I.
PENDAHULUAN
A. Judul
Air dan Buffer
B. Tujuan
1. Mengenal
dan menentukan sifat air
2. Membuat
buffer pada berbagai pH
3. Menentukan
kadar air
4. Menentukan
pH larutan buffer
5. Membuktikan
kemampuan buffer dalam menjaga pH
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Air
Menurut Wiryawan (2007), air adalah zat atau materi
atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat
ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air dalam bentuk cair adalah tidak
bewarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan merupakan senyawa yang sukar
dimampatkan yang memiliki beberapa sifat yang khas. Salah satu sifatnya yang
khas tersebut yaitu dalam mengalami pendinginan/pembekuan.
Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam
sistem hidup dan mencakup 70 persen atau lebih dari bobot hampir semua bentuk
kehidupan. Karena air mengisi semua bagian dari tiap sel, air merupakan medium
tempat berlangsungnya transport nutrien, reaksi – reaksi enzimatis metabolisme
sel, dan transfer energi kimia (Lehninger, 1990).
Air adalah bahan yang sangat penting bagi kehidupan
dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air berperan penting
sebagai senyawa membawa zat makanan dan limbah metabolisme, sebagai media
pereaksi enzimatis, sebagai pelarut umum bagi komponen kimia dalam sistem
kehidupan makhluk hidup. Lebih dari 70% cairan tubuh manusia terdiri dari air
(Winosaputro, 1998).
Menurut Wiryawan (2007), air juga mempunyai sifat
khasnya lainnya seperti:
1. Air
Mengalir dari tempat yang tinggi menuju permukaan rendah.
2. Air
memberi tekanan
3. Kapilaritas
4. Melarutkan
Benda tertentu
5. Berubah
bentuk sesuai dengan tempatnya
Terdapat empat
sifat utama air, yang disebut sebagai sifat-sifat koligatif, yang tergantung
kepada senyawa terlarut, yakni titik beku, titik didih, tekanan uap, dan
tekanan osmosa. Pengaruh senyawa terlarut terhadap sifat-sifat air mempunyai
arti biologi penting. Contohnya, pengaruh ini menyebabkan ikan air tawar dapat
tetap aktif di dalam air pada suhu beku, karena konsentrasi total senyawa
terlarut di dalam darah ikan cukup tinggi dan menekan titik beku darah menjadi
lebih rendah daripada titik beku air. Adanya senyawa terlarut di dalam darah,
terutama protein, memberikan darah tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada
tekanan cairan di luar sel. Akibatnya, air cenderung berdifusi ke dalam kapiler
darah dari bagian cairan ekstra-seluler, jadi membuat sistem vaskular bertahan
penuh dan mencegahnya dari kerusakan (Lehninger, 1990).
Di dalam tubuh sendiri air mempunyai peranan yang
sangat penting. Menurut Rahmiati (2013), manfaat-manfaat air dalam tubuh
seperti :
1. Mengatur
suhu tubuh
2. Penting
untuk aktivitas kimia dalam tubuh
3. Berfungsi
sebagai pelarut untuk mineral, vitamin, asam amino, glukosa agar mudah diserap
oleh tubuh
4. Membawa
nutrisi dan oksigen ke seluruh sel tubuh
5. Memastikan
tubuh senantiasa bertenaga
6. Bertindak
sebagai penyerap hentakan di saraf tunjang dan organ dalam badan
7. Meningkatkan
metabolisme sel, mengeluarkan zat yang tidak berguna dalam tubuh
Menurut Rahmiati
(2013), beberapa fungsi air yang diperlukan oleh tubuh.
1. Pembentuk
sel dan cairan tubuh. Komponen utama sel adalah air, sebesar 70-85%. Sedangkan
dalam sel lemak, kurang dari 10%. Air berperan besar dalam darah (mengandung
83% air), cairan lambung, hormon, enzim, otot, dan juga berguna dalam menjaga
tonus otot sehingga otot mampu berkontraksi.
2. Pengatur
suhu tubuh. Air dapat menghasilkan panas, menyerap dan menghantarkan panas ke
seluruh tubuh sehingga tubuh tetap stabil. Selain itu, juga membantu
mendinginkan tubuh melalui penguapan dari paru dan permukaan kulit dengan
membawa kelebihan panas keluar tubuh.
3. Pelarut
zat-zat gizi lain dan pembantu proses pencernaan makanan. Mulai dari membantu
produksi air liur saat makanan di mulut, melarutkan makanan dan membantu
melumasi makanan agar masuk ke kerongkongan.
4. Pelumas
dan bantalan. Air berfungsi sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan sendi
sehingga sendi dapat bergerak dengan baik dan meredam gesekan antar sendi.
Selain itu, air menjadi bantalan tahan getar (shock absorbing fluid cushion)
pada jaringan tubuh, seperti otak, medulla spinalis, mata dan kantong amnion
dalam rahim.
5. Media
transportasi. Membantu pertumbuhan dan regenerasi sel secara efektif (carrier)
dan menjadi media berbagai zat dengan sifat dan kutub ion yang berbeda. Selain
itu, membantu transportasi oksigen dalam tubuh dan sebagai media transportasi
bagi gas karbondioksida saat mengeluarkan napas.
6. Media
eliminasi sisa metabolisme. Dengan air, sisa-sisa metabolisme dalam tubuh
dikeluarkan melalui saluran kemih, saluran cerna, saluran napas dan kulit.
Pada praktikum ini dilakukan pengujian kadar air.
Kaar air adalah presentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah atau berdasarkan berat kering. Kadar air berat basah
mempunayi batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berat
kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993). Metode penentuan
kadar air ini dibagi menjadi 4 yaitu metode pengeringan (drying method), metode
distilasi (distillation method), pengujian kimiawi (chemical method),
cara fisik (physical method) (Sandjaja, 2009).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu
karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air
dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1995). ).
Penentuan kadar
air dalam bahan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode
khusus (kromatografi, nuclear magnetic resonance / NMR). Pengeringan
menggunakan oven dilakukan pada suhu 105 – 110o C selama 3 jam atau
sampai didapat berta yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya uap air yang diuapkan (Winarno, 2004). Untuk
mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan
terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat
dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh
hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya (Sudarmadji, 2003).
Penentuan kadar air dengan metode
destilasi prinsipnya adalah menguapkan kadar air dengan “pembawa” ciran kimia
yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur
dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang
digunakan antara lain totulen, xylem, benzene, tetrakhlo rethilen, dan xylol
(Sudarmadji, Haryono, dan Suhardi, 1989).
Penentuan kadar air secara kimiawi
yaitu dengan cara titrasi Karl Fischer, cara kalsium karbid, dan cara asetil
khlorida. Penentuan kadar air secara fisis dengan cara berdasarkan tetapan dala
dielektrikum berdasarkan konduktifitas listrik atau daya hantar listrik atau
resistansi, berdasarkan resonansi nuklir magnetic (NMR) ((Sudarmadji, Haryono,
dan Suhardi, 1989).
B.
Buffer
Larutan buffer atau laruta
penyangga merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan pH tertentu atau Larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH
dari asam dan basa. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga
ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit
asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh
reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan
asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya.
Sifat dari larutan buffer yaitu pH larutan tidak berubah jika diencerkan dan
tidak berubah pula jika ditambahkan kedalamnya sedikit asam atau basa (Clark,
1998).
Larutan
penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang
dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida
ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3
jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang
kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n.
Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer
(Underwood, 2002).
Sifat larutan
buffer antara lain, pH larutan tidak berubah jika diencerkan, pH larutan tidak
berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
Menurut Wiryawan
(2007), buffer terdiri dari beberapa jenis antara lain:
1. Larutan buffer asam adalah larutan
yang dapat mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan penyangga
asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A - ). Larutan ini
dapat dibuat dengan mencampurkan larutan asam lemah dengan garamnya. Campuran
asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut, contohnya CH3COOH
dengan CH3COONa dan H3PO4 dengan NaH2PO4.
2. Larutan buffer basa adalah larutan
yang dapat mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan penyangga
basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH + ). Larutan ini
bisa dibuat dengan mencampurkan larutan basa lemah dengan garamnya. Campuran
basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut, contohnya NH4OH
dengan NH4Cl.
Sistem buffer
fosfat berfungsi sama seperti sistem buffer asetat, kecuali pada kisaran pH
daya kerjanya. Buffer fosfat cenderung menahan perubahan pH pada kisaran antara
6,1-7,7 dan akan efektif di dalam cairan intraseluler yang mempunyai kisaran pH
6,9-7,4.
Buffer sangat penting dalam sistem kimia dan
biologi. pH dalam tubuh manusia sangat beragam dari satu cairan ke cairan
lainnya. Misalnya, pH darah adalah sekitar 7,4, sementara pH cairan lambung
sekitar 1,5. Nilai-nilai pH ini, yang penting agar enzim dapat bekerja dengan
benar dan agar tekanan osmotik tetap seimbang, dalam banyak kasus dipertahankan
oleh buffer (Chang, 2005). Sistem buffer yang paling penting pada mamalia
adalah sistem fosfat dan bikarbonat. Sistem buffer fosfat yang penting dalam
cairan intraseluler, terdiri dari pasangan asam basa konjugat H2PO4-
sebagai donor proton dan HPO42- sebagai akseptor proton. Sistem
buffer yang utama di dalam plasma darah adalah buffer bikarbonat, yang terdiri
dari asam karbonat (H2CO3) sebagai donor proton dan
bikarbonat (HCO3-) sebagai akseptor proton.
Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah
batang dan daun sawi. Sawi hijau (Brassica rapa var. parachinensis
L) merupakan jenis sayuran yang
cukup populer. Sawi merupakan sumber
vitamin dan mineral. Tiap 100 g segar mengandung 93 g air, 1,7 g protein, 0,2 g
lemak, 3,1 g karbohidrat, dan 0,7 g serat. Pak Choi juga merupakan sumber
vitamin dan mineral yang bak seperti 53 g vitamin C, 2,3 mg β-karoten, 102 mg
Ca, 46 mg P, dan 2,6 mg Fe dalam 100 g bobot segar (Tjay dan Raharja, 1998). Sawi dapat tumbuh di dataran rendah mapun dataran tinggi.
Sawi
mempunyai beberapa manfaat antara lain , mengurangi risiko diabetes tipe 2 dan
meningkatkan kesehatan jantung, membantu memerangi peradangan dan mencegah
pembentukan plak di arteri, cocok untuk makanan diet, mengendalikan kolesterol,
sumber antioksidan, manfaat sawi untuk pasien penyakit alzheimer, mencegah
cacat tabung saraf pada bayi, melawan berbagai macam kanker,
menjaga
kesehatan selapu lendir dan kulit, dan mencegah arthritis,
osteoporosis.
Kadar
air pada batang sawi relatif lebih tinggi karena pada batang terdapat jaringan
pengangkut yang banyak menyimpan air. Selain itu, batang merupakan organ yang
berfungsi sebagai tempat lewatnya air dari akar menuju daun. Kadar air pada
daun bayam relatif lebih sedikit karena air yang terdapat pada daun akan
digunakan untuk proses respirasi dan fotosintesis.
III.
METODE
A.
Alat
dan Bahan
Alat
– alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas beker, erlenmeyer, labu
ukur, pH meter, pipet tetes, kompor, oven, eksikator, timbangan digital, cawan,
pipet ukur, pro pipet. Bahan yang digunakan adalah aquades, air ledeng, es
batu, daun sawi, batang sawi, larutan CH3COOH 0.1 M, CH3COONa
0.2 M, NH3 0.1 M, NH4Cl 0.2 M, Na2HPO4
0.01 M, dan Na2H2PO4.
B.
Cara
Kerja
1. Pengujian
sifat air
Aquades dan air ledeng diambil masing – masing 100
ml dimasukkan ke dalam gelas beker. Aquades dan air ledeng di ukur pHnya
menggunakan pH meter dan hasilnya dicatat. Kemudian balok es diambil dimasukkan
ke dalam gelas beker untuk diukur titik bekunya menggunakan termometer. Setelah
diukur, balok es tadi dipanaskan hingga mendidih untuk menentikan titik
didihnya, dan hasilnya dicatat.
Air keran diambil dan dimasukkan kedalam erlenmeyer,
labu ukur dan gelas beker sebanyal tiga per empat wadah, kemudian dilihat
apakah air mengikuti bentuk wadah.
2. Penentuan
kadar air
Cawan ditimbang menggunakan timbangan digital. Lalu,
pada masing – masing cawan dimasukkan batang dan daun sawi 0,3 gr. Kemudian
cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1000 C selama 45
menit. Setelah itu dimasukkan ke eksikator selama 10 menit dan ditimbang di
timbangan digital. Percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Pada pengulangan
yang kedua dan ketiga selama 10 menit. Pada pengulangan yang ketiga digunakan
sebagai berat akhir. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar air = Berat kering = berat
akhir – berat botol timbang
3. Buffer
Asam
Larutan CH3COOH 0.1 M dimasukkan ke
dalam gelas beker sebanyak 10 ml dan pH diukur menggunakan pH meter sebagai pH
awal. Setelah itu, ditambah CH3COONa 0.2 M sebanyak 5 ml dan pHnya
diukur lagi menggunakan pH meter dan digunakan sebagai pH akhir. pH dapat
diukur menggunakan rumus:
pH CH3COOH =
[CH3COOH] =
[CH3COONa] =
pH akhir = pKa – log
4. Buffer
Basa
Larutan NH3 0.1 M dimasukkan ke dalam
gelas beker sebanyak 10 ml dan pH diukur menggunakan pH meter sebagai pH awal.
Setelah itu, ditambah NH4Cl 0.2 M sebanyak 5 ml dan pHnya diukur
lagi menggunakan pH meter dan digunakan sebagai pH akhir. pH buffer basa dapat
diukur menggunakan rumus:
pH NH3 =
[NH3] =
[NH4Cl] =
pH akhir = 14 – pKb – log
5. Buffer
Fosfat
Larutan Na2HPO4 0.01 M
dimasukkan ke dalam gelas beker sebanyak 10 ml dan pH diukur menggunakan pH
meter sebagai pH awal. Setelah itu, ditambah Na2H2PO4
sedikit demi sedikit hingga mencapai pH = 7. Volume Na2H2PO4
yang digunakan dicatat. Volume buffer fosfat dapt dihitung menggunakan rumus:
pH Na2HPO4 = pH = pKa – log
6. Uji
Sifat Buffer
Aquades, buffer asam, buffer basa dan buffer fosfat
sebanyak 5 ml masing-masing dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 80 ml.
Lalu, larutan CH3COOH ditambahkan ke dalam gelas beker pertama sebanyak 3 tetes
dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian, larutan NH3 ditambahkan ke dalam
gelas beker kedua sebanyak 3 tetes dengan menggunakan pipet tetes. Lalu, pH
masing-masing larutan diukur dengan menggunakan pH meter dan hasil pembacaan
dicatat.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan praktikum
yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Pengenalan Sifat Air
berdasarkan pH, suhu, dan bentuk
Bahan
|
pH
|
Suhu
|
Bentuk
|
|
Titik Didih (oC)
|
Titik Beku (oC)
|
|||
Balok es
|
-
|
95
|
2
|
-
|
Aquades
|
7.03
|
-
|
-
|
-
|
Air Keran
|
6.37
|
-
|
-
|
Mengikuti wadah
Erlenmeyer, Gelas beker, Labu ukur.
|
Pembahasan
Tabel 1. Pengenalan Sifat Air berdasarkan pH, suhu, dan bentuk
Tujuan
dari pengujian sifat air ini adalah untuk menentukan sifat air. Kita ketahui
ada berbagai sifat air seperti di tulis di dasar teori, tapi sifat air yang
akan kita uji kali ini adalah pH dan sifat air yang memiliki titik didih 1000C.
Sampel yang digunakan adalah aquadest yang merupakan air hasil destilasi
(murni) atau air ysng telah dihilangkan mineral- mineralnya dan air ledeng.
Untuk
menentukan sifat air, hal yang dilakukan pertama adalah aquades dan air ledeng
sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian diukur pHnya
menggunakan pH meter yang memiliki fungsi untuk mengukur pH suatu senyawa. Hal
tersebut memang sesuai dengan teori Clark (2007), bahwa air murni memiliki
pH=7. Pengujian pH yang dimaksudkan
melihat sifat air yang memiliki pH 7. Bila dalam pengujian ini pH tidak 7 maka
dapat disimpulkan air tersebut tidaklah murni. Dari uji sifat pH didapat hasil
akhir aquadest memiliki pH 7,03. Berarti aquadest tersebut sudah dapat
dikatakan murni walaupun sedikit diatas yang seharusnya yaitu memiliki pH 7.
Air ledeng mendapat hasil akhir memiliki pH 6.37 yang masuk kategori sifat
asam. Berarti dalam air ledeng ini mengandung senyawa asam yang sampai dapat
merubah dari sifat air itu sendiri.
Setelah
pengujian pH, es balok diambil dan dimasukkan kedalam gelas beker untuk
mengukur titik beku, kemudian es balok dipanaskan hingga mendidih untuk
menentukan titik didih. Titik beku pada
air adalah 0 oC dan titik didih adalah 100 oC. Jika titik
didih lebih dari 100 oC maka air tersebut menngandung senyawa lain
yang dapat menghambat atau mempercepat. Dari uji titik didih dan titik beku
didapat hasil akhir es balok mempunyai titik beku 2 oC dan titik
didih 95 oC. Titik beku es balok dapat dikatakan murni, karena pada
suhu 2 oC es balok sudah mencair. Titik didih es balok juga murni
karena titik didihnya mendekati 100.
Setelah
pengujian penentuan titik didih dan beku, air di ukur sifatnya berdasarkan
bentuk. Air keran dimasukan ke dalam wadah gelas beker, erlenmeyer, dan labu
ukur. Hasil yang di dapat air mengikuti bentuk wadah.
Tabel 2. Pengukuran
kadar air
Bahan
|
Berat Basah
(gr)
|
Berat Kering
(gr)
|
Kadar Air (%)
|
Batang sawi
|
0,3
|
0,0131
|
95,63
|
Daun sawi
|
0,3
|
0,0264
|
91,2
|
Pembahasan Tabel 2. Pengenalan kadar air
Pengujian
kadar air ini tujuannya untuk mengetahui kadar air dalam batang sawi dan daun sawi. Dari
pengujian ini kita bisa melihat perbandingan antara batang dan daun. Kadar air
merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen. Dalam menentukan kadar air, ada beberapa metode yang dapat dilakukan,
yaitu metode pengeringan, metode destilasi, atau metode kimia. Pada percobaan
ini, penentuan kadar air dilakukan dengan metode pengeringan. Kedua sampel yang
telah ditumbuk halus dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105°
C selama 45 menit, kemudian didinginkan dalam eksikator.
Pada
pengujian kadar air hal yang pertama dilakukan adalah penimbangan alat seperti
cawan dan botol timbang untuk diketahui berat awal pada cawan tersebut.
Kemudian daun dan batang sawi ditimbang dengan berat 0,3 gram dan tidak boleh
tersentuh tangan baik alat maupun bahan karena takut mempengaruhi berat alat
dan bahan tersebut. Setelah itu dimasukan ke dalam oven dengan suhu 100 oC
selama 45 menit untuk menghilangkan kandungan air dalam bahan tersebut. Setelah
45 menit sampel tidak langsung ditimbang tetapi dimasukan kedalam esikator
selama 10 menit yeng bertujuan untuk mendinginkan sekaligus menghilangkan uap
yang tersisa, karena didalam esikator terdapat silica gel yang memiliki
kemampuan menyerap. Baru setelah itu dapat ditimbang dan perlakuan ini dilakukan
sebanyak 3 kali untuk memastikan sudah tidak ada air lagi di dalam sampel.
Dari hasil yang didapat, kadar air
pada batang sawi 95,63% dan kadar air pada daun sawi 91,2%. Hasil yang didapat
kadar air pada batang sawi lebih tinggi daripada daun sawi, hal ini sesuai dan
sangat tepat dengan teori yang menyatakan bahwa %kadar air pada batang lebih
besar dibandingkan %kadar air pada daun karena daun merupakan organ tumbuhan
yang mempunyai permukaan lebar sehingga penguapan air pada daun cenderung lebih
besar daripada pada batang sehingga kadar air pada daun lebih kecil daripada
pada batang. Selain itu batang merupakan organ tumbuhan yang di dalamnya
terkandung aliran pembuluh xilem yang berfungsi mengangkut organ air dari
batang ke daun sehingga menurut teori kandungan kadar air pada batang lebih
besar daripada kandungan air pada daun. Metode yang digunakan
sebenarnya sudah bisa memberikan data yang akurat jika dilakukan tanpa
kesalahan.
Tabel 3.
Pembuatan Buffer asam
Larutan Buffer
Asam
|
pH awal
|
pH akhir
|
CH3COOH 0.1 M + CH3COONa
0.2 M
|
4,7
|
5,4
|
Pembahasan Tabel 3. Pembuatan Buffer asam
Buffer
asam adalah adalah campuran antara asam lemah dengan basa konjugasi dari
garamnya yaitu antara asam lemah CH3COOH dan basa konjugasi CH3COO-
dari CH3COONa. Sehingga penentuan
konsentrasi ion H dan atau OH dilakukan berdasarkan persamaan reaksi sebagai
berikut:
CH3COOH (aq) + H2O (l) à H3O
(aq) + CH3COO (aq)
CH3COONa (aq) à Na+ (aq) + CH3COO-
(basa
konjugasi)
Larutan garam CH3COONa terurai menjadi CH3COO-
dan Na+ didalam sistem
ditambahkan H+ yang akan bereaksi dengan CH3COOH.
Penambahan ini akan membentuk asam yang sedikit terionisasi, CH3COOH
dan ion H+ mengalami sedikit peningkatan sehingga pH larutan
cenderung konstan.
Tujuan dari percobaan
ini adalah mengetahui pH dari buffer asam, selain itu juga membandingkan pH
yang didapat dari hasil percobaan/peneraan dengan pH dari hasil perhitungan
manual. Buffer asam dapat dibentuk dari campuran asam lemah dengan basa
konjugatnya. Dalam percobaan ini digunakan asam lemah CH3COOH 0.1 M
dan basa konjugatnya CH3COONa 0.2 M. CH3COOH merupakan
senyawa yang mempunyai sifat donor proton dan CH3COONa adalah
akseptor proton.
Pada
percobaan pembuatan buffer asam larutan CH3COOH 0.1 M diambil
sebanyak 10 ml dan diukur pHnya sebagai pH awal, lalu larutan CH3COONa
0.2 M sebanyak 5 ml ditambah dan diukur pHnya sebagai pH akhir. Hasil yang
didapat pH awal larutan CH3COOH 0.1 M adalah 4,7 dan pH akhir
setelah ditambah CH3COONa 0.2 M menjadi 5,4. Sedangkan jika dihitung
menggunakan rumus, pH CH3COOH 0.1 M adalah 2,87 dan setelah ditambah
CH3COONa 0.2 M pH menjadi 4,76. Jika dibandingkan antara pH hasil
percobaan dan perhitungan bahwa selisih pH tidak begitu jauh, dan pH masih
berada dalam rentangan pH asam yaitu pH kurang dari 7. Jika dibandingkan antara
pH buffer asam peneraan (4,7) dengan pH buffer asam perhitungan (4,76)
diketahui adanya selisih pH yang sangat tipis.
Tabel 4.
Pembuatan buffer Basa
Larutan Buffer
Basa
|
pH awal
|
pH akhir
|
NH3 0.1 M + NH4Cl
0.2 M
|
7,6
|
7,1
|
Pembahasan
tabel 3. Pembuatan Buffer Basa
Buffer
basa adalah campuran antara basa lemah dengan asam konjugasi dari garamnya
yaitu antara basa lemah NH3 dan asam konjugasi NH4+ dari NH4Cl.
Sehingga penentuan konsentrasi ion H dan atau OH dilakukan berdasarkan
persamaan reaksi sebagai berikut:
NH3 (aq) + H2O à NH4 + OH
NH4Cl
à NH4 + + Cl - (asam konjugasi)
Larutan garam NH4Cl terurai menjadi NH4+
dan Cl- didalam
sistem ditambahkan OH- yang akan bereaksi dengan NH3.
Penambahan ini akan membentuk basa yang sedikit terionisasi, NH3 dan
ion OH- mengalami sedikit peningkatan sehingga pH larutan cenderung
konstan. Buffer basa dapat dibentuk dari campuran basa lemah dengan asam
konjugatnya.
Tujuan
dari percobaan ini adalah mengetahui pH dari buffer basa, selain itu juga
membandingkan pH yang didapat dari hasil percobaan/peneraan dengan pH dari
hasil perhitungan manual. Dalam percobaan ini digunakan basa lemah NH3
0,1 M dan asam konjugatnya NH4OH 0,2 M. NH3 merupakan
donor proton dan NH4Cl adalah akseptor proton.
Pada
percobaan pembuatan buffer asam larutan NH3 0.1 M diambil sebanyak
10 ml dan diukur pHnya sebagai pH awal, lalu larutan NH4OH 0.2 M
sebanyak 5 ml ditambah dan diukur pHnya sebagai pH akhir. Hasil yang didapat pH
awal larutan NH3 M adalah 7,6
dan pH akhir setelah ditambah NH4OH 0.2 M menjadi 7,1. Sedangkan
jika dihitung menggunakan rumus, pH NH3 0.1 M adalah 11,13 dan
setelah ditambah NH4OH 0.2 M pH menjadi 9,26. Jika dibandingkan
antara pH NH3 peneraan (7,6) dengan pH NH4OH perhitungan
(11,13) diketahui adanya selisih pH yang agak jauh, tetapi pH masih berada
dalam rentangan pH basa yaitu pH lebih dari 7. Jika dibandingkan antara pH
buffer basa peneraan (7,6) dengan pH buffer asam perhitungan (9,26) juga
diketahui adanya selisih pH yang agak jauh, tetapi pH masih berada dalam
rentangan pH basa yaitu pH lebih dari 7. Perbedaan antara pH peneraan dengan pH
perhitungan mungkin disebabkan karena kurang teliti dalam melakukan percobaan
atau karena alat-alat yang digunakan kurang steril.
Tabel 5.
Pembuatan Buffer Fosfat pH 7
Larutan Buffer
Fosfat pH 7
|
pH awal
|
Volume Akhir
Na2H2PO4
|
Na2HPO4 0.01 M +
NaH2PO4 0.01 M
|
7,4
|
6,8 ml
|
Pembahasan
Tabel 5. Pembuatan buffer fosfat pH 7
Buffer fosfat adalah buffer biologis yang
memiliki kisaran pH antara 6,1 dan 7,7.
Sistem buffer fosfat penting di dalam cairan intraseluler, terdiri dari
pasangan asam-basa konjugat H2PO4-, sebagai
donor proton dan HPO42-, sebagai akseptor proton. Tujuan
dari percobaan ini adalah membuat buffer fosfat yang netral (pH=7). Sistem
buffer fosfat cenderung menahan perubahan pH pada kisaran 6,1-7,7 dan efektif dalam menjalankan
kapasitas buffer di dalam cairan intraseluler yang mempunyai pH 6,9-7,4.
Dalam
percobaan ini, digunakan larutan Na2HPO4 0,01 M dan
larutan NaH2PO4 0,01 M. Dari hasil percobaan
ini, diketahui pH larutan Na2HPO4 adalah 7,4. Larutan buffer fosfat ini
akan dijadikan buffer netral. Oleh karena itu, larutan Na2HPO4 ditambah dengan larutan NaH2PO4
0.01 M sedikit demi sedikit hingga pH=7. Volume NaH2PO4 yang
terpakai dalam percobaan ini adalah 6,8 ml. Berdasarkan hasil perhitungan,
didapatkan hasil pH Na2HPO4 adalah 9,43 dan volume NaH2PO4
yang digunakan adalah sebesar 7,24 ml. Jika dibandingkan antara hasil
percobaan dan hasil perhitungan, ada perbedaan yang cukup besar. pH larutan Na2HPO4
dari hasil percobaan adalah 7,4 sedangkan dari hasil perhitungan adalah
9,43. Volume NaH2PO4 yang digunakan saat percobaan adalah
5 ml, sedangkan dari hasil perhitungan adalah 7,24 ml. Perbedaan-perbedaan ini
mungkin dikarenakan praktikan kurang teliti saat melakukan praktikum atau
karena alat atau bahan yang digunakan kurang steril.
Tabel 6.
Pengujian Sifat Buffer
Larutan
|
pH akhir
|
|
Ditambah CH3COOH
|
Ditambah NH3
|
|
Buffer Asam
|
5,59
|
5,58
|
Buffer Basa
|
6,5
|
7,1
|
Buffer Fosfat
|
6,9
|
7,6
|
Akuades
|
5,16
|
7,5
|
Pembahasan
Tabel 6. Pengujian sifat buffer
Inti
dari pengujian ini adalah untuk membandingkan sekaligus membuktikan kemampuan
buffer dalam menjaga pH larutan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui kemampuan buffer dalam menjaga pH ketika ditambah sedikit asam yaitu
CH3COOH atau ditambah sedikit basa yaitu NH3. Selain itu,
juga untuk mengetahui apakah aquadest (pelarut murni) dapat mempertahankan pH
layaknya buffer.
Dari
percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa buffer asam yang memiliki pH 5,4
bila ditambahkan CH3COOH pHnya menjadi 5,59 dan bila ditambahkan NH3
pHnya menjadi 5,58. Buffer basa yang memiliki pH 7,1 bila ditambahkan CH3COOH
pHnya menjadi 6,5 dan bila ditambahkan NH3 pHnya menjadi 7,1. Buffer
fosfat yang memiliki pH 7 bila ditambahkan CH3COOH pHnya menjadi 6,9
dan bila ditambahkan NH3 pHnya menjadi 7,6. Dari percobaan tersebut,
dapat dilihat bahwa perubahan pH yang terjadi relatif kecil, hanya berubah
sedikit saja. Hal ini membuktikan bahwa larutan buffer dapat menjaga pH.
Adapun
cara kerja dari buffer dalam menjaga pH adalah sebagai berikut:
1.
Pada larutan penyangga yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO-, terjadi proses sebagai
berikut:
Penambahan
asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri sehingga ion H+
yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO-
membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-
(aq) + H+ (aq) → CH3COOH (aq)
Pada
penambahan basa, ion OH- dari basa akan bereaksi dengan ion H+
membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Basa yang
ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO-
dan air.
CH3COOH
(aq) + OH- (aq) → CH3COO- (aq) + H2O
(l)
2.
Pada larutan penyangga yang mengandung
NH3 dan NH4+, terjadi proses sebagai berikut:
Pada
penambahan asam, ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-.
Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi
ion OH- dapat dipertahankan. Asam yang ditambahkan akan bereaksi
dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+ (aq) → NH4+
(aq)
Pada
penambahan basa, kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH-
dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion NH4+,
membentuk komponen NH3 dan air.
NH4+
(aq) + OH- (aq) → NH3 (aq) + H2O (l)
3.
Pada larutan penyangga yang mengandung
HPO42- dan H2PO4-,
terjadi proses sebagai berikut:
Pada
penambahan asam, akan menggeser kesetimbangan ke kiri sehingga ion dari H+
akan berikatan dengan ion HPO42- membentuk ion H2PO4-.
HPO42-
(aq) + H+ (aq) → H2PO4- (aq)
Pada
penambahan basa, kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH-
dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion H2PO4-,
membentuk ion HPO42- dan air.
H2PO4-
(aq) + OH- (aq) → HPO42- (aq) + H2O
(l)
Percobaan
juga diulang dengan menggunakan aquadest. Dari percobaan yang dilakukan,
diperoleh data bahwa aquadest yang memiliki pH 7 bila ditambahkan CH3COOH
pHnya menjadi 5,16 dan bila ditambahkan NH3 pHnya menjadi 7,5. Dari
percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa perubahan pHnya sangat besar. Jika
ditambahkan sedikit asam maka larutan berubah menjadi asam, dan jika
ditambahkan sedikit asam maka larutan berubah menjadi basa. Hal ini membuktikan
bahwa aquadest tidak memiliki sifat buffer karena tidak bisa menjaga pH.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yag dilakukan, didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Sifat
air meliputi pH dan titik didih. Pada percobaan, pH aquadest adalah 7,03 dan pH
air ledeng adalah 6,37. Titik didih dan beku es balok adalah 95° C dan 2 °C.
2. Kadar
air pada batang sawi adalah 95,63%, sedangkan kadar air pada daun sawi adalah 91,2%.
3. pH
awal larutan CH3COOH adalah 4,7. Setelah ditambah dengan CH3COONa
pH menjadi 5,4. Campuran dari larutan ini disebut dengan buffer asam.
pH awal larutan NH3
adalah 7,6. Setelah ditambah dengan NH4OH pH menjadi 7,1. Campuran
dari larutan ini disebut dengan buffer basa.
pH awal larutan Na2HPO4
adalah 7,4. Setelah ditambah 6,8 ml NaH2PO4 pH menjadi 7.
Campuran larutan ini disebut dengan buffer fosfat netral.
4. Larutan
buffer cenderung mempertahankan pH bila terjadi penambahan sedikit asam atau
basa.
5. Aquadest
bukan larutan buffer sehingga tidak dapat mempertahankan pH bila terjadi
penambahan sedikit asam atau basa.
DAFTAR
PUSTAKA
Clark, J. 1988. Ringkasan
Kimia. Ganeca Exact Bandung,
Bandung.
Lehninger.
1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I.
Erlangga. Jakarta.
Rahmianti, D. 2013.
http://www.readersdigest.co.id/sehat/nutrisi/manfaat.air.bagi.tubuh/005/002/67.
24 September 2015.
Sandjaja,
2009. Kamus Gizi. Kompas Media
Nusantara, Jakarta.
Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan
Suhardi. 1989. Prosedur Analisa untuk
Bahan Makanan. Liberty, Yogyakarta.
Syarief,
R. dan Halid, H. 1993. Teknologi
Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Tjay,
T. H., Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan danEfek
Samping. Jakarta, Gramedia.
Wiryawan,
A. 2007. Kimia Analitik. FMIPA
Universitas Brawijaya Malang, Malang.
Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winosaputro,
S. 1998. Chlorella, Makanan Kesehatan
Global Alam . Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
1.
Kadar Air
Daun Sawi
Berat kering =
Berat akhir – Berat cawan
= 9,2285 –
9,2021
= 0,0264
Kadar air =
x 100%
=
x 100%
= 91,2 %
Batang Sawi
Berat kering = Berat akhir – Berat cawan
= 8,9513 – 8,9328
= 0,0131 gr
Kadar air =
x 100%
=
x 100%
= 95,63 %
2.
Buffer asam
Diketahui: pKa = 4,76
Ka CH3COOH
= 1,74 x 10-5
pH CH3COOH = - log
= - log
= - log
= - log 1,32 x 10-3
= - log 1,32 x 10-3
= 3 – log 1,32
= 2,878
[CH3COOH]
=
=
= 0,067 M = 0,07
[CH3COONa] =
=
= 0,067 M = 0,07
M
pH = pKa – log
= 4,76 – log
= 4,76
3.
Buffer basa
Diketahui: pKb= 4,74
Kb NH3
= 1,8 x 10-5
pOH = - log
= - log
= - log
= - log 1,34 x 10-3
= - log 1,34 x 10-3
= 3 – log 1,34
= 2,87
[NH3] =
=
=
0,067 M
[NH4Cl] =
=
= 0,067 M
pH = 14 -
= 14 –
= 14 – 4,74
= 9,26
4.
Buffer fosfat
Diketahui: pKw = 14
pKa = 6,86
pH
Na2HPO4 =
( pKw + pKa + log [G]
)
=
( 14 + 6,86 + log 0,01
)
=
( 20,86 – 2 )
=
x 18,86
= 9,43
pH = pKa – log
7 = 6,86 – log
7 = 6,86 – log
0,14 = - (log
- log 10)
0,14
= - log
+ 1
-0,86 = - log
log
= 0,86
V NaH2PO4 = 7,24 ml
No comments:
Post a Comment