Hello, Welcome back to my blog 😊
I.
PENDAHULUAN
A. Judul
Color Reader
B. Tujuan
1.
Mengetahui prinsip kerja color
reader
2.
Memahami cara pengukuran warna
II. TINJAUAN PUSTAKA
Warna merupakan spektrum
tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna atau suatu kriteria untuk
mengidentifikasikan suatu objek. Identifikasi warna ini dtentukan oleh panjang
gelombang yang dipancarkan oleh spektrum suatu cahaya, misalnya : panjang
gelombang p 680 yang ditangkap oleh kloroplas yang memberikan spektrum warna
hijau. Warna di bagi menjadi 3 warna dasar, yaitu: merah, hijau, dan biru.
Campuran dari ketiga warna dasar ini akan memberikan warna-warna lain yang
beraneka ragam (Soeseno, 2008).
Warna merupakan sesuatu yang
penting dalam banyak makanan, baik makanan yang tidak diproses maupun makanan
yang dimanufaktur. Bersama-sama dengan bau dan rasa tekstur, warna memegang
peranan penting dalam makanan. Selain itu, warna juga dapat memberi petunjuk
mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan.
Pada beberapa makanan cair yang jernih seperti minyak dan minuman, warna hanya
merupakan masalah transmisi cahaya. Warna yang diterima jika mata memandang
objek yang disinari berkaitan dengan tiga faktor, yaitu: susunan spektrum
sumber sinar, ciri kimia dan fisika objek, serta kepekaan spektrum mata (de
Man, 1997).
Penentuan
mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti
cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. Tetapi,
sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan secra visual faktor warna tampil
terlebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Warna dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran
atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata
(Cahyadi, 2008).
Menurut de Man (1999), warna
merupakan nama umum untuk semua penginderaan yang berasal dari aktivitas retina
mata. Warna diterima jika mata memandang objek yang disinari yang berkaitan
dengan tiga faktor berikut ini :
1. Susunan
spektrum sumber sinar
2. Ciri kimia dan fisika objek
3. Sifat
– sifat kepekaan spektrum mata
Ada
beberapa sistem penggolongan warna, yang paling penting ialah sistem CIE (Commission International de l’Enclairage
– Komisi Pencahayaan Internasional).
Sistem CIE adalah alat objektif yang lebih spesifik, yang digambarkan
dalam sistem tristimulus sebagai definisi standar observasi dan sistem
koordinat partikel. Sistem CIE merupakan sistem trikromati, yaitu berdasarkan
pada kenyataan bahwa warna apapun dapat dicocokkan dengan campuran yang sesuai
dari 3 warna utama, yaitu merah, hijau, dan biru. Dalam sistem CIE warna hijau,
merah dan biru diindikasikan dengan X,Y dan Z (Weaver dan Daniel, 2003).
Sistem
CIE dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yakni warna kromatik, akromatik dan
kromatik non spektrum. Warna akromatik ialah putih, hitam, dan abu-abu. Hitam
dan abu-abu hanya berbeda dengan putih dalam pemantulan sinar jatuh. Lembayung
adalah warna kromatik nonspektrum. Semua warna lain kromatik, misalnya, coklat
adalah kuning yang penerangan dan kejenuhannya rendah (de Man, 1997).
Sistem
CIE yang digunakan untuk memaparkan warna ada 2 sistem yaitu sistem Hunter dan
sistem Munsell. Pengukuran warna sistem CIE didasarkan pada penginderaan warna
oleh mata manusia. Sistem CIE yang dipakai secara luas untuk kolorimetri
makanan ialah sistem L, a, b Hunter. Dalam mekanisme pengalihan ini tanggapan
merah dibandingkan dengan hijau dan menghasilkan dimensi warna merah ke hijau.
Tanggapan hijau dibandingkan dengan biru menghasilkan dimensi warna kuning ke
biru. Kedua dimensi warna ini dinyatakan dengan lambang a dan b. Dimensi warna
ketiga adalah kecerahan (L) yang sifatnya tidak linier (de Man, 1997).
Sistem pewarnaan yang lain adalah sistem Munsell. Sistem
Munsell ini berdasarkan pada ruang tiga dimensi warna yang melibatkan tiga
bagian warna yaitu hue, value, dan chroma. Skala hue berdasarkan pada lima
bagian pokok dan lima sub bagian hue, yaitu merah, kuning, hijau, biru, ungu,
kuning merah, hijau kuning, biru hijau, biru ungu, dan merah ungu. Skala nilai
adalah jangkauan skala keterangan dari hitam (1) ke putih (10). Skala chroma
diukur oleh penampakan warna dari abu-abu pada tingkat keterangan yang sama
(abu-abu netral=0) (Weaver dan Daniel, 2003).
Alat
yang digunakan untuk mengukur warna adalah dengan menggunakan alat color reader
dengan merk Konica Minolta CR-10. Color reader adalah suatu alat pengukur warna yang
sangat praktis dimana alat tersebut
didesain dengan tristimulus/tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna
secara lebih akurat antara 2 range warna yakni terang dan gelap. Color reader
merupakan pemaparan warna berdasarkan sistem CIE Hunter. Prinsip pengukuran
warna sistem CIE didasarkan pada penginderaan warna oleh mata manusia. Hal ini
mengakui bahwa mata mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya.
Reseptor warna yang
digunakan dalam color reader adalah reseptor L,a,b Hunter. Lambang a-b
menunjukan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau
kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah L yang menunjukan tingkat
kecerahan (berdasar sinar putih) dimana data tri reseptor tersebut dapat diubah
menjadi fungsi warna tunggal yang disebut perbedaan warna (∆E) dengan memakai persamaan berikut :
∆E = (∆L)2 + (∆a)2
+ (∆b)2
Keterangan :
% kemerahan (%X)
= 0,01 L2 + aL/175
% Kehijauan (%Y)
= 0,001 L2
% Kebiruan (%Z)
= 0,01 L2
- bL/70
(Weaver dan Daniel, 2003).
Pada praktikum ini ada
beberapa sampel yang digunakan yaitu tepung K2SO4, tepung
sukun , tepung sagu, tepung maizena, tepung ketan, tepung pisang, tepung beras,
dan tepung kanji.
Tepung
beras siap pakai banyak dijual dalam kemasan plastik berbagai merk. Tepung
beras ini biasanya dibuat oleh pabrik
dan beras digiling dengan mesin. Karena itu tepung beras ini biasanya lebih
kering. Tingkat kekeringan tiap merk berbeda. Untuk itu sesuaikan saja jumlah
air dengan kondisi saat tepung beras dipakai dan diuleni (Munarso dkk, 2004).
Tepung
maizena adalah tepung berwarna putih yang terbuat dari saripati biji jagung.
Pati jagung merupakan sumber kabohidrat yang biasa digunakan sebagai bahan
pembuat roti, kue kering, biskuit, makanan bayi, dan lain-lain. Tepung ini
jarang digunakan sebagai bahan utama pembuatan cake, namun seringkali menjadi
bahan pelengkap untuk mendapatkan tekstur sempurna. Dalam pembuatan biskuit,
maizena biasanya dipakai sebagai bahan pembantu untuk merenyahkan biskuit.
Sedangkan untuk pembuatan cake, maizena berfungsi untuk membantu melembutkan
cake.
Tepung pisang dibuat dengan cara
sebagai berikut. Buah pisang dikukus (lebih kurang 5-7 menit) untuk memudahkan
pengupasan dan mengurangi pencoklatan, kemudian buah diiris-iris, dan setelah
pengirisan dikeringkan menggunakan alat pengering (oven) dengan suhu 60-80oC. Setelah irisan pisang kering,
kemudian digiling menggunakan alat penepung (grinder) kemudian diayak
dengan ayakan 80 mesh.
Tepung sagu dibuat dari hasil proses pengendapan saripati (atau biasa disebut 'pati') bahan
sumbernya. Pati dibuat dengan cara memeras air saripati sumbernya, kemudian
didiamkan (diendapkan) hingga didapatkan endapan yang terpisah dari airnya.
Endapan ini yang kemudian dikeringkan dan didapatkan produk yang berupa tepung.
Biasanya tepung yang terbuat dari pati jika dipegang dan digosokkan ke tangan
akan terasa licin. Tepung kanji sama – sama terbuat dari saripati singkong.
Cara pembuatan tepung kanji sama dengan cara pembuatan tepung sagu karena
berasal dari sumber yang sama yaitu dari pati.
Tepung sukun diperoleh dari buah sukun
tua yang diolah melalui proses penepungan. Tepung sukun digunakan sebagai
produk perantara karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi sehingga dapat
menunjang gizi masayarakat. Keunggulan dari pengolahan buah sukun
menjadi tepung sukun adalah tepung sukun lebih praktis dan lebih mudah
ditrisbusikan, meningkatkan daya guna, hasil guna dan nilai guna, lebih
mudah diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, lebih
mudah dicampur dengan tepung-tepung dan bahan lainnya. Tepung sukun cocok
untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan produk patiseri.
Tepung sukun ini dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu (Fatmawati,
2012).
III.
METODE
A. Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada saat
praktikum adalah color reader. Bahan – bahan yang digunakan adalah tepung K2SO4,
tepung kanji, tepung sukun, tepung ketan, tepung maizena, tepung sagu, tepung
beras, dan tepung pisang.
B.
Cara Kerja
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Berdasarkan
percobaan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel
1. Hasil Color Reader
Sampel
|
L
|
a
|
b
|
x
|
y
|
%X
|
%Y
|
%Z
|
Tepung
K2SO4
|
67,4
|
6,8
|
5,1
|
0,33
|
0,32
|
48%
|
4,54%
|
40,5%
|
Tepung
sukun
|
61,9
|
8,9
|
12,7
|
0,30
|
0,28
|
41,46%
|
3,83%
|
27,05%
|
Tepung
sagu
|
64,6
|
7,53
|
9,97
|
0,29
|
0,28
|
44,51%
|
4,17%
|
32,53%
|
Tepung
maizena
|
67,6
|
7,46
|
8,13
|
0,34
|
0,33
|
46,13%
|
4,57%
|
37,85%
|
Tepung
ketan
|
67,67
|
6,7
|
8,7
|
0,34
|
0,33
|
48,38%
|
4,58%
|
37,38%
|
Tepung
pisang
|
68,7
|
6,5
|
7,5
|
0,34
|
0,33
|
49,75%
|
4,72%
|
39,84%
|
Tepung
beras
|
66,7
|
6,73
|
8,03
|
0,34
|
0,33
|
47,05%
|
4,45%
|
36,84%
|
Tepung
kanji
|
67,9
|
7,4
|
8,2
|
0,34
|
0,33
|
48,96%
|
4,61%
|
38,18%
|
B.
Pembahasan
Alat yang
digunakan untuk mengukur warna adalah dengan menggunakan alat color reader
dengan merk Konica Minolta CR-10. Color reader adalah suatu alat pengukur warna yang
sangat praktis dimana alat tersebut
didesain dengan tristimulus/tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna
secara lebih akurat antara 2 range warna yakni terang dan gelap. Prinsip kerja
alat ini memaparkan warna berdasarkan sistem CIE Hunter. Hal ini mengakui
bahwa mata mengandung tiga reseptor yang peka terhadap cahaya. Reseptor warna yang
digunakan dalam color reader adalah reseptor L,a,b Hunter. Lambang a-b
menunjukan dimensi warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau
kebiruan (b). Sementara dimensi warna ke-3 adalah L yang menunjukan tingkat
kecerahan (berdasar sinar putih).
Cara
kerja dari alat tersebut adalah pertama – tama sampel dan color reader
disiapkan terlebih dahulu, kemudian tombol on/off ditekan untuk menyalakan
alat. Setelah itu sistem L,a,b dipilih karena pada praktikum ini sistem yang
digunakan adalah sistem Hunter. Ujung reseptor ditempelkan pada sampel. Dan tombol
pengukuran ditekan. Hasil pengukuran yang tertera pada display dibaca. Pada
praktikum percobaan dilakukan tiga kali, untuk mengukurnya lagi ditekan tombol
target agar angka pada alat dinolkan.
1.
Tombol on/off : berfungsi untuk menghidupkan atau
mematikan alat
2.
Reseptor : mendeteksi warna yang
terkandung dalam suatu sampel
3.
Display : menampilkan hasil
pengukuran warna
4. Tombol pengukuran : ditekan ketika reseptor sudah menyentuh
sampel yang diinginkan
5.
Tombol Lab : pengukuran warna menggunakan
sistem L,a,b Hunter
6.
Tombol LCh : pengukuran warna menggunakan
sistem LCh
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, hasil yang didapat adalah sebagai berikut: secara kasat
mata tingkat kecerahan paling tinggi adalah tepung K2SO4,
tepung pisang, tepung beras, tepung ketan, tepung kanji, tepung maizena, tepung
sagu, dan tepung sukun, sedangkan jika dibandingkan dengan diagram tingkat
kecerahan paling tinggi adalah tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena,
tepung ketan, tepung beras, tepung K2SO4, tepung sukun,
dan tepung sagu. Hasil tingkat kecerahan yang dilihat dengan mata dan dengan
diagram CIE berbeda. Pada diagram CIE tepung pisang, tepung kanji, tepung
maizena, tepung ketan, tepung beras lebih mendekati sumber cahaya sehingga
tingkatnya lebih cerah dibandingkan tepung sagu dan sukun. Tepung K2SO4
digunakan sebagai kontrol karena warnanya lebih putih.
Hasil
sampel tingkat kecerahan diukur dari nilai L pada setiap sampel sebagai
berikut. Pada tepung K2SO4 nilai L, a, b berturut – turut
adalah 67.4, 6.8, dan 5,07; pada tepung sukun nilai L, a, b berturut – turut
adalah 61.9, 8.9, dan 12,37; pada tepung sagu nilai L, a, b berturut – turut
adalah 64.6, 7.53, dan 9,97; pada tepung maizena nilai L, a, b berturut – turut
adalah 67.6, 7.46, dan 8.13; pada tepung ketan nilai L, a, b berturut – turut
adalah 67.6, 6.7, dan 8.7; pada tepung pisang nilai L, a, b berturut – turut
adalah 68.7, 6.5, dan 7.5; pada tepung beras nilai L, a, b berturut – turut
adalah 66.7, 6.73, dan 8.03; pada tepung kanji nilai L, a, b berturut – turut
adalah 67.9, 7.32, dan 8.17.
Hasil
sampel tingkat kecerahan dilihat dari %X, %Y, dan %Z pada setiap sampel sebagai
berkut. Pada tepung K2SO4 nilai dari %X, %Y, dan %Z
berturut turut adalah 48%, 4,54%, dan 43,4%; pada tepung sukun nilai dari %X,
%Y, dan %Z berturut – turut adalah 41,46%, 3,83%, dan 27,06%; pada tepung sagu
nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 44,51, 4,17%, dan 32,53%;
pada tepung maizena nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 46,13%,
4,57%, dan 37,85%; pada tepung ketan nilai
dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 48,38%, 4,58%, dan 37,38%; pada
tepung pisang nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah 49,8%, 4,7%,
dan 39,84%; pada tepung beras nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut – turut adalah
47,05%, 4,45%, dan 36,84%; pada tepung kanji nilai dari %X, %Y, dan %Z berturut
– turut adalah 48,96%, 4,61%, dan 38,18%.
Pada
hasil percobaan diperoleh tingkat kecerahan berdasarkan nilai L, %X, %Y, dan %Z
adalah tepung pisang, tepung kanji, tepung maizena, tepung ketan, tepung K2SO4,
tepung beras, tepung sagu, dan tepung sukun. Di mana secara kasat mata tingkat
keserian sama dengan pengukuran pada diagram CIE menggunakan color reader. %X
di sini mengarah ke kadar warna kemerahan, %Y, mengarah ke kadar warna
kehijauan, dan %Z mengarah ke kadar warna kebiruan. Berdasarkan % X dan %Y, dan
%Z urutan nilai sama dengan nilai L di mana tepung pisang memiliki %X, %Y, dan
%Z tertinggi.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Prinsip kerja color
reader berdasarkan sistem pemaparan warna yang menggunakan sistem CIE Hunter.
Pada alat ini, terdapat reseptor warna yaitu reseptor L, a, b Hunter yang
menunjukkan ukuran nilai warna suatu sampel. Lambang a-b menunjukkan dimensi
warna kemerahan atau kehijauan (a) dan kekuningan atau kebiruan (b). Sementara
dimensi warna ke-3 adalah “L” yang menunjukkan tingkat kecerahan (berdasar
sinar putih).
2.
Pengukuran warna dapat menggunakan
alat pengukur yang disebut color reader.
DAFTAR
PUSTAKA
De Man, J.M. 1997. Kmia
Pangan. ITB, Bandung.
Fatmawati, W. T. 2012. Pemanfaatan Tepung Sukun Dalam
Pembuatan Cookies. Proyek Akhir.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Munarso, S. J., Muchtadi, S., Fardiaz, D., dan Syarief,
S. 2004. Perubahan Sifat Fisikokimia dan Fungsional Tepung Beras. Jurnal
Pascapanen. 1 (1) : 24 – 28.
Soeseno. 2007. Memotred Permukaan Tekstur. http:// erijauhari.multiplay.com/
Journal/
item/246/. 14 Oktober 2010.
Weaver, C.M. dan J.R. Daniel. 2003. The
Food Chemistry Laboratory. CRC
Press. New York.
So, that's it.. semoga membantu 💋
No comments:
Post a Comment