Thursday, October 25, 2018

Laporan Praktikum Spektrofotometri

Hello, Welcome back to my blog 馃拫


I.               PENDAHULUAN

A.  Judul
Spektrofotometri
B.  Tujuan
1.      Menentukan panjang gelombang optimum suatu zat
2.      Membuat kurva standar hubungan kadar dan absorbansi

II.            TINJAUAN PUSTAKA

Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap, dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi merupakan metode yang mempelajari interaksi antara cahaya  dan materi. Dalam spektroskopi cahaya tampak digunakan dalam teori-teori  struktur materi dalam struktur kimia analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Perkembangan zaman yang modern ini, spektroskopi tidak hanya memanfaatkan cahaya tampak tapi juga bentuk lain dari radiasi gelombang elektromagnetik dan non elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio, gelombang elektron, gelombang fenon, gelombang suara dan sinar X. Spektroskopi biasanya digunakan dalam kimia fisik dan analisis untuk identifikasi substansi melalaui spektrum yang dipancarkan (Day dan Underwood, 1996).
Berdasarkan sinyal radiasi elektromagnetik, spektroskopi dibagi menjadi empat golongan yaitu spektroskopi absorpsi, spektroskopi emisi, spektroskopi scattering, dan spektroskopi fluoresensi. Pada spektroskopi absorpsi, terdapat beberapa tipe metode spektroskopi berdasarkan sifat radiasinya, yaitu spektroskopi absorpsi atom (nyala), absorpsi atom (tanpa nyala) dan absorpsi sinar-x. Pada spektroskopi emisi, terdapat beberapa tipe metode spektroskopi yaitu arc spark, plasma argon, emisi atom atau emisi nyala dan emisi sinar-x (Sastrohamidjojo, 1985).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Khopkar, 2003).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar, 2003).
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinayatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi  sampe (Sutopo, 2006).
Menurut Sirait (2009), spektrofotometer memiliki jenis yang berbeda – beda. Jenis – jenis tersebut dibedakan berdasarkan teknik optik standar dan daerah spektrum yang akan dieksplorasi. Berdasarkan teknik optika standar sebagai berikut:
1.      Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optik)
Cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai abserbansi dari larutan yang dimasukan. Dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Semua cahaya melewati seluruh sel sampel. Contoh alat spektrofotometer single beam adalah spektronik 20. Alat ini merupakan desain paling awal tetapi masih bayak digunakan baik dalam pengajaran maupun laboratotium industri. Ada beberapa keuntungan dari spektrofotometer ini yaitu, sederhana, harganya murah, mengurangi biaya yang ada mereupakan keuntungan nyata. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi 800 sampai 1000 nm.
2.      Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic)
Cahaya terbagi ke dalam dua arahatau berkas. Berkas cahaya pertama melewati sel cahaya pembanding, dan cahaya yang lain melewati sel sampel. Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke detektor. Detektor merespon cahaya netto ke dua arah. Beberapa alat double beam memiliki dua detector, sampel dan sinar diukur pada waktu yang sama. Nilai blanko dapat langsung diukur dengan larutan yang diinginkan dala satu kali proses yang sama. Digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokan foto detektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan sacara elektronik dan ditunjukkan oleh pembaca.
Berdasarkan daerah spectrum yang akan dieksplorasi adalah sebagai berikut:
1.    Spektrofotometer ultraviolet (UV)
Spektrofotometri UV berdasarkan interkasi sampel dan sinar UV. Sianr UV memiliki panjang gelombang 190 – 380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil yang berlimpah dilaut dan daratan. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna bening dan transparan.
2.    Spektrofotometer sinar tampak (VIS)
Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten halogen atau sering disebut wolfram. Lampu tungsten halogen manghasilkan cahaya tampak dalam daerah panjang gelombang 350 – 800 nm. Lampu tersebut terbuat dari tabung kuarsa yang berisi filamen tungsten dan sejumlah kecil iodine. Lampu ini mirip dengan lampu yang terdapat dalam perumahan dan perkantoran.
3.      Spektrofotometer infra merah (IR)
Spektrofotometer ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan, dan jauh. Inframerah pada spektrofotometer adalah inframera jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2,5 – 1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.
4.      Spektrofotometer serapan atom (UV – VIS)
Sumber cahaya yang digunakan adlah kombinasi antara lampten halogen dan tungsten halogen dan deuterium (D2). Lampu deuterium (D2)dapat menghasilkan cahaya dalam daerah 160 – 380 nm.
Hukum yang mendasari spektrofotometri yaitu hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya yang diserap oleh suatu bahan tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang.namun hal tersebut berlaku jika dalam bahan tidak tidak terjadi reaksi kimia.Sedangkan Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahya berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium.
A = 袆.c.l
 袆 = molar absortivitas untuk panjang gelombang tertentu.
Kombinasi dari kedua hukum ini menghasilkan Hukum Lambert – Beer, yaitu:
%T = (I/I0) x 100 = exp (- 袆.c.l)
A   = Log(I/I0) = 袆.c.l
Sesuai dengan hukum Lambert – Beer, absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, jika konsentrasi tinggi maka absorbansi juga semakin tinggi. Hubungan kepekatan warna dengan konsentrasi, dimana semakin tinggi konsentrasi, maka warna juga semakin pekat. Oleh karena itu semakin pekat suatu warna larutan, maka absorbansinya juga akan semakin tinggi (Khopkar, 2003).
Menurut Devita (2013), senyawa – senyawa yang dapat diukur dengan metode ini harus memenuhi hukum Lambert – Beer yaitu:
1.      Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi, maka berkurangnya intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding dengan intensitas cahaya tersebut.
2.      Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi akan berbanding lurus dengan intensitas cahaya.
Menurut Khopkar (1990), suatu spektrofotometer terdiri dari:
1.    Sumber cahaya, sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber yang biasa digunakan adalah lampu wolfram dengan panjang gelombang (位) di atas 375 nm atau lampu detrium (D2) yang memiliki panjang gelombang (位) di bawah 375 nm. Berfungsi untuk memperoleh tegangan yang stabil dan  digunakan transformator.
2.    Monokromator, merupakan alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang berbeda. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk menguraikan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini digunakan celah.

3.    Cuvet, merupakan suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kuarsa, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk yabung empat persegi panjang 1 x 1  cm dan tinggi 5 cm.
4.    Detektor, peranannya memberi respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh peampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.
Metode deret standar dilakukan dengan membuat suatu deret larutan standar zat yang akan diketahui konsentrasinya dengan berbagai macam variasi konsentrasi. Kemudian larutan sampel dibandingkan dengan deret yang ada. Larutan dengan warna yang serupa secara eksak dengan standar memiliki konsentrasi sama dengan konsentrasi standar (Fatimah, 2009). Pada metode analisa deret standar, tabung – tabung seragam yang tidak berwarna dengan dasar datar (disebut tabung Nessler) digunakan untuk menampung larutan berwarna dengan jumlah volume tertentu. Warna ini kemudian dibandingkan dengan larutan standar yang dibuat dari komponen yang sama dengan yang dianalisis tetapi konsentrasinya telah diketahui (Khopkar, 2003).
Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat ekuivalen tertentu dalam volume tertentu, larutan standar disiapkan dengan menimbang reagen murni secara tepat, karena tidak semua standar tersedia dalam keadaan murni. Larutan standar berfungsi membakukan atau memastikan konsentrasi suatu larutan, yaitu suatu larutan atau pereaksi yang ketetapan konsentrasinya sukar yang diperoleh pembuatannya secara langsung (Suhatono, 1989).
Larutan blanko adalah pelarut sebelum ditambahkan kompleks warna atau suatu larutan yang tidak menyerap atau pelarut yang belum ditambahkan kompleks berwarna. Larutan blanko yang digunakan adalah aquades. Aquades digunakan karena aquades tidak berwarna atau bening sehingga tidak menimbulkan energi pantul pada spektrofotometer yang menyebabkan gelombang yang diukur 0 nm (Khopkar, 2003). Fungsi larutan blanko:
1.      Sebagai larutan pembanding untuk mengukur intensitas cahaya, menghamburkan cahaya, dan tidak menyerap cahaya.
2.      Aquades harus 0 nm karena fungsinya sebagai penyangga, larutan yang ditambahkan aquades semakin kecil konsentrasinya semakin kecil absorbansinya.
3.      Mengkoreksi absorbansi atau senyawa yang akan diteliti dengan metode spektrofotometri sehingga tidak terjadi kesalahan pembacaan oleh alat.
Menurut Day dan Underwood (1989), larutan cuplikan merupakan larutan sampel yang ditambahkan kompleks berwarna kedalamnya sehingga dapat dianalisa menggunakan spektrofotometer. Hasil absorbansinya akan dibandingkan dengan nilai larutan standar. Konsentrasi larutan cuplikan dapat dari rumus perhitungan ataupun dari kurva standar.
Umumnya pelarut yang sering digunakan dalam analisis  sektrofotometri UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksan, dan isopropanol. Namun demikian perlu diperhatikan absorpsi pelarut yang dipakai pada daerah UV-Vis (penggal UV = UV cut off) (Mulja dan Suharman, 1995).
Pada praktikum ini digunakan larutan NH4Fe(SO4)2Cl + HCl berfungsi sabagai larutan standar dan berfungsi juga sebagai larutan cuplikan. Larutan KCNS 10% yang berfungsi untuk memberikan intensitas warna yang tampak, selain itu dapat memberikan warna merah pada larutan standar. Larutan KCNS 10 % yang ditambahkan ini pun akan membentuk warna merah dengan reaksi :
1.         Penambahan KCNS 10 % (terbentuk ion Fe)
            Fe3+ + 6 CNS  (FeCNS)6
2.         Penambahan aquadest
            Fe3+ + H2O  Fe(OH)3 + 3 H
Pada analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu:
1.      Daerah UV ; = 200 – 380 nm
2.      Daerah visible (tampak); = 380 – 700 nm
3.      Daerah inframerah (IR); = 700 – 0,3
Pada percobaan, panjang gelombang (l) yang digunakan yaitu 475 nm pada panjang gelombang tersebut larutan dapat melakukan serapan maksimum. Panjang gelombang harus pada serapan maksimum karena perubahan absorbansi dengan berubahnya konsentrasi akan lebih cepat dan sensitif.
III.          METODE

A.  Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah pro pipet, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, labu ukur, spektrofotometer, kuvet, dan tissue. Bahan yang digunakan adalah larutan NH4Fe(SO4)2, KCNS 10%, Akuades, dan larutan cuplikan.
B.  Cara Kerja
1.    Pembuatan Larutan Standar
Cara kerja pembuatan larutan standar dan larutan blanko

Cara kerja pembuatan larutan Deret standar


IV.               HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Absorbansi Deret Standar
Larutan Standar (m1)
Absorbansi (脜)
2
0,137
4
0,281
6
0,444
8
0,586
10
0,757
Tabel 2. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan Cuplikan
Larutan
Absorbansi (脜)
Blanko
0
Cuplikan x
0,270
Cuplikan y
0,473
B.  Pembahasan
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar, 2003).
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinayatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi  sampe (Sutopo, 2006).
Pada praktikum ini spektrofotometer yang digunakan adalah spektrofotometer UV – Visible dengan merk G10S UV – VIS spectrofotometer. 

bagian dalam spektrofotometer

kuvet untuk mengukur absorbansi larutan
Komponen dari spektrofotometri UV – VIS:
1. Sumber energi cahaya dapat di-pakai lampu Wolfram yang meng-hasilkan sinar dengan 位 di atas 375 nm atau lampu detrium (D2) yang memiliki 位 di bawah 375 nm.
2. Monokromator: suatu piranti untuk mengecilkan panjang-panjang   gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. .
3. Wadah sampel (kuvet): untuk tempat/wadah larutan saat larutan akan diukur di dalam spektrofotometer.
4. Detektor: yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik. 
5. Pengganda: dan rangkaian yang berkaitan membuat isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.
6. Sistem baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Absorbansi (呛).
Untuk menentukan absorbansi suatu zat, ada beberapa larutan yang harus digunakan antara lain larutan standar, larutan blanko, dan larutan cuplikan. Larutan standar adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti yang berfungsi membakukan atau memastikan konsentrasi suatu larutan, yaitu suatu larutan atau pereaksi yang ketetapan konsentrasinya sukar yang diperoleh pembuatannya secara langsung. Larutan blanko adalah larutan yang tidak menyerap atau pelarut yang belum ditambahkan kompleks warna. Larutan blanko yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades. Fungsinya sebagai larutan pembanding untuk mengukur intensitas cahaya, menghamburkan cahaya, dan tidak menyerap cahaya dan mengoreksi absorbansi suatu senyawa yang akan diteliti dengan metode spektrofotometer sehingga kesalahan pembacaan oleh alat seminimal mungkin dapat ditekan. Larutan cuplikan larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti. Pada metode deret standar, tabung-tabung seragam yang tidak berwarna dengan dasar datar (disebut tabung Nessler) digunakan untuk menampung larutan cuplikan. Warna ini kemudian dibandingkan dengan larutan standar yang dibuat dari komponen yang sama dengan yang dianalisis tetapi konsentrasinya telah diketahui.
Analisa deret standar bertujuan untuk membandingkan tingkat konsentrasi dan warna larutan larutan standar dengan larutan cuplikan secara kasat mata. Ketiga larutan ini diperlukan dalam menentukan absorbansi suatu zat karena, ketiga larutan saling berkaitan untuk menetukan absorbansi.
Pada percobaan spektroskopi ini, terdapat beberapa perlakuan yang digunakan. Perlakuan-perlakuan itu adalah :
1.    Penambahan aquadest pada larutan NH4Fe(SO4)2 + HCl pada pembuatan larutan standar, berfungsi untuk mengencerkan larutan NH4Fe(SO4)2 + HCl sehingga tidak terlalu pekat.
2.    Pembuatan larutan blanko berfungsi sebagai pembanding larutan standar maupun larutan cuplikan.
3.    Larutan di vortex, berfungsi agar larutan yang ada didalam tabung reaksi dapat bercampur secara sempurna.
4.    Membandingkan larutan standar dengan larutan cuplikan, berfungsi untuk mengetahui letak dari larutan cuplikan pada larutan standar.
5.    Peneraan dengan spektrofotometer, berfungsi untuk mengetahui nilai absorbansi dari larutan blanko, larutan standar dan larutan cuplikan.
Pada praktikum ini digunakan larutan KCNS 10 %  yang berfungsi untuk memberikan intensitas warna yang tampak, selain itu dapat memberikan warna merah pada larutan standar. Larutan KCNS 10 % yang ditambahkan ini pun akan membentuk warna merah dengan reaksi :
1.         Penambahan KCNS 10 % (terbentuk ion Fe)
            Fe3+ + 6 CNS  (FeCNS)6
2.         Penambahan aquadest
            Fe3+ + H2O  Fe(OH)3 + 3H+
Pada reaksi yang pertama, KCNS yang ditambahkan bereaksi dengan ion Fe3+ yang terkandung dalam NH4Fe(SO4)2. Dalam reaksi antara KCNS dan ion Fe3+ terjadi reaksi bolak – balik yang menghasilkan Fe(CNS)6. KCNS disebut sebagai reagen spesifik dari Fe yang kemudian menyebabkan larutan berwarna merah. Pada reaksi kedua yaitu proses penambahan aquades pada deret larutan standar. Reaksi ini melibatkan H2O yang berfungsi untuk menghidrolisis ion Fe3+ sehingga CNS dapat mengikat ion Fe3+ lebih baik dan larutan yang dihasilkan menjadi lebih stabil.

Panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan ini adalah 475 nm yang dianggap sudah optimum untuk melakukan uji absorbansi larutan sampel yang akan diuji dengan mendapatkan hasil yang optimum.
. Percobaan dimulai dengan membuat larutan standar. Larutan standar dibuat dari campuran NH4Fe(SO4)2 ditambah dengan HCl. Campuran tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Labu ukur digunakan sebagai alat untuk membantu pengenceran campuran. Aquades ditambahkan hingga tanda batas. Aquades digunakan sebagai pelarut polar NH4Fe(SO4)2 + HCl. Setelah ditambah dengan aquades hingga tanda batas, larutan standar sudah siap digunakan.
Larutan standar yang sudah dibuat tadi diambil 2, 4, 6, 8,dan 10 ml dan masing-masing diletakkan dalam 5 tabung berbeda. Kemudian masing-masing dari tabung reaksi ditambahkan KCNS 10% sebanyak 5 ml. Fungsinya adalah untuk menyamakan komponen kimiawi dalam larutan standar. Kemudian  masing-masing tabung ditambahi aquades hingga 20 ml, penambahan volume aquades setiap tabung berbeda-beda. Setelah itu divortex agar campuran menjadi  homogen.
Larutan  blanko dibuat dengan tujuan sebagai larutan pembanding. Larutan blanko dibuat dari campuran 10 ml aquades yang ditambah dengan KCNS 10%. Fungsi dari KCNS 10% adalah sebagai pembentuk kompleks warna agar komponen sama dengan larutan. Kemudian larutan blanko divorteks, tujuannya sebagai peng-homogen-an larutan (larutan tercampur merata). Setelah itu larutan blanko siap digunakan.
Larutan standar yang tadi sudah dibuat disebut dengan deret standar. Deret standar ini kemudian dibandingkan dengan larutan cuplikan X dan Y. Tujuan dari proses membandingkan ini adalah untuk memperkirakan konsentrasi larutan cuplikan dengan larutan yang ada di deret standar,dengan cara membandingkan warna pada deret standard an warna cuplikan.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil absorbansi standar 2 ml memiliki absorbansi sebesar 0,137 脜 dengan konsetrasi 0,01 N; larutan standar 4 ml memiliki absorbansi sebesar 0,281 脜 dengan konsetrasi 0,02 N; larutan standar 6 ml memiliki absorbansi sebesar 0,444 脜 dengan konsetrasi 0,03 N; larutan standar 8 ml memiliki absorbansi sebesar 0,586 脜 dengan konsetrasi 0,04 N; dan larutan standar 10 ml memiliki absorbansi sebesar 0,757 脜 dengan konsetrasi 0,05 N. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan standar maka akan semakin tinggi absorbansi standarnya. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yang mengatakan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, jika konsentrasi tinggi, absorbansi juga semakin tinggi.
Dari pengukuran absorbansi larutan blanko dan larutan cuplikan X dan Y diperoleh hasil sebagai berikut: larutan blanko memiliki absorbansi sebesar 0,000 呛, larutan cuplikan X memiliki absorbansi sebesar 0,270 呛, dan larutan cuplikan Y memiliki absorbansi sebesar 0,473 呛. Dari peneraan dapat dilihat bahwa warna larutan cuplikan X sama dengan warna dari larutan standar 4 ml yang memiliki konsentrasi 0,02 N dan warna larutan cuplikan Y sama dengan warna dari larutan standar 6 ml yang memiliki konsentrasi 0,03 N. Berdasarkan grafik diperoleh konsentrasi larutan cuplikan X adalah 0,0015 N, jika konsentrasi larutan cuplikan X dibandingkan dengan konsentrasi pada larutan standar 4 ml yaitu 0,02 N hasilnya tidak jauh berbeda sehingga dapat dikatakan hasil tersebut sudah cukup tepat. Konsentrasi larutan cuplikan Y adalah 0,035 N, jika konsentrasi larutan cuplikan Y dibandingkan dengan konsentrasi pada larutan standar 6 ml yaitu 0,03 N hasilnya tidak jauh berbeda sehingga dapat dikatakan hasil tersebut sudah cukup tepat. Dari hasil perhitungan maupun hasil melalui grafik standar, dapat diketahui bahwa semakin besar absorbansinya maka semakin besar juga konsentrasinya sehingga dapat dikatakan absorbansi dan konsentrasi berbanding lurus.
Pada pengukuran menggunakan spektrofotometer ini sudah dikatakan akurat karena spektrofotometer sangat sensitif terhadap larutan yang akan diukur absorbansinya.




V.               KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Hasil absorbansi larutan standar dengan panjang gelombang yang digunakan  475 nm karena pada panjang gelombang ini sesuai untuk melakukan serapan maksimum yang mendekati warna merah. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
a.       Larutan standar 2 ml dengan konsentrasi 0,001 N memiliki absorbansi 0,137 呛.
b.      Larutan standar 4 ml dengan konsentrasi 0,002 N memiliki absorbansi 0,281 呛.
c.       Larutan standar 6 ml dengan konsentrasi 0,003 N memiliki absorbansi 0,444 呛.
d.      Larutan standar 8 ml dengan konsentrasi 0,004 N memiliki absorbansi 0,536 呛.
e.       Larutan standar 10 ml dengan konsentrasi 0,005 N memiliki absorbansi 0,757 呛.
f.        Larutan cuplikan X memiliki absorbansi 0,270 呛 didapati pada grafik memiliki konsentrasi sekitar 0,015 N
g.      Larutan cuplikan B memiliki absorbansi 0,473 呛 didapati pada grafik memiliki konsentrasi sekitar  0,035 N
2.      Berdasarkan kurva standar maka dapat diperoleh konsentrasi larutan cuplikan A menurut grafik adalah 0,010 N sedangkan larutan cuplikan B berada pada konsentrasi  0,014 N
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan Underwood, A.L.. 1996.  Analisis Kimia Kuantitatif.  Erlangga, Jakarta.
Fatimah S,2009. Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Seminar Nasional V, ISSN 1978-0176. SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 5 November 2013.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-press, Jakarta.
Mulja, H.M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press, Surabaya.
Sastrohamidjojo, H. 1985. Spektroskopi. Liberty, Yogyakarta.
Sirait, R. A. 2009. Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet pada Penetapan Nifedipin dalam Sediaan Tablet. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara, Medan.
Suhartono, M. T. 1989. Petunjuk Laboratorium Dasar – Dasar Biokimia. IPB, Bogor. 



So, that's it.. semoga membantu.. 

jangan lupa komentar yaa 馃拫

/>

No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 馃拫 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...