I.
PENDAHULUAN
A.
Judul
Karbohidrat
B.
Tujuan
1. Mengenal
sifat dan macam karbohidrat
2. Mengukur
kadar gula secara kuantitatif
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Secara
umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon,
hidrogen, dan oksigen, dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Selain itu karbohidrat juga merupakan
gugus polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa –
senyawa ini apabila dihidrolisis. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk
dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian
bear karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari – hari,
terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh – tumbuhan. Rumus umum
karbohidrat (Hutagulung, 2004).
Menurut
Campbell (2008), karbohidrat merupakan gula (monosakarida) atau salah satu
dimer (disakarida) atau polimer (polisakarida) dari gula. Gula sederhana dan
zat – zat yang dengan dihidrolisis menghasilkan gula sederhana yang disebut
karbohidrat. Aslnya nama karbohidrat digunakan karena komposisi kebanyakan
gula, pati, da selulosa, berpadanan dengan hidrat hipotesis dari karbon Umumnya
semua karbohidrat disebut sakarida. Karbohidrat dapat diabgi menajdi tiga
kelompok yaitu kelompok pertama monosakarida yang tidak dapat dihidrolisis,
kelompok kedua oligosakarida, dan kelompok tiga polisakarida yang membentuk
banyak molekul monosakarida dengan dengan hidrolisis. (Keenan dkk, 1986).
Monosakarida
termasuk gula sederhana yang tidak dapat dihidrolisis men jadi bagian yang
lebih kecil. Rurmusnya (CH2O)n contohnya triosa (C3H6O3),
tetrosa (C4H8O4), heksosa (C6H12O6),
dan sebagainya (Girindra, 1986). Menurut Poedjiadi (1994), karbohidrat dapat
dikalasifikasi menjadi beberapa macam yaitu:
1. Monosakarida
Monosakarida
adalahkarbohidrah yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas
bebrapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam
kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida paling sederhana adalah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Jenis – jenis monosakarida yaitu glukosa,
fruktosa yaiut gula yang terdapat pada madu dan buah – buahan, dan galaktosa
umumnya beriktan dengan glukosa dan laktosa.
2. Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer
denga derajat polimerisasi 2 sampai 10 da biasanya bersufat larut dalam air.
Oligosakarida terdiri dari dua molekul monosakarida yang disebut disakarida.
Jenis – jenis oligosakarida yaitu, sukrosa merupakan gula yang berasal dari
tebi atau gula bit, nanas dan wortel, laktosa merupakan gula yang pada susu, maltosa
merupakan hasil hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim, rafinosa
biasnya berikatan dengan galaktosa – glukosa – fruktosa dan terdapat dalam
tepung biji kapas, dan stakiosa jika dihidrolisis adaln menghasilkan 2 molekul
galaktosa, 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.
3. Polisakarida
Pada umumnya
polisakarida mempunayai molekul lebih besar dan kompleks dibandingkan molekul
monosakarida dan oligosakrida. Polisakarida berupa senyawa putih dan tidak
berebntuk kristal, tidak mempunyai rasa yang manis, dan tidak mempunyai sifat
mereduksi. Polisakarida yang larut dalam air akan membentuk larutan koloid.
Jenis – jenis polisakarida yaitu, amilum yang dalam bahasa sehari – hari
disebut sebagai pati terdapat dala umbi dan biji - bijian, glikogen yang
terdapat pada hati dan jaringan otot, deksrtin merupaka hasil hidrolisis amilum
sebelum terbentuk maltosa, selulosa .
Menurut
Almatsier (2010), karbihidrat mempunayi fungsi antara lain:
1.
Sumber energi, fungsi
utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat di dalam
tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk penentuan energi
segera, sebagian disimpan sebagai glikohen di hati dan jaringan otot, dan
sebgian lagi disimpan untuk cadangan energi dalam jaringan lemak.
2.
Pemberi rasa manis, karbohidrat
pemberi rasa manis pada makanan. Fruktosa adalah gula yang paling manis.
3.
Penghemat protein,
bila karbohidrat makan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat
pembangun.
4.
Pengatur metabolisme
lemak, karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga
menghasilkan bahan – bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan asam beta-hidrosi-butirat.
5. Membantu
pengeluaran feses, karbihidrat membantu pengeluaran feses dengan cara
peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses.
Menurut Salila (2009), fungsi
karbohidrat antara lain adalah:
1.
Karbohidrat bertindak sebagai
sumber energi, bahan bakar, dan zat antara metabolisme.
2.
Gula ribosa dan deoksiribosa
pembentuk sebagian kerangka struktur RNA dan DNA.
3.
Polisakarida adalah elemen
struktur dinding sel bakteri dan tumbuh-tumbuhan.
4.
Karbohidrat berkaitan dengan
banyak senyawa protein dan lipida. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
unit-unit karbohidrat pada permukaan sel memainkan peranan kunci pada proses
pengenalan antarsel.
Ada
beberapa lautan penting yang digunakan untuk menganalisis karbohidrat, larutan
itu antara lain reagen Nelson A dan B, reagen Selliwanoff, glukosa monohidrat,
arsenomolybdat, HCl 6 M, . Fungsi dari reagen Selliwanoff adalah untuk
menyediakan resorsinol agar dapat terdehidrasi menghasilkan warna merah oranye
dan juga sebagai penyedia HCl untuk mengdehidrasi fruktosa. Fungsi dari reagen
Benedict adalah sebagai oksidator Cu+ dan juga sebagai indikator
gula pereduksi. Fungsi HCl 6 M adalah untuk menghidrolisis amilum menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Fungsi reagen Nelson A dan B berfungsi untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat
yang terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya
pengendapan kupri oksida.
Pada
praktikum karbohidrat, ada beberapa uji yang dilakukan yaitu uji selliwanof,
uji benedict, uji Nelson – Somogy, dan hidrolisa amilum.
1. Uji
Selliwanoff
Uji ini bertujuan
untuk membuktikan ada tidaknya ketosa dalam suatu sampel. Dehidrasi fruktosa
oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan
resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah
oranye (Yazid dkk., 2006). Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika
dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Reagen uji
Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat. Asam reagen ini
menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Ketosa
yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna
merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah
muda.
2. Uji
Benedict
Uji ini bertujuan
untuk membuktikan adanya gula reduksi. Gula yang mempunyai gugus aldehida atau
keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna hijau atau kuning bata.
Reagen Benedict dibuat dari kristal natrium sitrat dan natrium karbonat
anhydrous dalam air dengan penambahan tembaga sulfat yang sudah dilarutkan
sebelumnya dalam air.
3. Uji
Nelson – Somogy
Uji ini
berfungsi untuk mengetahui kadar karbohidrat yang terkandung dalam sampel
(analisa kuantitatif). Penentuannya melalui spektrofotometri dimana kadar
karbohidrat dalam sampel ditentukan dengan menggunakan panjang gelombang
tertentu yang mengabsorbansikan larutan sampel tersebut. Reagen D merupakan
campuran antara reagen A dan B, sedangkan reagen C merupakan arsenomolybat
(Winarno, 1997).
4. Uji
Hidrolisa Amilum
Hidrolisis
merupakan proses pemecahan senyawa yang kompleks menjadi lebih sederhana. Uji
ini bertujuan untuk menghidrolisis amilum (polisakarida) agar terpecah menjadi senyawa
yang lebih sederhana (oligosakarida atau monosakarida) dengan reaksi positif
berwarna kuning.
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat – alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah labu ukur, gelas beker, timbangan,
tabung reaksi, vortex, spektrofotometer, kuvet, kompor, pro pipet, pipet ukur,
rak tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, waterbath, droplet,
aluminium foil, dan penjepit tabung reaksi.
Bahan yang
digunakan adalah glukosa monohidrat,
aquades, sampel A, sampel B, reagen Nelson A, reagen Nelson B, air keran,
arsenomolybdat, reagen seliwanof, glukosa, maltosa, sukrosa, amilum, HCl, iod,
dan Na2CO3.
B.
Cara
Kerja
1. Pembuatan
Larutan Standar
Glukosa monohidrat ditimbang
10 mg dan dimasukkan ke dalam gelas beker 50 ml. Larutan tadi ditambah 100 ml
aquades dimasuka ke dalam labu ukur dan larutan diencerkan. Gelas beker dibilas
sebanyak 5 kali dengan aquades dan aquades ditambahkan hingga tanda batas.
Larutan tadi dibuat pengenceran dengan 0 mg/100ml, 2mg/100ml, 4mg/100ml,
6mg/100ml, 8mg/100ml, dan 10mg/100ml.
2. Preparasi
Sampel
Sampel A yang sudah
disiapkan, sampel B meruapakan minuman berkarbonasi diambil sebanyak 0,1 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah 9,9 ml aquades. Kemudian larutan
divoertex.
3. Uji
Nelson-Somogy
Larutan standar dan larutan sampel A dan B
diambil 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian 1 ml reagen Nelson,
yang terdiri dari reagen A dan B dimasukkan kedalam tabung reaksi dipanaskan selama
20 menit di kompor dan didinginkan menggunakan air keran. Larutan arsenomolibdat
1ml dan 7 ml aquades ditambahkan kedalam tabung reaksi lalu divortex. Setelah
itu, absorbansi diukur dengan spektrofotometer (λ=540nm).
4. Uji
Selliwanoff
Reagen Selliwanoff sebanyak 2ml dimasukkan ke
dalam 3 tabung reaksi. Kemudian, reagen selliwanoff tadi ditambah glukosa,
maltosa, dan sukrosa sebanyk 5 tetes di setiap tabung reaksi. Setelah itu,
dipanaskan di bunsen kurang lebih 2 menit sampai perubahan warna terjadi.
5. Uji
Benedict
Reagen Benedict
sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi berbeda. Kemudian, 2 ml
larutan glukosa, maltosa, dan sukrosa dimasukan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan di bunsen selama 3 menit sampai terjadi peurbahan warna.
6. Hidrolisa
Amilum
Awalnya, 10 ml Amilum 1% diambil dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambah dengan 3 ml HCl 6 M. Setelah itu,
tabung reaksi dimasukkan kedalam waterbath. Setiap 3 menit sekali, larutan
dalam pipet ukur di waterbath diambil
dan diteteskan dalam drop plate, kemudian langsung ditetesi iod. Bila larutan
sudah berwarna kuning, tabung reaksi dapat diambil dan didinginkan. Setelah itu
ditambahkan Na2Co5 1% sebanyak 5 tetes dan kemudian
larutan dapat dilanjutkan melalui uji Benedict.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan
praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil
Uji Selliwanoff dan Benedict
Sampel
|
Selliwanoff
|
Benedict
|
|||
Sebelum
|
Sesudah
|
Sebelum
|
Sesudah
|
Endapan
|
|
Larutan Glukosa
|
Bening
|
Bening kemerahan
|
Biru tua
|
Merah Bata
|
Ada
|
Larutan Maltosa
|
Bening
|
Bening kekuningan
|
Biru tua
|
Merah Bata
|
Ada
|
Larutan Sukrosa
|
Bening
|
Merah
|
Biru tua
|
Biru toska
|
Tidak ada
|
Pembahasan
Uji
Selliwanoff bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya ketosa dalam suatu sampel.
Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan
penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna merah bata. Uji ini dimulai dengan memasukkan reagen sebanyak 2 ml
yang diambil dengan pipet ke dalam 3 tabung reaksi, kemudian 5 tetes sampel glukosa,
maltosa, dan sukrosa dimasukkan ke dalamnya. Fungsi dari reagen Selliwanoff
adalah untuk menyediakan resorsinol agar dapat terdehidrasi menghasilkan warna
merah oranye dan juga sebagai penyedia HCl untuk mengdehidrasi fruktosa.
Setelah itu, tabung reaksi dipanaskan dalam waterbath
selama 1 menit. Fungsi dari pemanasan ini untuk memotong (hidrolisis)
disakarida menjadi monosakarida.
Gambar 1. Hasil uji Selliwanoff
Hasil
yang didapat, pada sampel glukosa dan maltosa mendapat hasil akhir bening
kekuningan dan larutan sukrosa merah. Hal ini berarti larutan sukrosa yang
mengandung ketosa dengan terbentuknya warna merah karena terbentuknya
resorsinol yang menandakan suatu rekasi positif. Sedangkan maltosa dan glukosa
tidak menunjukkan reaksi positif karena tidak menunjukkan warna merah. Hal ini
menandakan bahwa maltosa bukan merupakan gugus gula ketosa melainkan termasuk
gugus aldosa. Hasil yang didapat sesuai dengan teori bahawa reaksi positif dari
uji selliwanoff adalah merah.. Reaksinya:
CH2OH
OH O OH
OH
+HCl ║ │ │
H CH2OH ───→ H2C— —C—H
+ → kompleks
│
berwarna
OH
H OH merah
jingga
5-hidroksimetil furfural
resorsinol
Uji
kedua yaitu uji Benedict. Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya gula
reduksi. Gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion
Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O yang berwarna hijau, kuning, atau merah bata. Reagen
Benedict dibuat dari kristal natrium sitrat dan natrium karbonat anhydrous
dalam air dengan penambahan tembaga sulfat yang sudah dilarutkan sebelumnya
dalam air. Uji ini dimulai dengan memasukkan 2 ml reagen Benedict ke dalam 3
tabung reaksi dengan sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa. Warna ketiga sampel
setelah ditambahkan reagen benedict adalah biru. Fungsi dari reagen Benedict
adalah sebagai oksidator Cu+ dan juga sebagai indikator gula
pereduksi. Lalu, reagen ditetesi larutan sampel sebanyak 5 tetes., kemudian
dipanaskan. Fungsi pemanasan adalah katalis agar reaksi cepat berlangsung.
setelah dipanaskan, warna masing – masing sampel berbeda.
Gambar 2. Hasil uji Benedict
Dari
percobaan yang telah dilakukan, sukrosa menghasilkan warna biru tosca,
sedangkan glukosa dan maltosa menghasilkan warna merah bata dan ada
endapan. Karena sukrosa menghasilkan
warna biru tosca, maka reaksinya negatif. Sedangkan glukosa dan maltosa
menghasilkan hasil positif. Glukosa dan maltosa memiliki gugus aldehida bebas
dalam strukturnya, sedangkan sukrosa tidak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
glukosa dan maltosa merupakan gula pereduksi karena kedua sampel memiliki gugus
aldehid (karbonil) yang bebas sehingga dapat dioksidasi. Sedangkan sukrosa
merupakan gula nonpereduksi karena mengandung atom karbon anomer bebas karena
karbon anomer kedua molekul penyusun pada sukrosa saling berikatan satu sama
lain sehingga tidak dapat direduksi ataupun dioksidasi. Hasil yang didapat
sesuai dengan teori bahwa uji benedict memiliki reaksi positif berwarna merah
atau kuning bata. Reaksinya
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH-
→ R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan
Merah Bata
Tabel
2. Hasil Uji Hidrolisa Amilum
Hasil Uji Iod
|
Hasil uji benedict
Keterangan
|
|||
Sebelum dipanaskan
|
Sesudah dipanaskan
|
Waktu yang dibutuhkan
|
||
Bening
|
Bening
|
9 menit
|
Berwarna biru ada endapan merah
|
+
|
Pembahasan
Uji ini bertujuan
untuk menghidrolisis amilum (polisakarida) agar terpecah menjadi senyawa yang
lebih sederhana (oligosakarida atau monosakarida) dengan reaksi positif berwarna
kuning. Amilum terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan
pemanasan. Fraksi terlarut disebut amilosa (+20%) dengan struktur
makromolekul linier yang dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya,
fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (+80%) dengan struktur
bercabang. Dengan penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai merah.
Pada percobaan ini, amilum ditambah dengan
HCl. Larutan HCl ini berfungsi untuk memberikan suasana asam. Amilum dalam
suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana. Larutan ini digunakan sebagai oksidator untuk menghidrolisis
larutan amilum menjadi monosakarida lalu dipanaskan. Pemanasan berfungsi untuk
mempercepat reaksi. Setelah itu, larutan diuji dengan iod tiap 3 menit sampai
hasil negatif yaitu larutan tidak berwarna biru lagi tetapi berwarna kuning.
Adapun urutan hidrolisis tersebut, yaitu : amilum (biru) à amilodekstrin
(biru) à
eritrodekstrin (merah) à
archrodekstrin (kuning coklat) à
maltosa (kuning pucat) à
glukosa (kuning pucat). Kemudian larutan tersebut didinginkan dan dinetralkan
dengan larutan Na2CO3 1%. Larutan Na2CO3
1% berfungsi untuk mengurangi gelembung pada larutan sehingga larutan menjadi
netral. Setelah netral, larutan tersebut diuji dengan benedict.
Larutan
diambil satu tetes setiap tiga menit diplat tetes dan di uji dengan reagen iod
hingga menujukkan reaksi negatif saat berwarna kuning. Dalam percobaan ini
waktu yang diperlukan untuk menghidrolisis suatu polisakarida (amilum) adalah
pada saat pengambilan ke tiga yaitu sekitar 9 menit. Larutan Iod berfungsi
sebagai penguji apabila gugus gula telah terhidrolisis menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga menunjukkan warna kuning. Setelah larutan sampel
dipanaskan maka larutan didinginkan kembali
dengan gelas beker yang berisi air.
Na2CO3 1% ditambahkan pada larutan sampel agar
larutan dapat menjadi netral dan mengurangi gelembung yang dihasilkan. Setelah
itu larutan kemudian ditambahkan dengan reagen benedict untuk menguji sifat
gula reduksi gula dalam larutan basa.
Seperti dalam reaksi :
Warna
akhir sampel yaitu warna biru terdapat endapan merah yang menunjukkan reaksi positif pada uji benedict. Hal ini menunjukkan bahwa
pada langkah sebelumnya, reaksi hidrolisis pada amilum telah berjalan sempurna
sehingga dapat menghasilkan molekul yang lebih sederhana yang mempunyai sifat
gula reduksi.
Tabel
3. Tabel Uji Hasil Nelson – Somogyi
No
|
Konsentrasi (x)
|
Absorbansi (y)
|
X2
|
XY
|
1
|
0,02 mg/ml
|
0,209 Å
|
4 x 10-4
|
4,18 x 10-3
|
2
|
0,04 mg/ml
|
0,226 Å
|
16 x 10-4
|
9,04 x 10-3
|
3
|
0,06 mg/ml
|
0,315 Å
|
36 x 10-4
|
18,9 x 10-3
|
4
|
0,08 mg/ml
|
0,409 Å
|
64 x 10-4
|
32,72 x 10-3
|
5
|
0,10 mg/ml
|
0,544 Å
|
1 x 10-2
|
1 x 10-3
|
|
∑x= 0,3
|
∑y= 1,703
|
∑x2= 22 x 10-3
|
∑xy= 65,84 x 10-3
|
Pembahasan
Uji
ini merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui adanya gula reduksi
berdasarkan sampel yang diukur absorbansinya. Absorbansi sampel diukur dengan
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelobang 540 nm. Sebagian besar
karbohidrat mempunyai sifat mereduksi, terutama golongan monosakarida dan
disakarida. Contohnya saja glukosa, maltose, fruktosa. Sifat mereduksi didapat
dari gugus aldehid atau keton yang bebas atau karena mempunyai gugus hidroksil bebas
yang reaktif. Reagen D adalah campuran Nelson A dan Nelson B yang merupakan
tembaga, sedangkan reagen C adalah arsenomolybat. Arsenomolybat berfungsi untuk
mereduksi kembali gula yang teroksidasi oleh reagen D dan menimbulkan gas.
Uji
ini dimulai dengan memasukkan larutan sampel dan larutan standar 1 ml kedalam
tabung reaksi. Kemudian ditambah dengan 1 ml reagen Nelson A yang mengandung Na2CO3
anhidrat, garam Rochelle, NaHCO3, dan Na2(SO4)
dan reagen Nelson B yang mengandung kristal CuSO4.5H2O
dan H2SO4.
Keduanya berfungsi untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang
mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk
mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Kemudian dipanaskan selama
20 menit. Fungsi dari pemanasan adalah untuk
mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Setelah
itu didinginkan menggunakan air kerean. Dan ditambah 1 ml arsenomolibdat yang bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro
oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat
menjadi molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah yang nantinya akan
diukur absorbansinya dengan spectrometer dan 7 ml aquades yang berfungsi
untuk mengencerkan larutan agar tidak terlalu pekat. Kemudian di vortex. Fungsi
dari vortex adalah untuk menghomogenkan larutan. Setelah itu absorbansi larutan
diukur dengan spektofotometer (λ=540 nm).
Setelah
pembuatan larutan sampel selesai, berikutnya adalah pembuatan larutan standar
dari 10 mg glukosa monohidrat yang diencerkan dalam 100 ml aquades, lalu
konsentrasinya dibentuk menjadi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,10 mg/ml. Setelah
itu, masing-masing dari konsentrasi diukur absorbansinya. Hasil yang didapat
adalah pada konsentrasi 0,02 mg/ml absorbansinya adalah 0,209 Å, pada
konsentrasi 0,04 mg/ml absorbansinya adalah 0,226 Å, pada konsentrasi 0,06
mg/ml absorbansinya adalah 0,315 Å, pada konsentrasi 0,08 mg/ml absorbansinya
adalah 0,409 Å, dan pada konsentrasi 0,10 mg/ml absorbansinya adalah 0,544
Å, Nantinya data yang didapat akan
digunakan untuk membentuk kurva standar.
Grafik
kurva standar hubungan absorbansi dengan konsentrasi adalah berbanding lurus
sehingga terbentuk garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Berdasarkan
percobaan, absorbansi larutan sampel A adalah 0,140 Å dan larutan sampel B
adalah 0,992 Å. Dari hasil perhitungan yang didapat larutan sampel A memiliki
absorbansi -0,21 dengan konsentrasi 0,059 dan larutan sampel B memiliki
absorbansi 5,89 dengan konsentrasi 0,204. Adanya perbedaan antara konsentrasi
larutan berdasarkan grafik dengan konsentrasi larutan berdasarkan perhitungan
ini sangatlah tipis, sehingga bisa dikatakan konsentrasi larutan berdasar
perhitungan dan grafik sama.
.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yag dilakukan, didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Kabohidrat
terdiri dari banyak macam jenis, dari yang paling sederhana yaitu monosakarida,
lalu disakarida yang masuk dalam golongan oligosakarida, dan yang terakhir
adalah polisakarida, golongan karbohidrat yang paling kompleks.
2. Kadar-kadar
karbohidrat dalam sampel dapat duikur secara kualitatif dan kuatitatif.
Kualitatif dengan uji Molisch, Bial, Selliwanoff, Iodium, Benedict, dan
Hidrolisa Amilum. Kuantitatif dengan uji Nelson Somogy.
DAFTAR PUSTAKA
Alamitser,
S. 2009. Prinsip Ilmu Gizi. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Campbell,
N. A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
3. Erlangga, Jakarta.
Girindra,
A. 1986. Biokimia. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Keenan,
C. W., Kleinfelter, C. W., dan Wood, J. H. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Salila,
N. 2006. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Karbohidrat Dibandingkan Diet Tinggi
Lemak Terhadap Trigliserida dan HDL Darah. Jurnal
Kedokteran Uviersitas Brawijaya Malang, 22(2): 80 – 84.
Poedjiadi,
A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia.
UI-press, Bandung.
Yazid,
E. dan Lizda, N. 2006. Penuntun Praktikum
Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia
Pustaka Utama,
Jakarta.
LAMPIRAN
Menghitung
konsentrasi larutan sampel dengan rumus:
a =
=
=
=
-0,21
b =
=
=
=
5,89
y = a + bx
1. Y
dengan nilai absorbansi larutan sampel A = 0,140
y = a +bx
0,140 = - 0,21 + 5,89x
0,140 + 0,21 = 5,89x
0,35 = 5,89x
0,059 = x
2. Y
dengan nilai absorbansi larutan sampel B = 0,992
y = a +bx
0,992 = - 0,21 + 5,89x
0,140 + 0,21 = 5,89x
1,202 = 5,89x
0,204 = x
No comments:
Post a Comment