Monday, May 23, 2016

Laporan Biokimia Lipid

I.     PENDAHULUAN

A.  Judul
Lipid
B.  Tujuan
1.      Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut non polar dan polar
2.      Mengetahui adanya ikatan rangkap pada asam lemak suatu bahan
3.      Menentukan angka asam lemak bebas
4.      Mengukur suhu ketika lemak mencair dan membeku






















II.  TINJAUAN PUSTAKA

Lipid adalah sekelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia dan berperan penting dalam struktur dan fungsi sel. Senyawa lipid tidak mempunyai rumus empiris tertentu atau struktur yang serupa, tetapi terdiri atas beberapa golongan (Nursanti dan Yazid, 2006). Menurut Lehninger (1990), lemak (lipid) adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, yang dapat diektrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar, seperti kloroform atau eter. Jenis lipida yang paling banyak adalah lemak atau triasilgliserol yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme. Golongan ini adalah bentuk energi kimia simpanan yang paling penting bagi makhluk hidup. Molekul lemak terdiri dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak. Tiap asam lemak terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus karbonil pada ujungnya. Molekul gliserol mempunyai 3 gugus hidroksil (-OH) dan setiap gugus hidroksil ini dapat mengadakan interaksi dengan gugus karboksil asam lemah (Kimball, 1989).
Lipid adalah senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air tapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti hidrokarbon atau dietil eter. Kelas lipid dihubungkan satu sama lain berdasarkan kemiripan sifat fisisnya namun hubungan kimia fungsional dan struktural maupun fungsi biologis mereka berdekatan (Fessenden, 1984). Lemak merupakan ester antara gliserol dan asam lemak dimana radikal hidroksil dan gliserol semuanya diesterkan (trigliserida) (Bronk, 1994). Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas atom tiga (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi (1994), senyawa – senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi menjadi dalam beberapa golongan besar yaitu:
1.      Lipid sederhana, yaitu ester dan asam lemakdengan berbagai alkohol contojnya lemak atau gliserida dan lilin.
2.      Lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan contohnya fosfolipid, serebrosida.
3.      Derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol.
Minyak atau lemak tersusun dari trigliserida yang terdiri dua jenis senyawa yaitu gliserol dan tiga ekivalen asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang mempunyai tiga atom karbon yang masing-masing mengandung gugus hidroksil, sedangkan asam lemak adalah senyawa yang memiliki kerangka karbon panjang.
Jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak itu dapat meliputi uji penyabunan, ketidakjenuhan, kelarutan, titik cair, titik beku, dan lain-lain (Suminar,1987). Menurut Gaman (1994), sifat – sifat  lemak dan minyak antara lain :
1.    Kelarutan, lemak dan minyak tidak larut dalam air. Namun dimungkinkan terbentuknya campuran yang stabil  antara lemak dan air. Campuran ini dinamakan emulsi, dapat berupa emulsi lemak dalam air (misal : susu) atau air dalam lemak (misal : mentega). Lemak dan minyak larut dalam pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan  karbon tetra klorida.
2.      Pengaruh panas, jika lemak dipanaskan, akan terjadi perubahan – perubahan nyata pada tiga titik  suhu.
a.       Titik cair, lemak mencair jika dipanaskan. Suhu saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik cair. Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 30 oC dan 40 oC. Titik cair untuk lemak adalah di bawah suhu udara biasa.
b.      Titik asap, jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai mengalami dekomposisi. Kebanyakan lemak dan minyak mulai berasap pada suhu diatas 2000C.
c.       Titik nyala, jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu ini dikenal sebagai titik nyala.
3.      Plastisitas, substansi yang memiliki sifat plastis akan berubah bentuknya jika ditekan, dan tetap pada terakhirnya meskipun sudah tidak diekan lagi. Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan.
4.      Ketengikan, ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak dan minyak. Tipe reaksi yang berperan pada proses ketengikan :
a.       Oksidasi
Terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tak jenuh dan oksigen dari udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul trigliserida dan dapat terbentuk sebgai senyawa yang menimbulkan rasa tengik yang tidak sedap.
b.      Hidrolisis
Enzim lipase menghidrolisis lemak, memecahnya menjadi gliserol dan asam lemak. Ketengikan hidrolitik mungkin juga terjadi jika minyak atau lemak dipanakan dalam keadaan ada air. Ketengikan dapat dikurangi dengan penyimpanan lemak dan minyak dalam tempat yang dingin dan gelap dengan wadah bukan logam agar lemak selalu terbungkus.
5.      Saponifikasi, trigliserida beraksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol, disebut sebagai reaksi saponifikasi.
Menurut Nursanti dan Yazid (2006), lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial yang terkandung di dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingkan karbohidrat dan protein. Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Senyawa terbentuk dari hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Menurut Nursanti dan Yazid (2006), asam lemak dapat dibentuk dari senyawa-senyawa yang mengandung karbon seperti asam asetat, asetaldehid, dan etanol yang merupakan hasil respirasi tanaman. Asam lemak dalam tanaman disintesis dalam keadaan anaerob dengan bantuan bakeri tertentu seperti clostridium kluyveri. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam umumnya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak di alam dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Asam lemak jenuh: asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap dengan rumus CH2n+1. Sebagai contoh asam lemak jenuh berderajat tinggi banyak merupakan penyusun lemak adalah asam palmitat, asam stearat, dan asam kaprat. Sumbernya sebagian besar pada lemak hewani.
2. Asam lemak tidak jenuh: asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya dalam dua bentuk, yaitu cis dan trans. Semuaasam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan bentuk “Z”). Asma lemak bentuk trans (dilambangkan dengan bentuk “E”) hanay diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis (Sumardjo, 1998). Sebagai contoh asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Sumber: minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.
Menurut Winarno (1997), berdasarkan asalnya lemak dibagi menjadi lemak hewani dan nabati. Lemak nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti linoleat, lenoleat, dan asakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh. Lemak hewani mengandung kolesterol yang juga diperlukan bagi tubuh dalam jumlah yang cukup. Lemak hewani umumnya berberntuk padat, sedangkan lemak nabati umumnya berbentuk cair (Minyak). . Lemak (minyak) hewani dan nabati merupakan campuran dari gliserida dan komponen komponen yang lain. Sehingga tidak mempunyai titik cair yang tepat, tetapi mencair diantara batas suhu tertentu. Jika lemak / minyak mengandung asam lemak yang derajat ketidakjenuhannya makin tinggi, maka titik cairnya makin rendah. Titik beku adalah suhu minyak atau lemak cair berubah menjadi padat. Penyebab terjadinya pembekuan ini diakibatkan diantaranya oleh perubahan suhu sekitar tempat penyimpanan bahan tersebut, selain hal tersebut juga bisa diakibatkan oleh adanya pengotoran oleh bahan asing / campuran atau percampuran minyak (Poedjiadi, 1994).
Lemak dan minyak yang teroksidasi akan membentuk peroksida dan hiperoksida yang dapat terurai menjadi aldehida, keton, dan asam-asam lemak bebas. Hasil oksidasi tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi dapat pula menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin dan asam-asam lemak esensial dalam lemak. Reaksi oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, pemanasan, atau katalis logam seperti Cu, Fe, Co, dan Mn. Lemak dan minyak yang sangat tengik mempunyai keasaman yang rendah. Proses ketengikan dapat dihambat salah satunya dengan penambahan zat antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, polifenol, dan hidroquinon (Nursanti dan Yazid, 2006).
Lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut dalam air, sedangkan gliserida asam lemak panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam ester, kloroform atau benzena. Alkohol panas merupakan pelarut yang baik. Lemak netral dengan unitnya penyusunya. Asam lemak yang rantai karbonya panjang tidak larut dalam air tetapi larut dengan pelarut organik. (Poedjiadi, 1994).
1. Alkohol
Alkohol dan eter merupakan senyawa-senyawa organik yang mengandung atom oksigen yang berikatan tunggal. Kedudukan atom oksigen didalam alkohol dan eter mirip dengan kedudukan atom oksigen yang terikat pada molekul air. Oleh karena itu dapat dikatakan struktur alkohol adalah sama dengan struktur air, dimana satu atom H pada air diganti dengan R. sedangkan struktur eter adalah sama dengan struktur air dimana kedua atom H pada air diganti dengan R.
2. Air Alkohol Eter
Gugus R pada alkohol dan eter dapat berbentuk alkil atau aril. Oleh karena itu, kedua golongan senyawa ini sangat luas dijumpai. Baik dari hasil sintesis maupun yang terjadi secara alami. Alkohol dan eter merupakan isomer, maksudnya alkohol dan eter yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi mempunyai struktur yang berbeda sehingga rumus molekul umum alkohol dan eter adalah sama, yaitu C2 H2O +2 O CH3 CH3 – O – H CH3 – O – CH3
3. Eter
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
4. Kloroform
kloroform, atau trichloromethane [1], CHCl3, komposisi nama elemen klorin dan memperpendek formil (asam format radikal). Kloroform adalah pelarut nonpolar yang telah banyak digunakan dalam kimia, kini digantikan oleh pelarut lainnya. Kloroform dapat membusuk menjadi diklorkarben penggunaan reagen basa kuat, ini mungkin baik diinginkan dan tidak diinginkan. Kloroform tidak mudah terbakar, tetapi pada suhu tinggi di udara untuk membentuk fosgen. Kloroform adalah salah satu anestesi selama operasi tertua. Itu dianggap memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan eter, antara lain, itu tidak mudah terbakar dan juga memiliki aroma yang menyenangkan. Menjelang akhir tahun 1800-an disadari bahwa kloroform juga memiliki kecenderungan untuk menyebabkan kerusakan hati dan aritmia jantung, dan eter yang dominan anestesi.
5.    Natrium karbonat
Natrium karbonat (juga dikenal sebagai mencuci soda atau soda abu), Na2CO3 adalah garam natrium dari asam karbonat. Ini paling sering terjadi sebagai heptahidrat kristal, yang siap effloresces untuk membentuk bubuk putih, monohidrat. Natrium karbonat dalam negeri terkenal untuk digunakan sehari-hari sebagai pelunak air. Hal ini dapat diekstraksi dari abu banyak tanaman. Hal ini sintetis diproduksi dalam jumlah besar dari garam (natrium klorida) dan batu kapur dalam proses yang dikenal sebagai proses Solvay
Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku industri, atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging kelapa segar, atau diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra). (Sudarmadji, 1989)
Jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa, 92% adalah asam lemak golongan rantai karbon sedang (medium) (medium chain fatty acids = MCFA), yang terdiri dari hanya 12 atom karbon yang diikat jenuh (tidak ada ikatan ganda). Minyak kelapa adalah satu-satunya minyak goreng di muka bumi yang mengandung asam laurat (lauric acid) dengan kadar yang paling tinggi setara seperti pada air susu ibu (kurang lebih 50%). Asam laurat ini mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami yang ampuh yang dapat membunuh berbagai jenis kuman, virus dan parasit, termasuk HIV dan Hepatitis virus C. (Budiarso, 2004)
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih (M. leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum, dibalurkan ke bagian tubuh. Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut kembung. Minyak ini mengandung terutama eukaliptol (1,8-cineol) (komponen paling banyak, sekitar 60%), α-terpineol dan ester asetatnya, α-pinen, dan limonen.
Minyak gandapura dahulu di kenal dengan nama minyak wintergreen diperoleh dengan cara penyulingan uap dari daun Gautheria procumben atau kulit Betula lenta. Kandungan utamanya adalah metil salisilat (98%), yaitu senyawa ester dan digunakan sebagai obat gosok untuk menghilangkan pegal-pegal pada otot. Metilsalisilat dapat juga dibuat secara sintesis dengan reaksi esterifikasi antara metanol dan asam salisilat dengan katalis asam sulfat pekat. Minyaknya jernih, baunya khas aromatik, dan memiliki rasa manis panas. (Sudarmadji, 1989)
Mentega adalah dairy product yang diperoleh dengan churning (mengaduk) krim susu sampai mengeras. Lemak susu di dalam susu berbentuk butiran mikro yang diselimuti membran fosfolipid yang memisahkan butiran lemak susu satu dengan yang lain. Proses churning ini menghancurkan lapisan membran sehingga butiran-butiran lemak susu bergabung membentuk padatan. Bahan utama pembuatan mentega adalah krim yang memiliki kadar lemak antara 25 - 45%. Karena kandungan yang lemak jenuh yang tinggi, kolesterol yang tinggi maka mentega pada umumnya bukanlah lemak sehat. Kebanyakan lemak padat tidak akan langsung meleleh pada suatu titik tertentu. Tetapi akan meleleh perlahan sekitar 10 sampai 20 derajat. Karena perbedaan kandungan lemak dan karakteristiknya, berbeda pula kapan lemak tersebut meleleh. Sehingga tidak semuanya meleleh menjadi cair, seperti halnya mentega yang menjadi lunak pada suhu kamar. Titik leleh dari mentega berkisar antara 32 derajat Celcius dan 35 derajat Celcius (90 derajat dan 95 derajat Fahrenheit) (Sudarmadji, 1989)
FFA adalah sesuai dengan namanya adalah free fatty acids atau asam lemak bebas yaitu nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang ada di dalam lemak atau jumlah yang menunjukkan berapa banyak asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak setelah lemak tersebut di hidrolisa. FFA merupakan bagian dari angka asam lemak bebas untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak. Asam lemak bebas merupakan hasil degradasi dari trigliserida sebagai akibat dari kerusakan minyak. Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah peroksida (mg) dalam setiap 1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan lemak atau minyak (Gaman,1994).
Syarat mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk minyak kelapa yaitu:
Jenis Uji
Satuan
Air
Maks 0,5 %
Kotoran
Maks 0,05 %
Bilangan jod (g jod/100 g contoh)
8 – 10,0
Bilangan penyabunan (mg/KOH/g contoh)
225 – 265
Bilangan peroksida (mg oksigen/g contoh)
Maks 5
Asam lemak bebas
Maks 5 %
Warna
Normal
Minyak pelikan
Negatif


Uji-uji yang dapat dilakukan pada lemak adalah:
1.      Sifat kelarutan lemak
Lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil sehingga bila dibiarkan kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Minyak dengan soda akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya (Yazid dan Nursanti, 2006).
2.      Sifat ketidakjenuhan lemak
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap, sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan air brom karena adisi brom pada ikatan rangkap. Semakin tinggi ikatan rangkap maka semakin tidak jenuh (Yazid dan Nursanti, 2006).
3.      Angka asam lemak bebas
Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Caranya adalah dengan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dalam alkohol-eter dan diberi indikator phenolphtalein. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur minyak atau lemak tadi (Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2 persen dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Dengan proses netralisasi minyak sebelum digunakan, maka jumlah asam lemak bebas dalam lemak dapat dikurangi sampai kadar maksimum 0,2 persen (Ketaren, 1986).
4.      Penentuan titik beku dan titik cair
Titik cair lemak adalah suhu saat lemak terlihat mulai mencair sedangkan titik beku adalah suhu lemak mencair berubah menjadi padat. Lemak yang memiliki rantai karbon panjang dan jenuh umumnya memiliki titik cair yang tinggi jika dibandingkan dengan lemak tak jenuh.
























III.              METODE

A.  Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada saat praktikum adalah tabung reaksi, pro pipet, pipet ukur, tabung reaksi, penejepit, buret, erlenmeyer, pipet tetes, vortex, termometer, waterbath, termos, dan tabung reaksi. Bahan – bahan yang digunakan adalah kloroform, eter, aquades, alkohol panas 95%, indikator PP, NaOH, Na2CO3, minyak kelapa, iod, minyak telon, minyak gandapura, minyak ikan, minyak kayu putih, minyak kelapa, dan margarin.
B.   Cara kerja
1.    Uji kelarutan lemak
Larutan kloroform, eter, aquades, dan Na2CO3 diambil sebanyak 2 ml dimasukan ke dalam 4 tabung reaksi yang berbeda kemudian 2 tetes minyak kelapa dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi tadi dan tabug reaksi digojog dan perubahan yang terjadi di lihat.
2.    Uji Ketidakjenuhan Lemak
Larutan kloroform diambil sebanyak 2 ml dan dan dimasukkan ke dalam 6 tabung reaksi berbeda kemudian ditambah larutan iod sebanyak 2 ml. Setelah itu, masing – masing tabung reaksi ditambah larutan kontrol, minyak telon, minyak gandapura, minyak ikan, minyak kayu putih, dan minyak kelapa masing – masing sebanyak 0,5 ml. Lalu, larutan tadi divortex dan diurutkan warnanya dari yang paling jernih ke paling keruh.
3.    Uji Angka Lemak Bebas (%FFA)
Minyak kelapa sebanyak 28 g dimasukkan ke dalam 2 erlenmeyer dan ditambah dengan 50 ml alkohol panas 95%kemudian ditetesi indikator pp 3 tetes dan dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N sampai warna berubah menjadi warna pink muda. Volume NaOH yang dipakai dicatat dan %FFA dihitung menggunakan rumus:
%FFA=


4.    Uji Titik Cair Lemak
Margarin disiapkan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, dalam tabung reaksi termometer batang diletakkan untuk mengukur suhu margarin. Tabung reaksi yang berisi margarin dipanaskan diwaterbath dan pada saat margarin cair, suhu margarin cair dicatat.
5.      Uji Titik Beku Lemak
Margarin tadi dari hasil uji titik cair lemak dimasukkan ke dalam termos yang berisi es batu untuk didinginkan. Pada saat margarin membeku, suhu margarin dicatat.






















IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaanyang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Sifat Kelarutan Lemak
Sampel
Pelarut
Aquades
Eter
Kloroform
Na2CO3
Minyak kelapa
Tidak larut
Larut
Larut
Emulsi
Pembahasan
Gambar 1. Hasil uji sifat kelarutan lemak (Sumber: dokumen pribadi, 2015)
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui sifat kelarutan lemak terhadap suatu larutan yang bersifat polar ataupun non polar. Prinsip yag dugunakan pada uji ini adalah like disolve like dimana pelarut polar akan larut dalam pelarut polar, dan begitu juga sebaliknya. Pada praktikum ini pelarut yang digunakan adalah kloroform, eter, aquades, dan Na2CO3 dan lemak yang digunakan adalah minyak kelapa. Minyak kelapa mengabdung asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Pada tabel 1 hasil yang didapat minyak kelapa tidak larut pada saat diberi aquades, tetapi larut pada saat diberi eter, kloroform, dan pada Na2CO3 terbentuk emulsi. Hal ini sesuai dengan teori lemak atau minyak tidak larut dalam air karena minyak dan air akan membentuk emulsi yang tidak stabil sehingga kedua cairan akan membentuk lapisan dimana molekul air membentuk ikatan hidrogen untuk menyingkirkan lemak, selain itu berat jenis air lebih besar dari berat jenis minyak maka praktikum ini minyak terletak diatas molekul air. Minyak dan lemak larut sempurna pada pelarut organik seperti eter,  kloroform, aseton, dan pelarut nonplar lainnya karena karena minyak akan berbentuk ikatan antara gugus karboksil dan gugus karbon pada pelarut non polar. Minyak yang ditambah pelarut Na2CO3 terbentuk emulsi berwarna putih keruh berarti minyak tidak larut dengan Na2CO3 karena Na2CO3 mempunyai sifat alkali atau mengandung logam alkali (N2). Minyak kelapa yang dicampur dengan Na2CO3 akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda (Na2CO3) membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya.
Tabel 2. Uji Sifat Ketidakjenuhan Minyak
Minyak + reagen
Kelapa
Telon
Kayu Putih
Gandapura
Ikan
Minyak + koroform + iod
2
5
4
1
3
Pembahasan
 
Gambar 2. Hasil uji ketidakjenuhan lemak
Tujuan dari uji ini untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan rangkap pada asam lemak suatu bahan. Semakin tinggi ikatan rangkap maka semakin tidak jenuh suatu lemak.  Pada percobaan ini menggunakan minyak telon, minyak gandapura, minyak ikan, minyak kayu putih, minyak kelapa, dan larutan kontrol. Larutan yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya ikatan rangkap menggunakan larutan kloroform dan iod. Larutan kloroform yang digunakan berfungsi sebagai pelarut non polar yang melarutkan minyak agar tidak terjadi emulsi, sedangkan larutan iod 0,1 N berfungsi sebagai pengadisi ikatan rangkap asam lemak tak jenuh maupun yang dalam bentuk ester. Larutan kontrol berfungsi sebagai patokan untuk melihat semakin jenuh atau tidak jenuh
Pada tabel 2 didapat hasil minyak gandapura mempunyai warna paling jernih, kemudian minyak kelapa, minyak ikan, minyak kayu putih, dan minyak telon.  Hal ini karena larutan iod yang yang dipakai untuk reaksi adisi semakin tinggi dibandingkan bereaksi dengan kloroform. Semakin pekat warna larutan maka semakin tidak jenuh sifat lemaknya. Pada praktikum ini warna semakin pink berarti sifat lemaknya semakin jenuh. Umumnya lemak hewani merupakan lemak jenuh atau mengandung asam lemak jenuh yang tinggi sedangkan lemak nabati / tumbuhan merupakan lemak tak jenuh atau mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi. (Thenawijaya, 1982). Hasil yang didapat sesuai dengan teori Yazid dan Nursanti (2006), bahwa semakin pekat suatu larutan maka, lemak semakin tidak jenuh.
Tabel 3. Hasil penentuan Angka Asam Lemak Bebas (%FFA)
Sampel + reagen
Berat Sampel (g)
Volume NaOH
%FFA
Minyak Kelapa + alkohol + Indikator PP
28
2,5 ml
0,23%
28
4 m
0,36%
Pembahasan
 
Gambar 3. Hasil Penentuan Angka Asam Lemak Bebas
Tujuan dari uji ini untuk mengetahui kualitas minyak. Semakin tinggi angka asam lemak bebas menandakan kualitas minyak yang semakin rendah. Lemak dan minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis dapat dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Dalam percobaan ini digunakan larutan alkohol yang direaksikan dengan minyak kelapa berfungsi untuk melarutkan asam lemak dari minyak kelapa. Penambahan PP pada larutan berfungsi sebagai indikator asam-basa yang akan mengalami perubahan warna saat mencapai titik akhir titrasi (pH = 7). Larutan bersifat asam dari asam lemak pada minyak kelapa sehingga bila ditambah indikator PP tidak terjadi perubahan warna larutan (bening) karena indikator PP dalam larutan asam tidak berwarna (bening) tetapi bila dalam larutan basa berwarna merah muda. Larutan NaOH sebagai zat penitrasi (titran). Larutan yang bersifat asam dititrasi dengan NaOH yang bersifat basa agar larutan menjadi netral yaitu mencapai titik akhir titrasi (pH = 7) dengan perubahan warna menjadi merah muda. Sifat dari larutan basa adalah menetralkan asam (Wiryawan, 2007).
Pada tabel 3 diadapat hasil sebagai berikut. volume NaOH yang didapat pada minyak A adalah 2,5 ml dan pada minyak B adalah 4 ml dan setelah dihitung mendapatkan %FFA sebesar 0,23 dan 0,36%.  Bila dibandingkan dengan syarat mutu SNI (Standar Nasional Indonesia), minyak kelapa A dan B  tersebut tergolong kualitas baik karena % FFA tidak kurang dari 5%, syarat mutu SNI untuk angka asam lemak bebas maksimal sebesar 5%. Semakin tinggi angka asam lemak bebas (%FFA) maka kualitas minyak akan semakin menurun (Gaman,1994).
Tabel 4. Hasil Penentuan Titik Cair Lemak
Sampel
Titik Cair (oC)
Margarin
80 oC
Pembahasan
Tujuan uji ini untuk mengukur suu pada saat lemak mencair. lemak mencair jika dipanaskan. Lemak yang memiliki rantai karbon panjang dan jenuh umumnya memiliki titik cair yang tinggi jika dibandingkan dengan lemak tak jenuh. Suhu saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik cair. Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 30 oC dan 40 oC. Titik cair untuk lemak adalah di bawah suhu udara biasa (Gaman, 1994). Sampel yag digunakan adalah margarin. Margarin merupakan lemak nabati dan lemak jenuh. Lemak nabati mempunyai titik cair  yang tinggi.
Pada tabel 4 hasil yang didapat adalah margarin mencair pada suhu 80 oC. Hal ini berarti margarin merupakan lemak nabati yang memiliki titik cair tinggi dan berbentuk pada padat suhu kamar. Lemak nabati padat disuhu ruang karena lemak nabati merupakan lemak jenuh dan lemak jenuh cenderung padat pada suhu ruang.


Tabel 5. Hasil Penentuan Titik Beku Lemak
Sampel
Titik Beku (oC)
Margarin
6 oC
Pembahasan
 
Gambar 5. Hasil penentuan titik beku lemak
Uji ini bertjuan untuk menetukan titik brku ketika minyak membeku. Titik beku adalah suhu minyak / lemak cair berubah menjadi padat. Titik beku lemak ideal adalah mendekati 0°C. Pada tabel 5 hasil yang didapat adalah titk beku margarin 6 oC. Sampel yang dugunakan adalah margarin. Hal ini berarti margarin merupakan lemak nabati yang memiliki titik beku rendah dan berbentuk pada padat suhu kamar. Lemak nabati padat disuhu ruang karena lemak nabati merupakan lemak jenuh dan lemak jenuh cenderung padat pada suhu ruang.





V.  KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Lipid tidak larut di air dan larut pada pelarut organik nonpolar seperti eter, kloroform, benzene, aseton, dan pelarut organik lainnya.
2.      Sifat ketidakjenuhan lipid yaitu semakin pekat suatu warna larutan maka semakin tidak jenuh lemaknya.
3.      Angka lemak bebas suatu lipid untuk sampel A adalah 0,23% dan untuk sampel B adalah 0,36%, sesuai standar SNI memiliki kualitas yang baik
4.      Titik cair lipid adalah 80oC
5.      Titik beku lipid adalah 6 oC




















DAFTAR PUSTAKA

Gaman, P .M. 1994. Ilmu pangan. UGM-Press. Yogyakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta.
Kimball, J. W. 1989. Biologi. Edisi kelima, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Lehninger. 1990. Dasar – Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Nursanti, L. dan Yazid, E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Andi, Yogyakarta.
Fessenden. 1984. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A. 1984. Dasar – Dasar Biokimia. UI – Press, Jakarta. 
/>

No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 💋 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...