Wednesday, May 18, 2016

Laporan Biokimia Karbohidrat

I.               PENDAHULUAN

A.  Judul
Karbohidrat
B.  Tujuan
1.      Mengenal sifat dan macam karbohidrat
2.      Mengukur kadar gula secara kuantitatif
























II.                TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen, dan oksigen, dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Selain itu karbohidrat juga merupakan gugus polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa – senyawa ini apabila dihidrolisis. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian bear karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari – hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh – tumbuhan. Rumus umum karbohidrat (Hutagulung, 2004).
Menurut Campbell (2008), karbohidrat merupakan gula (monosakarida) atau salah satu dimer (disakarida) atau polimer (polisakarida) dari gula. Gula sederhana dan zat – zat yang dengan dihidrolisis menghasilkan gula sederhana yang disebut karbohidrat. Aslnya nama karbohidrat digunakan karena komposisi kebanyakan gula, pati, da selulosa, berpadanan dengan hidrat hipotesis dari karbon Umumnya semua karbohidrat disebut sakarida. Karbohidrat dapat diabgi menajdi tiga kelompok yaitu kelompok pertama monosakarida yang tidak dapat dihidrolisis, kelompok kedua oligosakarida, dan kelompok tiga polisakarida yang membentuk banyak molekul monosakarida dengan dengan hidrolisis. (Keenan dkk, 1986).
Monosakarida termasuk gula sederhana yang tidak dapat dihidrolisis men jadi bagian yang lebih kecil. Rurmusnya (CH2O)n contohnya triosa (C3H6O3), tetrosa (C4H8O4), heksosa (C6H12O6), dan sebagainya (Girindra, 1986). Menurut Poedjiadi (1994), karbohidrat dapat dikalasifikasi menjadi beberapa macam yaitu:
1.      Monosakarida
Monosakarida adalahkarbohidrah yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas bebrapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Jenis – jenis monosakarida yaitu glukosa, fruktosa yaiut gula yang terdapat pada madu dan buah – buahan, dan galaktosa umumnya beriktan dengan glukosa dan laktosa.  
2.    Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer denga derajat polimerisasi 2 sampai 10 da biasanya bersufat larut dalam air. Oligosakarida terdiri dari dua molekul monosakarida yang disebut disakarida. Jenis – jenis oligosakarida yaitu, sukrosa merupakan gula yang berasal dari tebi atau gula bit, nanas dan wortel, laktosa merupakan gula yang pada susu, maltosa merupakan hasil hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim, rafinosa biasnya berikatan dengan galaktosa – glukosa – fruktosa dan terdapat dalam tepung biji kapas, dan stakiosa jika dihidrolisis adaln menghasilkan 2 molekul galaktosa, 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.
3.    Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunayai molekul lebih besar dan kompleks dibandingkan molekul monosakarida dan oligosakrida. Polisakarida berupa senyawa putih dan tidak berebntuk kristal, tidak mempunyai rasa yang manis, dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Polisakarida yang larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Jenis – jenis polisakarida yaitu, amilum yang dalam bahasa sehari – hari disebut sebagai pati terdapat dala umbi dan biji - bijian, glikogen yang terdapat pada hati dan jaringan otot, deksrtin merupaka hasil hidrolisis amilum sebelum terbentuk maltosa, selulosa .
Menurut Almatsier (2010), karbihidrat mempunayi fungsi antara lain:
1.      Sumber energi, fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk penentuan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikohen di hati dan jaringan otot, dan sebgian lagi disimpan untuk cadangan energi dalam jaringan lemak.
2.      Pemberi rasa manis, karbohidrat pemberi rasa manis pada makanan. Fruktosa adalah gula yang paling manis.
3.      Penghemat protein, bila karbohidrat makan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun.
4.      Pengatur metabolisme lemak, karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan – bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-hidrosi-butirat.
5.      Membantu pengeluaran feses, karbihidrat membantu pengeluaran feses dengan cara peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses.
Menurut Salila (2009), fungsi karbohidrat antara lain adalah:
1.      Karbohidrat bertindak sebagai sumber energi, bahan bakar, dan zat antara metabolisme.
2.      Gula ribosa dan deoksiribosa pembentuk sebagian kerangka struktur RNA dan DNA.
3.      Polisakarida adalah elemen struktur dinding sel bakteri dan tumbuh-tumbuhan.
4.      Karbohidrat berkaitan dengan banyak senyawa protein dan lipida. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa unit-unit karbohidrat pada permukaan sel memainkan peranan kunci pada proses pengenalan antarsel.
Ada beberapa lautan penting yang digunakan untuk menganalisis karbohidrat, larutan itu antara lain reagen Nelson A dan B, reagen Selliwanoff, glukosa monohidrat, arsenomolybdat, HCl 6 M, . Fungsi dari reagen Selliwanoff adalah untuk menyediakan resorsinol agar dapat terdehidrasi menghasilkan warna merah oranye dan juga sebagai penyedia HCl untuk mengdehidrasi fruktosa. Fungsi dari reagen Benedict adalah sebagai oksidator Cu+ dan juga sebagai indikator gula pereduksi. Fungsi HCl 6 M adalah untuk menghidrolisis amilum menjadi senyawa yang lebih sederhana. Fungsi reagen Nelson A dan B berfungsi  untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida.

Pada praktikum karbohidrat, ada beberapa uji yang dilakukan yaitu uji selliwanof, uji benedict, uji Nelson – Somogy, dan hidrolisa amilum.
1.    Uji Selliwanoff
Uji ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya ketosa dalam suatu sampel. Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye (Yazid dkk., 2006). Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.
2.    Uji Benedict
Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya gula reduksi. Gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna hijau atau kuning bata. Reagen Benedict dibuat dari kristal natrium sitrat dan natrium karbonat anhydrous dalam air dengan penambahan tembaga sulfat yang sudah dilarutkan sebelumnya dalam air.
3.    Uji Nelson – Somogy
Uji ini berfungsi untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung dalam sampel (analisa kuantitatif). Penentuannya melalui spektrofotometri dimana kadar karbohidrat dalam sampel ditentukan dengan menggunakan panjang gelombang tertentu yang mengabsorbansikan larutan sampel tersebut. Reagen D merupakan campuran antara reagen A dan B, sedangkan reagen C merupakan arsenomolybat (Winarno, 1997).
4.    Uji Hidrolisa Amilum
Hidrolisis merupakan proses pemecahan senyawa yang kompleks menjadi lebih sederhana. Uji ini bertujuan untuk menghidrolisis amilum (polisakarida) agar terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana (oligosakarida atau monosakarida) dengan reaksi positif berwarna kuning.





























III.             METODE

A.    Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu ukur, gelas beker, timbangan, tabung reaksi, vortex, spektrofotometer, kuvet, kompor, pro pipet, pipet ukur, rak tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, waterbath, droplet, aluminium foil, dan penjepit tabung reaksi.
Bahan yang digunakan adalah  glukosa monohidrat, aquades, sampel A, sampel B, reagen Nelson A, reagen Nelson B, air keran, arsenomolybdat, reagen seliwanof, glukosa, maltosa, sukrosa, amilum, HCl, iod, dan Na2CO3.
B.  Cara Kerja
1.    Pembuatan Larutan Standar
Glukosa monohidrat ditimbang 10 mg dan dimasukkan ke dalam gelas beker 50 ml. Larutan tadi ditambah 100 ml aquades dimasuka ke dalam labu ukur dan larutan diencerkan. Gelas beker dibilas sebanyak 5 kali dengan aquades dan aquades ditambahkan hingga tanda batas. Larutan tadi dibuat pengenceran dengan 0 mg/100ml, 2mg/100ml, 4mg/100ml, 6mg/100ml, 8mg/100ml, dan 10mg/100ml.
2.    Preparasi Sampel
Sampel A yang sudah disiapkan, sampel B meruapakan minuman berkarbonasi diambil sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah 9,9 ml aquades. Kemudian larutan divoertex.
3.    Uji Nelson-Somogy
Larutan standar dan larutan sampel A dan B diambil 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian 1 ml reagen Nelson, yang terdiri dari reagen A dan B dimasukkan kedalam tabung reaksi dipanaskan selama 20 menit di kompor dan didinginkan menggunakan air keran. Larutan arsenomolibdat 1ml dan 7 ml aquades ditambahkan kedalam tabung reaksi lalu divortex. Setelah itu, absorbansi diukur dengan spektrofotometer (λ=540nm).
4.    Uji Selliwanoff
Reagen Selliwanoff sebanyak 2ml dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi. Kemudian, reagen selliwanoff tadi ditambah glukosa, maltosa, dan sukrosa sebanyk 5 tetes di setiap tabung reaksi. Setelah itu, dipanaskan di bunsen kurang lebih 2 menit sampai perubahan warna terjadi.
5.    Uji Benedict
Reagen Benedict sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi berbeda. Kemudian, 2 ml larutan glukosa, maltosa, dan sukrosa dimasukan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan di bunsen selama 3 menit sampai terjadi peurbahan warna.
6.    Hidrolisa Amilum
Awalnya, 10 ml Amilum 1% diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambah dengan 3 ml HCl 6 M. Setelah itu, tabung reaksi dimasukkan kedalam waterbath. Setiap 3 menit sekali, larutan dalam pipet ukur di waterbath diambil dan diteteskan dalam drop plate, kemudian langsung ditetesi iod. Bila larutan sudah berwarna kuning, tabung reaksi dapat diambil dan didinginkan. Setelah itu ditambahkan Na2Co5 1% sebanyak 5 tetes dan kemudian larutan dapat dilanjutkan melalui uji Benedict.














IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan percobaan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Selliwanoff dan Benedict
Sampel
Selliwanoff
Benedict
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Endapan
Larutan Glukosa
Bening
Bening kemerahan
Biru tua
Merah Bata
Ada
Larutan Maltosa
Bening
Bening kekuningan
Biru tua
Merah Bata
Ada
Larutan Sukrosa
Bening
Merah
Biru tua
Biru toska
Tidak ada
Pembahasan
Uji Selliwanoff bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya ketosa dalam suatu sampel. Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah bata. Uji ini dimulai dengan memasukkan reagen sebanyak 2 ml yang diambil dengan pipet ke dalam 3 tabung reaksi, kemudian 5 tetes sampel glukosa, maltosa, dan sukrosa dimasukkan ke dalamnya. Fungsi dari reagen Selliwanoff adalah untuk menyediakan resorsinol agar dapat terdehidrasi menghasilkan warna merah oranye dan juga sebagai penyedia HCl untuk mengdehidrasi fruktosa. Setelah itu, tabung reaksi dipanaskan dalam waterbath selama 1 menit. Fungsi dari pemanasan ini untuk memotong (hidrolisis) disakarida menjadi monosakarida.
 
Gambar 1. Hasil uji Selliwanoff
Hasil yang didapat, pada sampel glukosa dan maltosa mendapat hasil akhir bening kekuningan dan larutan sukrosa merah. Hal ini berarti larutan sukrosa yang mengandung ketosa dengan terbentuknya warna merah karena terbentuknya resorsinol yang menandakan suatu rekasi positif. Sedangkan maltosa dan glukosa tidak menunjukkan reaksi positif karena tidak menunjukkan warna merah. Hal ini menandakan bahwa maltosa bukan merupakan gugus gula ketosa melainkan termasuk gugus aldosa. Hasil yang didapat sesuai dengan teori bahawa reaksi positif dari uji selliwanoff adalah merah.. Reaksinya:
CH2OH             OH                                                                                                                             O               OH   OH
                                            +HCl                             ║              │     │
        H               CH2OH     ───→    H2C—       —C—H  +              →  kompleks
                                                              │                                                   berwarna
           OH   H                                     OH                                             merah jingga
              5-hidroksimetil furfural         resorsinol

Uji kedua yaitu uji Benedict. Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya gula reduksi. Gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Reagen Benedict dibuat dari kristal natrium sitrat dan natrium karbonat anhydrous dalam air dengan penambahan tembaga sulfat yang sudah dilarutkan sebelumnya dalam air. Uji ini dimulai dengan memasukkan 2 ml reagen Benedict ke dalam 3 tabung reaksi dengan sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa. Warna ketiga sampel setelah ditambahkan reagen benedict adalah biru. Fungsi dari reagen Benedict adalah sebagai oksidator Cu+ dan juga sebagai indikator gula pereduksi. Lalu, reagen ditetesi larutan sampel sebanyak 5 tetes., kemudian dipanaskan. Fungsi pemanasan adalah katalis agar reaksi cepat berlangsung. setelah dipanaskan, warna masing – masing sampel berbeda.
 
Gambar 2. Hasil uji Benedict
Dari percobaan yang telah dilakukan, sukrosa menghasilkan warna biru tosca, sedangkan glukosa dan maltosa menghasilkan warna merah bata dan ada endapan.  Karena sukrosa menghasilkan warna biru tosca, maka reaksinya negatif. Sedangkan glukosa dan maltosa menghasilkan hasil positif. Glukosa dan maltosa memiliki gugus aldehida bebas dalam strukturnya, sedangkan sukrosa tidak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa glukosa dan maltosa merupakan gula pereduksi karena kedua sampel memiliki gugus aldehid (karbonil) yang bebas sehingga dapat dioksidasi. Sedangkan sukrosa merupakan gula nonpereduksi karena mengandung atom karbon anomer bebas karena karbon anomer kedua molekul penyusun pada sukrosa saling berikatan satu sama lain sehingga tidak dapat direduksi ataupun dioksidasi. Hasil yang didapat sesuai dengan teori bahwa uji benedict memiliki reaksi positif berwarna merah atau kuning bata. Reaksinya
       O                                          O
       ║                                          ║
R—C—H  + Cu2+ 2OH- →  R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi                    Endapan Merah Bata

Tabel 2. Hasil Uji Hidrolisa Amilum
Hasil Uji Iod
Hasil uji benedict
Keterangan
Sebelum dipanaskan
Sesudah dipanaskan
Waktu yang dibutuhkan
Bening
Bening
9 menit
Berwarna biru ada endapan merah
+
Pembahasan
Uji ini bertujuan untuk menghidrolisis amilum (polisakarida) agar terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana (oligosakarida atau monosakarida) dengan reaksi positif berwarna kuning. Amilum terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan pemanasan. Fraksi terlarut disebut amilosa (+20%) dengan struktur makromolekul linier yang dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya, fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (+80%) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai merah.
  Pada percobaan ini, amilum ditambah dengan HCl. Larutan HCl ini berfungsi untuk memberikan suasana asam. Amilum dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Larutan ini digunakan sebagai oksidator untuk menghidrolisis larutan amilum menjadi monosakarida lalu dipanaskan. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Setelah itu, larutan diuji dengan iod tiap 3 menit sampai hasil negatif yaitu larutan tidak berwarna biru lagi tetapi berwarna kuning. Adapun urutan hidrolisis tersebut, yaitu : amilum (biru) à amilodekstrin (biru) à eritrodekstrin (merah) à archrodekstrin (kuning coklat) à maltosa (kuning pucat) à glukosa (kuning pucat). Kemudian larutan tersebut didinginkan dan dinetralkan dengan larutan Na2CO3 1%. Larutan Na2CO3 1% berfungsi untuk mengurangi gelembung pada larutan sehingga larutan menjadi netral. Setelah netral, larutan tersebut diuji dengan benedict.
Larutan diambil satu tetes setiap tiga menit diplat tetes dan di uji dengan reagen iod hingga menujukkan reaksi negatif saat berwarna kuning. Dalam percobaan ini waktu yang diperlukan untuk menghidrolisis suatu polisakarida (amilum) adalah pada saat pengambilan ke tiga yaitu sekitar 9 menit. Larutan Iod berfungsi sebagai penguji apabila gugus gula telah terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga menunjukkan warna kuning. Setelah larutan sampel dipanaskan maka larutan didinginkan kembali  dengan gelas beker yang berisi air.  Na2CO3 1% ditambahkan pada larutan sampel agar larutan dapat menjadi netral dan mengurangi gelembung yang dihasilkan. Setelah itu larutan kemudian ditambahkan dengan reagen benedict untuk menguji sifat gula reduksi gula dalam larutan basa.
Seperti dalam reaksi :

Warna akhir sampel yaitu warna biru terdapat endapan merah yang  menunjukkan reaksi positif  pada uji benedict. Hal ini menunjukkan bahwa pada langkah sebelumnya, reaksi hidrolisis pada amilum telah berjalan sempurna sehingga dapat menghasilkan molekul yang lebih sederhana yang mempunyai sifat gula reduksi.
Tabel 3. Tabel Uji Hasil Nelson – Somogyi
No
Konsentrasi (x)
Absorbansi (y)
X2
XY
1
0,02 mg/ml
0,209 Å
4 x 10-4
4,18 x 10-3
2
0,04 mg/ml
0,226 Å
16 x 10-4
9,04 x 10-3
3
0,06 mg/ml
0,315 Å
36 x 10-4
18,9 x 10-3
4
0,08 mg/ml
0,409 Å
64 x 10-4
32,72 x 10-3
5
0,10 mg/ml
0,544 Å
1 x 10-2
1 x 10-3

∑x= 0,3
∑y= 1,703
∑x2= 22 x 10-3
∑xy= 65,84 x 10-3
Pembahasan
Uji ini merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula reduksi berdasarkan sampel yang diukur absorbansinya. Absorbansi sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelobang 540 nm. Sebagian besar karbohidrat mempunyai sifat mereduksi, terutama golongan monosakarida dan disakarida. Contohnya saja glukosa, maltose, fruktosa. Sifat mereduksi didapat dari gugus aldehid atau keton yang bebas atau karena mempunyai gugus hidroksil bebas yang reaktif. Reagen D adalah campuran Nelson A dan Nelson B yang merupakan tembaga, sedangkan reagen C adalah arsenomolybat. Arsenomolybat berfungsi untuk mereduksi kembali gula yang teroksidasi oleh reagen D dan menimbulkan gas.
Uji ini dimulai dengan memasukkan larutan sampel dan larutan standar 1 ml kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambah dengan 1 ml reagen Nelson A yang mengandung Na2CO3 anhidrat, garam Rochelle, NaHCO3, dan Na2(SO4) dan reagen Nelson B yang mengandung kristal CuSO4.5H2O dan H2SO4.  Keduanya berfungsi  untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Kemudian dipanaskan selama 20 menit. Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Setelah itu didinginkan menggunakan air kerean. Dan ditambah 1 ml arsenomolibdat yang bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan spectrometer dan 7 ml aquades yang berfungsi untuk mengencerkan larutan agar tidak terlalu pekat. Kemudian di vortex. Fungsi dari vortex adalah untuk menghomogenkan larutan. Setelah itu absorbansi larutan diukur dengan spektofotometer (λ=540 nm).
Setelah pembuatan larutan sampel selesai, berikutnya adalah pembuatan larutan standar dari 10 mg glukosa monohidrat yang diencerkan dalam 100 ml aquades, lalu konsentrasinya dibentuk menjadi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mg/ml. Setelah itu, masing-masing dari konsentrasi diukur absorbansinya. Hasil yang didapat adalah pada konsentrasi 0,02 mg/ml absorbansinya adalah 0,209 Å, pada konsentrasi 0,04 mg/ml absorbansinya adalah 0,226 Å, pada konsentrasi 0,06 mg/ml absorbansinya adalah 0,315 Å, pada konsentrasi 0,08 mg/ml absorbansinya adalah 0,409 Å, dan pada konsentrasi 0,10 mg/ml absorbansinya adalah 0,544 Å,  Nantinya data yang didapat akan digunakan untuk membentuk kurva standar.
Grafik kurva standar hubungan absorbansi dengan konsentrasi adalah berbanding lurus sehingga terbentuk garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Berdasarkan percobaan, absorbansi larutan sampel A adalah 0,140 Å dan larutan sampel B adalah 0,992 Å. Dari hasil perhitungan yang didapat larutan sampel A memiliki absorbansi -0,21 dengan konsentrasi 0,059 dan larutan sampel B memiliki absorbansi 5,89 dengan konsentrasi 0,204. Adanya perbedaan antara konsentrasi larutan berdasarkan grafik dengan konsentrasi larutan berdasarkan perhitungan ini sangatlah tipis, sehingga bisa dikatakan konsentrasi larutan berdasar perhitungan dan grafik sama.

.
























V.            KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yag dilakukan, didapatkan simpulan sebagai berikut:
1.      Kabohidrat terdiri dari banyak macam jenis, dari yang paling sederhana yaitu monosakarida, lalu disakarida yang masuk dalam golongan oligosakarida, dan yang terakhir adalah polisakarida, golongan karbohidrat yang paling kompleks.
2.      Kadar-kadar karbohidrat dalam sampel dapat duikur secara kualitatif dan kuatitatif. Kualitatif dengan uji Molisch, Bial, Selliwanoff, Iodium, Benedict, dan Hidrolisa Amilum. Kuantitatif dengan uji Nelson Somogy.






















DAFTAR PUSTAKA

Alamitser, S. 2009. Prinsip Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Campbell, N. A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Girindra, A. 1986. Biokimia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Keenan, C. W., Kleinfelter, C. W., dan Wood, J. H. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Salila, N. 2006. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Karbohidrat Dibandingkan Diet Tinggi Lemak Terhadap Trigliserida dan HDL Darah. Jurnal Kedokteran Uviersitas Brawijaya Malang, 22(2): 80 – 84.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI-press, Bandung.
Yazid, E. dan Lizda, N. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.














LAMPIRAN

Menghitung konsentrasi larutan sampel dengan rumus:
           
a =
   =
   =
   = -0,21

b =
   =
   =
   = 5,89
y = a + bx
1.      Y dengan nilai absorbansi larutan sampel A = 0,140
y = a +bx
0,140 = - 0,21 + 5,89x
0,140 + 0,21 = 5,89x
0,35 = 5,89x
0,059 = x
2.      Y dengan nilai absorbansi larutan sampel B = 0,992
y = a +bx
0,992 = - 0,21 + 5,89x
0,140 + 0,21 = 5,89x
1,202 = 5,89x
0,204 = x

 
/>

No comments:

Post a Comment

Laporan Praktikum Centrifuge

Hello guys, welcome back to my blog 💋 I.      PENDAHULUAN A.   Judul Centrifuge B.   Tujuan 1.     Mengetahui prinsip kerja ...