color reader. Bahan – bahan yang digunakan adalah tepung K2SO4, tepung kanji, tepung sukun, tepung ketan, tepung maizena, tepung sagu, tepung beras, dan tepung pisang.
B.     Cara Kerja

           

          

 



IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN









A.    HASIL
Berdasarkan percobaan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Color Reader
Sampel
L
a
b
x
y
%X
%Y
%Z
Tepung K2SO4
67,4
6,8
5,1
0,33
0,32
48%
4,54%
40,5%
Tepung sukun
61,9
8,9
12,7
0,30
0,28
41,46%
3,83%
27,05%
Tepung sagu
64,6
7,53
9,97
0,29
0,28
44,51%
4,17%
32,53%
Tepung maizena
67,6
7,46
8,13
0,34
0,33
46,13%
4,57%
37,85%
Tepung ketan
67,67
6,7
8,7
0,34
0,33
48,38%
4,58%
37,38%
Tepung pisang
68,7
6,5
7,5
0,34
0,33
49,75%
4,72%
39,84%
Tepung beras
66,7
6,73
8,03
0,34
0,33
47,05%
4,45%
36,84%
Tepung kanji
67,9
7,4
8,2
0,34
0,33
48,96%
4,61%
38,18%

B.   Pembahasan
Alat yang digunakan untuk mengukur warna adalah dengan menggunakan alat color reader dengan merk Konica Minolta CR-10. Color reader adalah suatu alat pengukur warna yang sangat  praktis dimana alat tersebut didesain dengan tristimulus/tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna secara lebih akurat antara 2 range warna yakni terang dan gelap. Prinsip kerja alat ini memaparkan warna berdasarkan sistem CIE Hunter. Hal ini mengakui bahwa mata mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya. Reseptor warna yang digunakan dalam color reader adalah reseptor L,a,b Hunter. Lambang a-b menunjukan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah L yang menunjukan tingkat kecerahan (berdasar sinar putih).
Cara kerja dari alat tersebut adalah pertama – tama sampel dan color reader disiapkan terlebih dahulu, kemudian tombol on/off ditekan untuk menyalakan alat. Setelah itu sistem L,a,b dipilih karena pada praktikum ini sistem yang digunakan adalah sistem Hunter. Ujung reseptor ditempelkan pada sampel. Dan tombol pengukuran ditekan. Hasil pengukuran yang tertera pada display dibaca. Pada praktikum percobaan dilakukan tiga kali, untuk mengukurnya lagi ditekan tombol target agar angka pada alat dinolkan.
alat color reader yang mengetahui warna









1.      Tombol on/off             : berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan alat
2.      Reseptor                      : mendeteksi warna yang terkandung dalam suatu sampel
3.      Display                       : menampilkan hasil pengukuran warna
4.     Tombol pengukuran    : ditekan ketika reseptor sudah menyentuh sampel yang diinginkan
5.      Tombol Lab                : pengukuran warna menggunakan sistem L,a,b Hunter
6.      Tombol LCh               : pengukuran warna menggunakan sistem LCh
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hasil yang didapat adalah sebagai berikut: secara kasat mata tingkat kecerahan paling tinggi adalah tepung K2SO­4, tepung pisang, tepung beras, tepung ketan, tepung kanji, tepung maizena, tepung sagu, dan tepung sukun, sedangkan jika dibandingkan dengan diagram tingkat kecerahan paling tinggi adalah tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung beras, tepung K2SO4, tepung sukun, dan tepung sagu. Hasil tingkat kecerahan yang dilihat dengan mata dan dengan diagram CIE berbeda. Pada diagram CIE tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung beras lebih mendekati sumber cahaya sehingga tingkatnya lebih cerah dibandingkan tepung sagu dan sukun. Tepung K2SO4 digunakan sebagai kontrol karena warnanya lebih putih.
Hasil sampel tingkat kecerahan diukur dari nilai L pada setiap sampel sebagai berikut. Pada tepung K2SO4 nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.4, 6.8, dan 5,07; pada tepung sukun nilai L, a, b berturut – turut adalah 61.9, 8.9, dan 12,37; pada tepung sagu nilai L, a, b berturut – turut adalah 64.6, 7.53, dan 9,97; pada tepung maizena nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.6, 7.46, dan 8.13; pada tepung ketan nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.6, 6.7, dan 8.7; pada tepung pisang nilai L, a, b berturut – turut adalah 68.7, 6.5, dan 7.5; pada tepung beras nilai L, a, b berturut – turut adalah 66.7, 6.73, dan 8.03; pada tepung kanji nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.9, 7.32, dan 8.17.
Hasil sampel tingkat kecerahan dilihat dari %X, %Y, dan %Z pada setiap sampel sebagai berkut. Pada tepung K2SO4 nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut turut adalah 48%, 4,54%, dan 43,4%; pada tepung sukun nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 41,46%, 3,83%, dan 27,06%; pada tepung sagu nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 44,51, 4,17%, dan 32,53%; pada tepung maizena nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 46,13%, 4,57%,  dan 37,85%; pada tepung ketan nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 48,38%, 4,58%, dan 37,38%; pada tepung pisang nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 49,8%, 4,7%, dan 39,84%; pada tepung beras nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 47,05%, 4,45%, dan 36,84%; pada tepung kanji nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 48,96%, 4,61%, dan 38,18%.
Pada hasil percobaan diperoleh tingkat kecerahan berdasarkan nilai L, %X, %Y, dan %Z adalah tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung K2SO4, tepung beras, tepung sagu, dan tepung sukun. Di mana secara kasat mata tingkat keserian sama dengan pengukuran pada diagram CIE menggunakan color reader. %X di sini mengarah ke kadar warna kemerahan, %Y, mengarah ke kadar warna kehijauan, dan %Z mengarah ke kadar warna kebiruan. Berdasarkan % X dan %Y, dan %Z urutan nilai sama dengan nilai L di mana tepung pisang memiliki %X, %Y, dan %Z tertinggi.  




V.  KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Prinsip kerja color reader berdasarkan sistem pemaparan warna yang menggunakan sistem CIE Hunter. Pada alat ini, terdapat reseptor warna yaitu reseptor L, a, b Hunter yang menunjukkan ukuran nilai warna suatu sampel. Lambang a-b menunjukkan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah “L” yang menunjukkan tingkat kecerahan (berdasar sinar putih).
2.      Pengukuran warna dapat menggunakan alat pengukur yang disebut color reader.

  

DAFTAR PUSTAKA

De Man, J.M. 1997. Kmia Pangan. ITB, Bandung.
Fatmawati, W. T. 2012. Pemanfaatan Tepung Sukun Dalam Pembuatan Cookies. Proyek Akhir. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Munarso, S. J., Muchtadi, S., Fardiaz, D., dan Syarief, S. 2004. Perubahan Sifat Fisikokimia dan Fungsional Tepung Beras. Jurnal Pascapanen. 1 (1) : 24 – 28.
Soeseno. 2007. Memotred Permukaan Tekstur. http:// erijauhari.multiplay.com/
          Journal/ item/246/. 14 Oktober 2010.
Weaver, C.M. dan J.R. Daniel. 2003. The Food Chemistry Laboratory. CRC
Press. New York.



                                                                   
So, that's it.. semoga membantu 💋
/>

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 💋 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...