Hello gaes, I'm back again :) Semoga membantu yaa
I.
PENDAHULUAN
A. Judul
Tekstur
Analizer
B. Tujuan
1. Memahami
cara kerja tekstur analizer
2. Memahami
cara pengukuran tekstur
3. Menentukan
hardness suatu sampel
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur merupakan salah satu karakteristik fisik yamg mempengaruhi
produk pangan. Tekstur adalah sesuatu yang boleh kita lihat dan rasa pada suatu
permukaan (Anonim, 2010). Tekstur
merupakan segi penting dari mutu makanan, kadang-kadang lebih penting daripada
baurasa dan warna. Tekstur makanan dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana
berbagai unsur komponen dan unsur struktur ditata dan digabung menjadi mikro
dan makrostruktur dan pernyataan struktur ini keluar dalam segi aliran dan
deformasi (de Man, 1999).
Tekstur merupakan sifat dasar dari permukaan sebuah benda. Objek
benda memiliki susunan objek berupa bentuk, sedangkan susunan bahan pembuatnya
adalah teksturnya. Tekstur makanan dapat didefinisikan sebagai cara bagaiamana
berbagai unsure komponen dan unsure struktur digabung menjadi makro dan mikro
strukrtur dan pernyataan struktur ini keluar dalam segi aliran dan deformasi.
Kebanyakan makanan merupakan struktur fisika – kimia yang rumit, dan sebagai
akibatnya sifat fisikanya mencakup rentang yang lebar, mulai dari bahan fluida
Newton sampai sampai sistem disperse
paling rumit dengan ciri – cirri semipadatan. Ada hubungan langsung antara susunan kimia makanan ,struktur
fisiknya dan sifat fisikanya atau sifat mekanikanya (Zainuddin, 2012).
Pada telaah
tekstur makanan perhatian ditujukan kepada dua bidang yang saling berkaitan,
pertama sifat aliran dan deformasi serta
makro dan mikrostruktur. Telaah tekstur penting karena :
1. Untuk menilai ketahanan produk terhadap kerja mekanis
seperti dalam pemanenan, pengemasan, pencucian, dan lain – lain.
2. Untuk menentukan sifat aliran produk selama
pemrosesan, penanganan, dan penyimpanan.
3. Untuk menentukan perilaku mekanis makanan jika
di makan.
(de Man,1999).
Menurut de Man (1999),
adapun batasan – batasan dalam pembatasan tekstur antara lain :
1. Konsistensi
Aspek yang
berhubungan dengan aliran dan deformasi. Menunjukkan segi – segi tekstur yang
bertkaitan dengan aliran dan deformasi.
2. Kekerasan
Resistensi
terhadap deformasi. Kekerasan adalah gaya yang dibutuhkan untuk menekan suatu
bahan atau produk sehingga terjadi perubahan produk yang di inginkan.
3. Kerapuhan
Sifat
permukaan yang berhubungan dengan adesi antara materi permukaan yang bergabung.
Gaya yang menyebabkan keretakan atau kepatahan. Kerapuhan berkaitan dengan
kekerasan dan kekohesifan. Pada bahan yang rapuh, kekohesifan rendah dan
kekerasannya dapat rendah atau tinggi. Bahan yang rapuh sering menimbulkan suara jika dikunyah.
4. Kelekatan
Kelekatan ialah sifat
permukaan yang berkaitan dengan adesi antara bahan dengan permukaan yang
berdampingan. Jika kedua permukaan terbuat dari bahan yang sama, kita
menggunakan istilah kohesi.
Selain
itu, dalam golongan ini ada tiga parameter sekunder berikut:
1. Kerapuhan, didefinisikan sebagai gaya yang
menyebabkan bahan patah. Kerapuhan berkaitan dengan kekerasan dan kekohesifan.
Pada bahan yang rapuh, kekohesifan rendah dan kekerasannya dapat rendah atau
tinggi. Bahan yang rapuh sering
menimbulkan suara jika dikunyah (misalnya roti panggang, wortel, seledri).
2. Kekunyahan, didefinisikan sebagai energi yang
diperlukan untuk mengunyah produk makanan padat sehigga kondisinya siap
ditelan. Kekunyahan berkaitan dengan kekerasan, kekohesifan, dan elastisitas.
3. Kegoman, didefinisikan sebagai energi yang diperlukan
untuk menghancurkan makanan semi-padat sehingga kondisinya siap ditelan.
Kegoman berkaitan dengan kekhasan dan kekohesifan
Berdasarkan penggolongan ciri – ciri tekstur
Szczesniak, instrument baru telah dikembangkan di General Foods Research Laboratorries (Laboratorium penelitian
makanan umum). Instrumen ini diberi nama teksturometer general foods. Tekstur sangat mempengaruhi citra
makanan. Tekstur paling penting pada makanan lunak dan makanan renyah. Ciri –
ciri tekstur dikelompokkan dalam tiga golongan utama :
- Ciri
mekanis.
- Ciri
geometris.
- Ciri lain,
yang berkaitan dengan air dan lemak (Szczesniak dkk, 1963).
Prinsip kerja tekstur analyzer adalah mengukur profil tekstur
dengan merekam gaya regangan. Dari gerakan bolak – balik yang mendeformasi
cuplikan, yang terdapat dalam baki yang dilengkapi dengan pengukur regangan, dipreroleh
rekaman gaya yang disebut kurva profil tekstur (de Man,1999).
Menurut Subarna dkk (2012), tekstur
analizer merupakan alat yang terkait dengan penilaian dari karakteristik
mekanis atau materi, dimana alat tersebut diperlakukan untuk menentukan
kekuatan materi dalam bentuk kurva. Dari kurva analizer ini mampu diperoleh
berbagai parameter reologi dimana :
1. Kekerasan
diukur dari ketinggian puncak pertama (A1).
2. Kekohesifan
dinyatakan sebagai nisbah luas dibawah puncak kedua dan puncak pertama.
3.
Keelastikan diukur
sebagai perbedaan jarak “B”, diukur dari kontak cuplikan pada kunyahan kedua
dan jarak yang sama.
Tekstur analizer
berguna untuk mengukur tekstur suatu sampel. Tekstur analizer digunakan untuk
analisis tekstur yang mempengaruhi pengolahan dan penanganan, mempengaruhi
kebiasaan, dan rak hidup dan penerimaan konsumen produk. Analisa tekstur
didasarkan pada metode instrumental analisis tekstur. Tujuan utama studi
analisis tekstur profil banyak yang dirancang oleh satu atau lebih uji mekanis
dengan kapasitas untuk menggantikan evaluasi sensorik manusia untuk
mengevaluasi analisis tekstur (Safrizal, 2010).
Pada praktikum ini sampel yang digunakan
adalah apel malang dan biskuit roma kelapa. Buah apel merupakan buah bertekstur keras dengan bentuk bulat yang umumnya berwarna hijau (Anonim, 2009). Dalam
buah apel terkandung banyak vitamin seperti A, B1, B2, B3, B5, B6, dan vitamin
C.
Biskuit adalah
produk yang diperoleh dengan memanggang adonan dari tepung terigu dengan
penambahan makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan
yang diijinkan. Menurut SNI 01-2973-1992, biskuit diklasifikasikan dalam empat
jenis: biskuit keras, crackers, cookies dan wafer (Wijaya dan Aprianita, 2010).
Biskuit memiliki tekstur yang renyah dengan
tingkat kerenyahan yang berbeda-beda.
Tekstur empuk rata-rata dapat dilihat pada buah dan roti, sedangkan
istilah kenyal pada tekstur bahan makanan dapat dilihat dengan contoh agar-agar
dan jelly. Tekstur makanan dapat diukur dengan berbagai instrument dengan prinsip
yang sering digunakan adalah bahwa sampel makanan di deformasi oleh aplikasi
dari muatan dan resistensi dari sampel itu sendiri yang digunakan sebagai indikasi
oleh tekstur (Ihekoronye dkk.,1985). Tekstur analizer dalam kehidupan terdapat
pada indra penglihatan dan indra peraba.
III.
METODE
A. Alat
dan Bahan
Pada praktikum ini alat yang digunakan
adalah komputer, tekstur analizer, probe, dan penggaris. Bahan yang digunakan
adalah biskuit roma merah, apel malang, apel kuning, bakso merk, bakso curah,
dan biskuit kelapa hijau.
B.
Cara kerja
|
C.
Ketebalan sampel diukur dengan penggaris dan dicatat | |||
Masing – masing sampel diletakkan di meja objek dan beban diturunkan sampai posisi beban menyinggung permukaan |
Alat
dijalankan secara otomatis.
Hardness dicatat
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil percobaan praktikum
diperoleh hasil sabagai berikut:
Tabel
Hasil. Hardness Sampel
Sampel
|
Hardness (gr)
|
Apel
Kuning
|
541,50
|
Apel
Malang
|
727,50
|
Bakso
Merk
|
2647,00
|
Bakso
Curah
|
2934,50
|
Biskuit
roma merah
|
1439,50
|
Biskuit
kepala hijau
|
1527,50
|
B. Pembahasan
Tekstur makanan dapat
didefinisikan sebagai cara bagaimana berbagai unsur komponen dan unsur struktur
ditata dan digabung menjadi mikro dan makrostruktur dan pernyataan struktur ini
keluar dalam segi aliran dan deformasi. Tekstur dapat juga dikatakan sebagai
hal yang dirasakan, diraba oleh indra perabaan manusia dan dicicipi oleh indra
perasa manusia. Sehingga, tekstur memgang peranan penting dalam hal pangan.
Tekstur
analizer adalah alat yang terkait dengan penilaian dari karakteristik mekanis
suatu materi, di mana alat tersebut diperlakukan untuk menentukan kekuatan
materi dalam bentuk kurva. Cara kerja dari Teture
Analyzer ini adalah dengan cara menekan atau menarik sample, melalui sebuah
Probe yang sesuai dengan aplikasi yang dikehendaki.
Pada percobaan
tekstur ini digunakan alat tekstur analizer keluaran Brookfield yang berfungsi
untuk menentukan sifat fisik bahan yang berhubungan dengan daya tahan atau
kekuatan suatu bahan terhadap tekanan. Alat tekstur analizer yang digunakan yaitu LFRA tekstur analyzer, alat
tersebut mempunyai range 0 – 4500, gram resolusi 0,50 dan ketelitian /
ketepatan kurang lebih 0,5 % FSR (Full Scale Range). Alat ini juga memiliki
kecepatan menembak dengan range 0,6 – 500, gram resolusi 0,10 dan kecepatan 0,1
– 1,0mm/s dan 1 – 10m/s, serta keceptan kurang lebih 0,1% set point. Alat
tekstur analyzer ini juga dapat mengukur gel dan tekstur berbagai macam sampel
seperti jelly, buah dan produk makanan lainnya. Hasil dari pengukuran tekstur
produk makanan dapat langsung dilihat, dibaca dan direkam dalam komputer.
Sistem kerja alatnya berdasarkan pengukuran berat dengan seperangkat timbangan
dan probe manual yang akan menekan sampel. Program yang digunakan untuk
mengukur tekstur adalah Texture Prolite.
Prinsip
yang digunakan teksture analizer mengukur profil tekstur dengan merekam gaya
regangan. Dari gerakan bolak – balik yang mendeformasi cuplikan, yang terdapat
dalam baki yang dilengkapi dengan pengukur regangan, diperoleh rekaman gaya yang
disebut kurva profil tekstur.
Tekstur
analizer memiliki komponen yaitu:
1. Layar
Monitor
Layar
monitor/Display menampilkan apa yang
sedang dikerjakan oleh Llyod Instrument. Seperti saat menampilkan sinkronisasi
Llyod Instrumen dengan aplikasi, atau saat memulai pengukuran tekstur. Bila
melakukan pengukuran tekstur secara manual (tanpa bantuan aplikasi software dan komputer), hasil akan
tampak di layar monitor.
2.
Keypad (Tombol)
Berfungsi
untuk melakukan pengaturan secara manual pada pengukuran tekstur. Bila
melakukan tanpa bantuan aplikasi, tombol-tombol ini dapat digunakan untuk
melakukan pengaturan secara manual. Tombol-tombol yang tersedia di keypad
adalah Start, Reset/Stop, dan Select/Scroll.
3.
Tempat meletakkan probe
Tempat
ini digunakan untuk memasang probe. Probe itu sendiri adalah alat yang
menyimpulkan persepsi manusia dalam merasakan tekstur dengan angka. Dalam
praktikum ini, akan digunakan tiga jenis probe yaitu, TA 9, TA 17, dan TA 18.
Berbeda jenis maka probe akan memiliki perbedaan bentuk. Dalam memasang probe
harus tegak lurus dengan ulir-nya agar tidak terjadi kerusakan (dol, bodol) pada ulir.
4.
Meja Objek
Meja
objek adalah tempat di mana objek yang akan diukur teksturnya diletakkan.
Ketinggian meja objek dapat diatur sesuai keinginan dan kebutuhan.
5.
Tombol Pengatur Meja
Objek (Warna hitam, tampak di gambar atas) dan Tombol Reset Darurat (Warna
merah, tidak tampak di gambar atas)
Tombol
pengatur meja objek untuk mengatur ketinggian meja objek, sedangkan tombol
reset darurat bila tejadi error pada
Llyod Instrument tombol ini dapat ditekan untuk me-reset Llyod Instrument.
Gambar 2. Uji tekstur
pada biskuit dan apel (dokumentasi pribadi, 2015)
Dalam
mengukur tekstur terdapat alat yang disebut probe. Probe adalah salah satu komponen yang ada pada tekstur
analizer yang befungsi untuk mengukur tekstur sampel. Probe yang digunakan berbeda-beda tergantung
dari sampel yang digunakan. Ada banyak macam probe,
dan masing-masing probe digunakan untuk menguji sampel yang berbeda. Contoh
probe antara lain:
A B C D E
F G H
Gambar 2. Macam-Macam Probe
Keterangan:
A=Cylinder probes
B=Conical probes
C=Compression platens
D=Spherical probes and Magnus-Taylor pressure
probes
E=Needle probes
F=Radiused cylinder probe
G=Hemispherical probe
H=Rectangular compression platens (Anonim,
2010).
Pada praktikum ini
probe yang di pakai adalah TA 39 untuk buah dan TA 18 untuk biskuit. Alat ini menggunakan prinsip kerja mengukur profil
tekstur analizer dengan merekam gaya regangan dari gerakan bolak-balik benda
yang mendeformasi sampel. TA 18 digunakan untuk tekstur yang keras atau padat
seperti biskuit dan TA 39 digunakan untuk tekstur yang keras pada buah.
Pengoperasian alat tekstur analizer yang pertama adalah dengan
mempersiapkan sampel dengan cara diukur ketebalannya menggunakan penggaris.
Perangkat tekstur analizer dihidupkan, pada komputer dipilih aplikasi texture
prolite. Sebelum dilakukan pengukuran pada sampel, pada aplikasi teksture
prolite dipilih defined new test pada procedure
untuk menentukan trigger point, test
point, dan target value, kemudian standar results, dan disimpan. Setelah difine
test diatur, lalu run test dilakukan. Pada run test, tekstur analizer akan
melakukan kalibrasi untuk menentukan jarak probe sampai ke meja benda. Kemudian
sampel diletakkan di atas meja benda dan tekstur analizer akan melakukan
kalibrasi lagi untuk menentukan jarak probe sampai ke sampel. Hardness pada
sampel akan diukur. Secara otomatis hasil pengukuran akan direkam oleh
komputer. Setelah pengukuran selesai view report dibuka untuk melihat hardness
atau view lood untuk melihat grafik pengukuran.
Pada percobaan digunakan dua buah sampel yang akan diukur
teksturnya yaitu buah apel, dan biskuit. Mengukur tekstur dari sampel digunakan
probe yang berbeda. Percobaan mengukur tekstur pada buah apel digunakan
probe TA 39 dengan ketebalan pada buah 24 mm, target value di tentukan dengan
cara 24 mm; 2 = 12 m, maka probe akan menusuk lapisan apel sedalam 12 mm. Trigger
point 20 g, dan test speed 0,5 mm/s
didapatkan hardness sampel buah apel 727,50 g. Pada biskuit digunakan probe TA
18 dengan ketebalan pada biskuit 8 mm, target value ditentukan dengan cara 8
mm: 2 = 4 mm, maka probe akan menusuk biskuit sedalam 4 mm. Trigger point 20 gr,
dan test speed 0,5 mm/s didapatkan hardness 1439,50 g.
Pada sampel yang apel kuning, bakso
merk, bakso curah, dan biskuit kelapa hijau juga mempunyai hardness yang
berbeda – beda. Apel kuning memiliki hardness 641.50 g, bakso merek memiliki
hardness 2647.00 g, bakso curah memiliki hardness 2934.50 g, dan biskuit kelapa
hijau memiliki hardness 1527.50 g. Dari data tersebut bakso curah memiliki
hardness yang paling tinggi, disusul bakso merk, biskuit kelapa hijau, dan apel
kuning.
Apel kuning dan apel malang memiliki
selisih sedikit dimana hardness apel malang lebih tinggi dibandingkan apel
kuning, karena apel malang memiliki kadar air yang kurang dari apel kuning. Hal
ini juga sama pada bakso dan biskuit. Pada sampel bakso, bakso curah memiliki
hardness lebih tinggi dibanding bakso merk, dan pada sampel biskuit, biskuit
kelapa hijau memiliki hardness lebih
tinggi dari biskuit roma merah.
Kekerasan
menunjukkan kadar air dalam sampel. Semakin keras sampel semakin rendah kadar
airnya. Di dalam praktikum ini biskuit memiliki kekerasan paling tinggi dengan
nilai 1439.50 g dan buah apel 727.50 g, secara tidak langsung ini menunjukkan
bahwa biskuit kadar airnya paling sedikit. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa
biskuit memang berkadar air rendah dibandingkan dengan apel.
Hasil yang
berbeda pada sampel yang digunakan (biskuit dan buah apel), disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti :
- Kadar air, semakin tinggi kadar air, maka sampel
akan lebih lunak. Jika kadar air lebih rendah, maka sampel akan keras.
- gula reduksi, semakin tingi gula reduksi pada
sampel, maka sampel akan lebih keras.
- gas atau udara pada lingkungan sekitar dapat
mempengaruhi kerapuhan sampel, seperti pada biskuit (Wiryawan, 2007).
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan di atas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip
kerja tekstur analizer yaitu mengukur profil tekstur dengan mereka gaya
regangan dari gerakan bolak – balik benda yang mendeformasi sampel.
2. Pengukuran tekstur dapat dilakukan dengan menggunakan
alat tekstur analizer yang di hubungkan dengan komputer untuk mencatat atau
merekam setiap hasil pengukuran, dimana setiap probe pada sampel selalu berbeda
mengikuti tipe sampel tersebut.
3. Hardness
pada buah apel 727.50 g dan pada biskuit 1439.50 g. Hardness paling tinggi ada
pada biskuit.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2010. 2010. Tekstur. http://noorizamsabran.com. 21
September 2015.
Anonim. 2010. World Leaders in Texture Analysis.
http://www.stablemicrosystems.com/frameset.htm?http://www.stablemicrosystems.com/gattach.htm. 21 September 2015.
De Man, J. M. 1999. Kimia Makanan. ITB, Bandung.
Ihekoronye, A.I., dan Ngoddy,P.O. 1985. Integrated Food Science and Technology for The Tropics. MacMillan
Publishers, London.
Safrizal, R. 2010. Pengecilan
Ukuran Bahan. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh.
Subarna, Muhandri, T., Nurtama, B., dan Firlieyanti, A. S. 2012.
Peningkatan Mutu Mi Kering Jagung Dengan Penerapan Kondisi Optimum Proses dan
Penambahan Monogliserida. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan. 23(2): 146 – 152.
Szczesniak,
A.S., dan Kleyn, D.H.1963. Consumer
Awareness Of texture and Other Food Attributes. Food Technology, London.
Wijaya, H.
dan Aprianita, N. 2010. KAJIAN TEKNIS STANDAR NASIONAL INDONESIA BISKUIT SNI
01-2973-1992. http://www.bsn.go.id. 19 September 2015.
Wiryawan
Adam. 2007. Kimia Analitik. Universitas
Brawijaya, Malang.
Zainuddin, N. M. 2012. Studi Proses Produksi
Keragian Murni (Refine Carrageenan) dari Rumput Laut Eucheuma cottonii Secara
Ohmic. Skripsi. Program Studi
Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar.
No comments:
Post a Comment