Saturday, October 27, 2018

Laporan Color Reader

Hello, Welcome back to my blog 😊

I.     PENDAHULUAN

A.  Judul
Color Reader
B.  Tujuan
1.    Mengetahui prinsip kerja color reader
2.    Memahami cara pengukuran warna
  

II.  TINJAUAN PUSTAKA

Warna merupakan spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna atau suatu kriteria untuk mengidentifikasikan suatu objek. Identifikasi warna ini dtentukan oleh panjang gelombang yang dipancarkan oleh spektrum suatu cahaya, misalnya : panjang gelombang p 680 yang ditangkap oleh kloroplas yang memberikan spektrum warna hijau. Warna di bagi menjadi 3 warna dasar, yaitu: merah, hijau, dan biru. Campuran dari ketiga warna dasar ini akan memberikan warna-warna lain yang beraneka ragam (Soeseno, 2008).
Warna merupakan sesuatu yang penting dalam banyak makanan, baik makanan yang tidak diproses maupun makanan yang dimanufaktur. Bersama-sama dengan bau dan rasa tekstur, warna memegang peranan penting dalam makanan. Selain itu, warna juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan. Pada beberapa makanan cair yang jernih seperti minyak dan minuman, warna hanya merupakan masalah transmisi cahaya. Warna yang diterima jika mata memandang objek yang disinari berkaitan dengan tiga faktor, yaitu: susunan spektrum sumber sinar, ciri kimia dan fisika objek, serta kepekaan spektrum mata (de Man, 1997).
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. Tetapi, sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan secra visual faktor warna tampil terlebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Warna dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata (Cahyadi, 2008).
Menurut de Man (1999), warna merupakan nama umum untuk semua penginderaan yang berasal dari aktivitas retina mata. Warna diterima jika mata memandang objek yang disinari yang berkaitan dengan tiga faktor berikut ini :
1.  Susunan spektrum sumber sinar
2.     Ciri kimia dan fisika objek
3.     Sifat – sifat kepekaan spektrum mata
Ada beberapa sistem penggolongan warna, yang paling penting ialah sistem CIE (Commission International de l’Enclairage – Komisi Pencahayaan Internasional).  Sistem CIE adalah alat objektif yang lebih spesifik, yang digambarkan dalam sistem tristimulus sebagai definisi standar observasi dan sistem koordinat partikel. Sistem CIE merupakan sistem trikromati, yaitu berdasarkan pada kenyataan bahwa warna apapun dapat dicocokkan dengan campuran yang sesuai dari 3 warna utama, yaitu merah, hijau, dan biru. Dalam sistem CIE warna hijau, merah dan biru diindikasikan dengan X,Y dan Z (Weaver dan Daniel, 2003).
Sistem CIE dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yakni warna kromatik, akromatik dan kromatik non spektrum. Warna akromatik ialah putih, hitam, dan abu-abu. Hitam dan abu-abu hanya berbeda dengan putih dalam pemantulan sinar jatuh. Lembayung adalah warna kromatik nonspektrum. Semua warna lain kromatik, misalnya, coklat adalah kuning yang penerangan dan kejenuhannya rendah (de Man, 1997).
diagaram chromatic pada color reader

Sistem CIE yang digunakan untuk memaparkan warna ada 2 sistem yaitu sistem Hunter dan sistem Munsell. Pengukuran warna sistem CIE didasarkan pada penginderaan warna oleh mata manusia. Sistem CIE yang dipakai secara luas untuk kolorimetri makanan ialah sistem L, a, b Hunter. Dalam mekanisme pengalihan ini tanggapan merah dibandingkan dengan hijau dan menghasilkan dimensi warna merah ke hijau. Tanggapan hijau dibandingkan dengan biru menghasilkan dimensi warna kuning ke biru. Kedua dimensi warna ini dinyatakan dengan lambang a dan b. Dimensi warna ketiga adalah kecerahan (L) yang sifatnya tidak linier (de Man, 1997).
Sistem pewarnaan yang lain adalah sistem Munsell. Sistem Munsell ini berdasarkan pada ruang tiga dimensi warna yang melibatkan tiga bagian warna yaitu hue, value, dan chroma. Skala hue berdasarkan pada lima bagian pokok dan lima sub bagian hue, yaitu merah, kuning, hijau, biru, ungu, kuning merah, hijau kuning, biru hijau, biru ungu, dan merah ungu. Skala nilai adalah jangkauan skala keterangan dari hitam (1) ke putih (10). Skala chroma diukur oleh penampakan warna dari abu-abu pada tingkat keterangan yang sama (abu-abu netral=0) (Weaver dan Daniel, 2003).
Alat yang digunakan untuk mengukur warna adalah dengan menggunakan alat color reader dengan merk Konica Minolta CR-10. Color reader adalah suatu alat pengukur warna yang sangat  praktis dimana alat tersebut didesain dengan tristimulus/tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna secara lebih akurat antara 2 range warna yakni terang dan gelap. Color reader merupakan pemaparan warna berdasarkan sistem CIE Hunter. Prinsip pengukuran warna sistem CIE didasarkan pada penginderaan warna oleh mata manusia. Hal ini mengakui bahwa mata mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya.
Reseptor warna yang digunakan dalam color reader adalah reseptor L,a,b Hunter. Lambang a-b menunjukan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah L yang menunjukan tingkat kecerahan (berdasar sinar putih) dimana data tri reseptor tersebut dapat diubah menjadi fungsi warna tunggal yang disebut perbedaan warna  (∆E) dengan memakai persamaan berikut :
∆E = (∆L)2 + (∆a)2 + (∆b)2
Keterangan  :
% kemerahan (%X)  =  0,01   L2  +  aL/175
      % Kehijauan   (%Y)    =  0,001 L2
     % Kebiruan    (%Z)  =  0,01   L2   -   bL/70  
persamaan dalam color reader 
(Weaver dan Daniel, 2003).
Pada praktikum ini ada beberapa sampel yang digunakan yaitu tepung K2SO4, tepung sukun , tepung sagu, tepung maizena, tepung ketan, tepung pisang, tepung beras, dan tepung kanji.
Tepung beras siap pakai banyak dijual dalam kemasan plastik berbagai merk. Tepung beras ini biasanya  dibuat oleh pabrik dan beras digiling dengan mesin. Karena itu tepung beras ini biasanya lebih kering. Tingkat kekeringan tiap merk berbeda. Untuk itu sesuaikan saja jumlah air dengan kondisi saat tepung beras dipakai dan diuleni (Munarso dkk, 2004).
Tepung maizena adalah tepung berwarna putih yang terbuat dari saripati biji jagung. Pati jagung merupakan sumber kabohidrat yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi, dan lain-lain. Tepung ini jarang digunakan sebagai bahan utama pembuatan cake, namun seringkali menjadi bahan pelengkap untuk mendapatkan tekstur sempurna. Dalam pembuatan biskuit, maizena biasanya dipakai sebagai bahan pembantu untuk merenyahkan biskuit. Sedangkan untuk pembuatan cake, maizena berfungsi untuk membantu melembutkan cake.
Tepung pisang dibuat dengan cara sebagai berikut. Buah pisang dikukus (lebih kurang 5-7 menit) untuk memudahkan pengupasan dan mengurangi pencoklatan, kemudian buah diiris-iris, dan setelah pengirisan dikeringkan menggunakan alat pengering (oven) dengan suhu 60-80oC. Setelah irisan pisang kering, kemudian digiling menggunakan alat penepung (grinder) kemudian diayak dengan ayakan 80 mesh.
Tepung sagu dibuat dari hasil proses pengendapan saripati (atau biasa disebut 'pati') bahan sumbernya. Pati dibuat dengan cara memeras air saripati sumbernya, kemudian didiamkan (diendapkan) hingga didapatkan endapan yang terpisah dari airnya. Endapan ini yang kemudian dikeringkan dan didapatkan produk yang berupa tepung. Biasanya tepung yang terbuat dari pati jika dipegang dan digosokkan ke tangan akan terasa licin. Tepung kanji sama – sama terbuat dari saripati singkong. Cara pembuatan tepung kanji sama dengan cara pembuatan tepung sagu karena berasal dari sumber yang sama yaitu dari pati.
Tepung sukun diperoleh dari buah sukun tua yang diolah melalui proses penepungan. Tepung sukun digunakan sebagai produk perantara karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi sehingga dapat menunjang gizi masayarakat. Keunggulan dari pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun adalah tepung sukun lebih praktis dan lebih mudah ditrisbusikan, meningkatkan daya guna, hasil guna dan nilai guna, lebih mudah diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, lebih mudah dicampur dengan tepung-tepung dan bahan lainnya. Tepung sukun cocok untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan produk patiseri. Tepung sukun ini dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu (Fatmawati, 2012).




III.             METODE

A.  Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada saat praktikum adalah color reader. Bahan – bahan yang digunakan adalah tepung K2SO4, tepung kanji, tepung sukun, tepung ketan, tepung maizena, tepung sagu, tepung beras, dan tepung pisang.
B.     Cara Kerja

           

          

 



IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN









A.    HASIL
Berdasarkan percobaan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Color Reader
Sampel
L
a
b
x
y
%X
%Y
%Z
Tepung K2SO4
67,4
6,8
5,1
0,33
0,32
48%
4,54%
40,5%
Tepung sukun
61,9
8,9
12,7
0,30
0,28
41,46%
3,83%
27,05%
Tepung sagu
64,6
7,53
9,97
0,29
0,28
44,51%
4,17%
32,53%
Tepung maizena
67,6
7,46
8,13
0,34
0,33
46,13%
4,57%
37,85%
Tepung ketan
67,67
6,7
8,7
0,34
0,33
48,38%
4,58%
37,38%
Tepung pisang
68,7
6,5
7,5
0,34
0,33
49,75%
4,72%
39,84%
Tepung beras
66,7
6,73
8,03
0,34
0,33
47,05%
4,45%
36,84%
Tepung kanji
67,9
7,4
8,2
0,34
0,33
48,96%
4,61%
38,18%

B.   Pembahasan
Alat yang digunakan untuk mengukur warna adalah dengan menggunakan alat color reader dengan merk Konica Minolta CR-10. Color reader adalah suatu alat pengukur warna yang sangat  praktis dimana alat tersebut didesain dengan tristimulus/tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna secara lebih akurat antara 2 range warna yakni terang dan gelap. Prinsip kerja alat ini memaparkan warna berdasarkan sistem CIE Hunter. Hal ini mengakui bahwa mata mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya. Reseptor warna yang digunakan dalam color reader adalah reseptor L,a,b Hunter. Lambang a-b menunjukan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah L yang menunjukan tingkat kecerahan (berdasar sinar putih).
Cara kerja dari alat tersebut adalah pertama – tama sampel dan color reader disiapkan terlebih dahulu, kemudian tombol on/off ditekan untuk menyalakan alat. Setelah itu sistem L,a,b dipilih karena pada praktikum ini sistem yang digunakan adalah sistem Hunter. Ujung reseptor ditempelkan pada sampel. Dan tombol pengukuran ditekan. Hasil pengukuran yang tertera pada display dibaca. Pada praktikum percobaan dilakukan tiga kali, untuk mengukurnya lagi ditekan tombol target agar angka pada alat dinolkan.
alat color reader yang mengetahui warna









1.      Tombol on/off             : berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan alat
2.      Reseptor                      : mendeteksi warna yang terkandung dalam suatu sampel
3.      Display                       : menampilkan hasil pengukuran warna
4.     Tombol pengukuran    : ditekan ketika reseptor sudah menyentuh sampel yang diinginkan
5.      Tombol Lab                : pengukuran warna menggunakan sistem L,a,b Hunter
6.      Tombol LCh               : pengukuran warna menggunakan sistem LCh
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hasil yang didapat adalah sebagai berikut: secara kasat mata tingkat kecerahan paling tinggi adalah tepung K2SO­4, tepung pisang, tepung beras, tepung ketan, tepung kanji, tepung maizena, tepung sagu, dan tepung sukun, sedangkan jika dibandingkan dengan diagram tingkat kecerahan paling tinggi adalah tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung beras, tepung K2SO4, tepung sukun, dan tepung sagu. Hasil tingkat kecerahan yang dilihat dengan mata dan dengan diagram CIE berbeda. Pada diagram CIE tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung beras lebih mendekati sumber cahaya sehingga tingkatnya lebih cerah dibandingkan tepung sagu dan sukun. Tepung K2SO4 digunakan sebagai kontrol karena warnanya lebih putih.
Hasil sampel tingkat kecerahan diukur dari nilai L pada setiap sampel sebagai berikut. Pada tepung K2SO4 nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.4, 6.8, dan 5,07; pada tepung sukun nilai L, a, b berturut – turut adalah 61.9, 8.9, dan 12,37; pada tepung sagu nilai L, a, b berturut – turut adalah 64.6, 7.53, dan 9,97; pada tepung maizena nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.6, 7.46, dan 8.13; pada tepung ketan nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.6, 6.7, dan 8.7; pada tepung pisang nilai L, a, b berturut – turut adalah 68.7, 6.5, dan 7.5; pada tepung beras nilai L, a, b berturut – turut adalah 66.7, 6.73, dan 8.03; pada tepung kanji nilai L, a, b berturut – turut adalah 67.9, 7.32, dan 8.17.
Hasil sampel tingkat kecerahan dilihat dari %X, %Y, dan %Z pada setiap sampel sebagai berkut. Pada tepung K2SO4 nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut turut adalah 48%, 4,54%, dan 43,4%; pada tepung sukun nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 41,46%, 3,83%, dan 27,06%; pada tepung sagu nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 44,51, 4,17%, dan 32,53%; pada tepung maizena nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 46,13%, 4,57%,  dan 37,85%; pada tepung ketan nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 48,38%, 4,58%, dan 37,38%; pada tepung pisang nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 49,8%, 4,7%, dan 39,84%; pada tepung beras nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 47,05%, 4,45%, dan 36,84%; pada tepung kanji nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 48,96%, 4,61%, dan 38,18%.
Pada hasil percobaan diperoleh tingkat kecerahan berdasarkan nilai L, %X, %Y, dan %Z adalah tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung K2SO4, tepung beras, tepung sagu, dan tepung sukun. Di mana secara kasat mata tingkat keserian sama dengan pengukuran pada diagram CIE menggunakan color reader. %X di sini mengarah ke kadar warna kemerahan, %Y, mengarah ke kadar warna kehijauan, dan %Z mengarah ke kadar warna kebiruan. Berdasarkan % X dan %Y, dan %Z urutan nilai sama dengan nilai L di mana tepung pisang memiliki %X, %Y, dan %Z tertinggi.  




V.  KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Prinsip kerja color reader berdasarkan sistem pemaparan warna yang menggunakan sistem CIE Hunter. Pada alat ini, terdapat reseptor warna yaitu reseptor L, a, b Hunter yang menunjukkan ukuran nilai warna suatu sampel. Lambang a-b menunjukkan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah “L” yang menunjukkan tingkat kecerahan (berdasar sinar putih).
2.      Pengukuran warna dapat menggunakan alat pengukur yang disebut color reader.

  

DAFTAR PUSTAKA

De Man, J.M. 1997. Kmia Pangan. ITB, Bandung.
Fatmawati, W. T. 2012. Pemanfaatan Tepung Sukun Dalam Pembuatan Cookies. Proyek Akhir. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Munarso, S. J., Muchtadi, S., Fardiaz, D., dan Syarief, S. 2004. Perubahan Sifat Fisikokimia dan Fungsional Tepung Beras. Jurnal Pascapanen. 1 (1) : 24 – 28.
Soeseno. 2007. Memotred Permukaan Tekstur. http:// erijauhari.multiplay.com/
          Journal/ item/246/. 14 Oktober 2010.
Weaver, C.M. dan J.R. Daniel. 2003. The Food Chemistry Laboratory. CRC
Press. New York.



                                                                   
So, that's it.. semoga membantu 💋
/>

No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 💋 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...